Toledo Wilayah Kekuasaan Bani Dzunnun
Toledo adalah benteng utama wilayah Andalusia. Berbatasan dengan Zaragoza (kerajaan Bani Hud) di bagian barat daya; berbatasan dengan Cordoba (kerajaan Bani Jahur) di bagian selatan; berbatasan dengan kerajaan Kristen Castille di bagian utara. Menjadi sasaran serangan kerajaan Kristen karena merupakan pintu masuk awal ke wilayah Andalusia.
Asal Mula Bani Dzunnun
Bani Dzunnun adalah bangsa Barbar yang berasal dari Bani Hawarah. Nenek moyang mereka bernama Zanun. Dari sinilah bermula nama Dzunnun. Mereka baru muncul menduduki posisi di pemerintahan pada masa Daulah Amiriyah Ketika dipimpin Al-Manshur Muhammad bin Amir dan putranya. Mereka memimpin pasukan dan menduduki berbagai provinsi. Abdurrahman bin Ismail bin Dzunnun berhasil menguasai seluruh wilayah Santa Maria.
Memasuki Wilayah Ucles
Abdurrahman bin Ismail bin Dzunnun menyerahkan kepemimpinan kepada putranya, Ismail.
Saat terjadi krisis dalam Kekhalifahan Umawiyah dan berakhirnya Daulah Amiriyah, Ismail bin Abdurrahman pergi ke wilayah perbatasan mengumpulkan kerabatnya dan disepakati mengirim surat kepada Sulaiman Al-Musta’in. Maka mereka diberi wilayah Ucles. Bani Dzunnun memperluas wilayah hingga kekuatannya semakin besar.
Toledo
Ketika terjadi krisis, Toledo menjadi wilayah tanpa pemimpin. Administrasi negara diserahkan kepada Qadhi Abu Bakar Ya’isyh bin Muhammad bin Ya’isyh Al-Asadi. Namun ia digulingkan dan pergi ke benteng Ayyub hingga wafat di sana pada 418 H / 1027 M. Toledo selanjutnya dipimpin oleh Abdurrahman bin Matyuh. Setelah ia wafat dilanjutkan oleh putranya Abdul Malik.
Bani Dzunnun Menguasai Toledo
Pada masa kepemimpinan Abdul Malik terjadi kekacauan hingga para pemuka Toledo mengirim surat ke penguasa Santa Maria, Abdurrahman bin Dzunnun. Ia mengutus anaknya, Ismail. Situasi ini menjadi kesempatan untuk menguasai Toledo pada 427 H / 1036 M. Setelah itu Ismail bin Abdurrahman bin Dzunnun melakukan perluasan-perluasan. Dalam menjalankan pemerintahan di Toledo ia melibatkan tokoh setempat, Abu Bakar bin Al-Hadidi.
Ismail wafat pada 435 H / 1043 M, ia kemudian digantikan oleh Yahya, anaknya.
Masa-masa Penuh Perseteruan
Yahya bin Ismail bin Abdurrahman bin Dzunnun bergelar Al-Ma’mun. Pada masanya penuh dengan perseteruan dengan Mulukut Thawaif lainnya. Terutama dengan Sulaiman Al-Musta’in bin Hud penguasa Zaragoza. Terjadi pula perseteruan dengan Al-Mu’thadid bin Abbad penguasa Sevilla, kemudian dengan Bani Al-Afthas penguasa Badajoz.
Membatalkan Baiat
Ketika Al-Mu’tadhid bin Abbad menyeru kepada para pemimpin Mulukut Thawaif untuk membai’at Khalifah Hisyam Al-Muayyad, Al-Ma’mun Yahya bin Ismail segera menyatakan baiatnya dengan harapan akan dibantu menghadapi musuh-musuhnya. Tapi, Al-Mu’tadhid malah sibuk dengan perseteruannya melawan Bani Al-Afthas. Maka, ia pun membatalkan baiatnya.
Menguasai Valencia
Al-Ma’mun Yahya bin Ismail menguasai Valencia pada 457 H/1065 M yang saat itu dipimpin oleh Malik bin Abdul Aziz, cucu Al-Manshur bin Abi Amir. Ia adalah menantu Al-Ma’mun, namun bersikap buruk kepada istrinya dan sibuk dengan khamar dan bersenang-senang.
Ada dua Riwayat berbeda mengenai pengambil alihan Valencia, satu riwayat menyebutkan bahwa Al-Ma’mun membuat tipu muslihat mengunjungi menantunya itu lalu menangkapnya dan membuangnya ke Santa Maria. Riwayat lain menyebutkan bahwa Valencia dapat dikuasai dengan bantuan kerajaan Castille. Semua terjadi pada bulan Dzulhijjah 457 H/1065 M.
Perluasan Wilayah
Pada masa Cordoba dipimpin oleh Abdul Malik bin Jahur yang otoriter, Al-Ma’mun melancarkan serangan kesana pada tahun 462 H / 1069 M. Abdul Malik bin Jahur meminta bantuan Al-Mu’tamid bin Abbad sehingga dapat menghalau pasukan Al-Ma’mun Yahya bin Ismail.
Peradaban Umat Islam di Toledo
Perluasan wilayah dan keberhasilan merebut wilayah Valencia membuat kekayaan Bani Dzunnun melimpah. Mereka membangun istana-istana megah dan majelis-majelis tempat berkumpul, yang paling terkenal adalah Al-Mukram. Toledo banyak didatangi para ulama dan sastrawan.
Keindahan Al-Mukram
Diriwayatkan oleh Ibnu Hayyan dari Ibnu Jabir bahwa Al-Makram penuh dengan perhiasan unik, tembok-tembok marmer, tiang-tiangnya dilapisi gading gajah. Dindingnya bergambar hewan, burung, dan pepohonan berbuah.
Lantai majelis dilapisi lempengan emas yang bergambar hewan dan pohon-pohon yang sangat detail. Terdapat dua kolam, dan di setiap sudutnya terdapat patung singa yang dari mulutnya memancarkan air ke kolam. Dasar kolam dilapisi ubin marmer.
Perkembangan Ilmu-ilmu Sains
Hal yang menonjol di Toledo adalah perkembangan ilmu-ilmu sains: matematika, kedokteran, botani, dan pertanian. Diantara tokoh-tokoh terkenal pada masa itu adalah Ibnu Arfa’ (penyair), Ibnu Shaid (ahli matematika dan sejarah), dan Ibnu Bashal At-Thulaithili.
Ulama-ulama Toledo
- Shaid Al-Andalusi (420-462 H / 1029-1070 M)
- Al-Qadhi Abul Qasim Shaid bin Ahmad bin Abdurrahman bin Sha’id. Bersal dari Cordoba, murid dari Ibnu Hazm, menguasai ilmu hadits. Menulis banyak sekali kitab sejarah. Karyanya yang terkenal adalah Thabaqatul Umam menjelaskan sejarah peradaban dan ilmu pengetahuan bangsa-bangsa. Buku lainnya: Jawami’ul Akhbar Al-Umam minal Arab wal Ajam, Shaunul Hikam, Maqalat Ahlul Milal wan Nihal, Ishlah Harakatun Nujum, Tarikh Al-Andalus, dan Tarikhul Islam.
- Ibnu Wafid (387-467 H/996-1074 M). Al-Wazir Abul Mutharrif Abdurrahman bin Muhammad bin Abdul Kabir bin Wafid bin Muhammad Al-Lakhmi. Lahir di Toledo, ahli dalam bidang pengobatan. Menulis kitab-kitab tentang pengobatan: Al-Adwiyatul Mufradah, Al-Imsadah fit Thib, Mujarrabat fit Thib, Tahqiqu Nazhar fi Ilal Hassahul Bashar, dan Al-Mughits. Konsep pengobatannya mengutamakan pengobatan dengan makanan, obat non racikan, atau racikan yang minimal.
Al-Qadir Billah.
Al-Ma’mun Yahya bin Ismail wafat karena diracun di Cordoba. Lalu diganti oleh cucunya: Yahya bin Ismail bin Yahya bergelar Al-Qadir Billah pada 476 H/1075. Namun ia kurang pengalaman dan tidak cakap. Sebelum wafat, Al-Ma’mun Yahya bin Ismail telah membagi tugas negara. Masayarah permusyawarahan diserahkan kepada Ibnul Hadidi, sedangkan masalah militer diserahkan kepada Ibnul Faraj.
Kekacauandi Toledo
Al-Qadir Yahya bin Ismail bin Yahya terpengaruh oleh para budak, pembantu, para wanita, dan kawan-kawan dekat yang buruk. Mereka menghembuskan kebencian kepada Ibnul Hadidi. Untuk merespon berbagai bisikan-bisikan itu, Al-Qadir lalu mengeluarkan orang-orang yang pernah dipenjara oleh kakeknya atas masukan dari Ibnul Hadidi. Mereka dibiarkan membunuh Ibnul Hadidi pada Dzulhijjah 468 H/1076 M.
Namun orang-orang yang mendorongnya untuk membunuh Ibnul Hadidi pun kemudian berbalik memusuhinya dan melakukan pemberontakan.
Jatuhnya Toledo
Situasi dalam negeri yang kacau dimanfaatkan Ibnu Hud penguasa Zaragoza untuk melakukan penyerangan ke Toledo. Abu Bakar bin Abdul Aziz di Valencia pun mengumumkan revolusi dan kemerdekaan
Pihak Kristen ikut merongrong dan hampir menguasai wilayah Conic, namun Al-Qadir Yahya bin Ismail menebusnya Kembali dengan menyerahkan sejumlah uang. Al-Mutawakkil dari bani Afthas memasuki Toledo dan dapat menguasainya.
Al-Qadir segera meminta bantuan kepada Alfonso Raja Castille, sehingga Al-Mutawakkil Kembali keluar dari Toledo. Dalam posisi Toledo yang lemah seperti itu, kerajaan Kristen pun merebutnya. Toledo pun jatuh ke tangan pihak Kristen.