Khalifah Az-Zhahir bi Amrillah
Abu Nashr Muhammad Az-Zhahir bi amrillah bin An-Nashir. Ia menjadi khalifah pasca wafat ayahnya Khalifah An-Nashir li dinillah pada 29 Ramadhan 622 H / 11 Oktober 1225 M sampai wafatnya pada 14 Rajab 623 H / 18 Juli 1226 M
Ia berupaya mengikuti jejak Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Ibnul Atsir berkomentar: “…jika ada yang mengatakan tidak ada khalifah sebaik Az-Zhahir bi amrillah setelah wafatnya Umar bin Abdul Aziz, maka orang itu benar…”
Ia mengembalikan harta rampasan, membebaskan cukai, menetapkan kharaj secara adil. Ia menyesuaikan timbangan di gudang milik pemerintah dengan timbangan yang ada di masyarakat, meskipun dengan begitu pemasukan negara menjadi berkurang. Ketika hal itu diingatkan oleh salah seorang pejabatnya, Khalifah Az-Zhahir menjawab, “Meskipun dari 350.000 dinar menjadi 35.000 dinar.”
Ia menghapuskan kegiatan memata-matai rakyatnya sendiri. Hal ini dilakukan Ketika ia baru saja menjabat khalifah lalu datang setumpuk laporan-laporan kegiatan rakyatnya. Ia pun melepaskan tahanan-tahanan dari penjara dan mengembalikan barang-barang sitaan.
Khalifah Al-Mustanshir billah
Abu Ja’far Al-Manshur Al-Mustanshir Billah bin Az-Zhahir. Diangkat menjadi khalifah sejak wafat ayahnya, 14 Rajab 623 H / 18 Juli 1226 M sampai 20 Jumadil Awwal 640 H / 22 Nopember 1242 M.
Dia seorang yang cerdas dan dermawan. Dia membangun Madrasah Al-Mustanshiriyah di tepi sungai Tigris, membangun jembatan, kedai, rumah singgah fakir miskin, dan gedung-gedung tempat jamuan.
Ia mengikuti jejak ayahnya, berupaya menegakkan keadilan dan membela kaum tertindas.
Jengis Khan Wafat
Pada 625 H / 1228 M, Jengis Khan wafat. Sebelum wafat ia telah membagi-bagi wilayah kekuasaan kepada 4 orang anaknya:
- Jochi menangani wilayah Kipchak, Dagestan, Khawarizm, Bulgaria, Rusia, dan wilayah-wilayah seterusnya.
- Chagatai menangani Turkistan dan seluruh Transoxania.
- Tolui Khan menangani Khurasan dan wilayah-wilayah seterusnya.
- Ogedei yang ditunjuk menjadi ‘Khagan’, menangani Al-Khita, Cina, dan wilayah-wilayah seterusnya.
Nasib Khawarizmi Syah
Tolui Khan berhasil menginvasi Azerbaijan. Ia mengusir Sultan Jalaluddin Mingburnu, yang tidak memiliki teman dalam berjuang melawan Mongol.
Ibnul Atsir berkata: “…penguasa Islam saat itu telah kehilangan ruh jihad untuk membela agama. Mereka sibuk dengan kesenangan, hobi, dan permainan-permainan, sementara itu mereka berbuat zalim kepada rakyat.”
Sultan Jalaluddin terbunuh pada Syawal 628 H / Agustus 1231 M. Hal ini menandai jatuhnya keseluruhan wilayah Persia. Sementara para penguasa malah sibuk bertikai satu sama lain. Khalifah Al-Mustanshir billah pun tak bisa berbuat banyak.
Khalifah Al-Musta’shim
Abu Ahmad Abdullah Al-Musta’shim billah bin Al-Mustanshir. 17 orang leluhurnya adalah khalifah. Ia diangkat menjadi khalifah pada hari wafat ayahnya pada 10 Jumadil Akhir 640 H / 11 Desember 1242 M hingga wafatnya pada 20 Muharram 656 H / 3 Februari 1258 M. Ia adalah khalifah terakhir Bani Abbasiyah.
Khalifah Al-Musta’shim adalah seorang yang agamis, hafiz Qur’an, lemah lembut, santun, murah hati, menjaga lisan dan kemaluannya. Namun ia dinilai kurang cerdas dan minim wawasan serta pengalaman politik dan pemerintahan. Ia pun dinilai kurang berwibawa. Orang-orang dekatnya banyak dari kalangan awam.
Hulagu Khan
Tolui Khan yang ditugaskan menangani Khurasan dan wilayah-wilayah sekitarnya terus melakukan ekspansinya sampai ke perbatasan Irak. Ia wafat pada 654 H / 1256 M, lalu digantikan anaknya yang bernama Hulagu Khan.
Berawal dari Konflik Sunni-Syi’ah
Menteri dari Khalifah Al-Musta’shim adalah seorang syi’ah, yakni Muayyiduddin bin Alqami. Saat itu sering terjadi konflik antara kaum sunni dengan kaum syiah, dan khalifah cenderung membela kaum sunni.
Kaum syiah berupaya merebut kontrol kekuasaan, hingga puncaknya terjadilah penyerangan kaum sunni terhadap Al-Karkh yang merupakan basis kaum syi’ah. Penyerangan ini atas instruksi anak khalifah, yakni Abu Bakar.
Melihat kaumnya tertindas, Muayyiduddin Alqami mengirim pesan kepada Hulagu Khan untuk menginvasi Baghdad.
Runtuhnya Baghdad
Pasukan Hulagu Khan bergerak menuju Baghdad pada Muharram 656 H / Januari 1258 M. Hulagu Khan memimpin langsung pemblokadean, sementara Khalifah Al-Musta’shim tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya menutup pintu-pintu kota.
Setelah blokade yang berlangsung tidak lebih dari 10 hari, pasukan Mongol berhasil menguasai Baghdad. Al-Musta’shim menyerah dan menemui Hulagu Khan dengan berbagai perhiasan Mutiara dan batu-batu mulia di nampan-nampan.
Namun, pada 14 Shafar 656 H / 26 Februari 1258 M, Hulagu Khan meninggalkan Baghdad membawa Khalifah Al-Mu’tashim. Di tengah jalan, Hulagu Khan mengeksekusi khalifah, anaknya, dan enam orang kasim (pelayan-pelayan yang dikebiri).
Hulagu Khan lalu mempercayakan Baghdad kepada Muayyiduddin Alqami.
Daulah Abbasiyah Tamat
Berakhirlah Daulah Abbasiyah setelah 524 tahun berkuasa. Sementara itu kaum syi’ah merasa puas melihat runtuhnya Abbasiyah. Penduduk Baghdad dibantai, sedikit saja yang selamat. Pasukan Mongol menyisakan kaum syi’ah dan orang-orang Nasrani. Berikutnya Baghdad dipenuhi oleh bangsa Mongol. Ibu Kota Daulah Islam itu meredup dan mati.