Dewan Muslim Inggris mengatakan bahwa tabloid Inggris Daily Mail telah “menjajakan kiasan-kiasan negatif terhadap Muslim” setelah tabloid Inggris menyerang kandidat pemimpin Tory Penny Mordaunt karena bertemu dengan sekretaris jenderal mereka, Zara Mohammed.
“Sangat menyedihkan melihat bagaimana Islamofobia ini sekarang dipersenjatai dalam kontes kepemimpinan Partai Konservatif oleh sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya dan teman-teman mereka di media cetak Inggris. Mereka menempatkan kepentingan kelompok melalui agenda yang memecah belah di atas kepentingan nasional dan kebaikan bersama,” kata Mohammed dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin.
Wartawan politik Daily Mail, Claire Ellicott, menuduh Mordaunt ‘menghalangi upaya intervensi pemerintah’ terhadap kelompok masyarakat yang mewakili lebih dari 500 organisasi Muslim, ketika dia bertemu dengan Mohammed tahun lalu.
“Senang bertemu dengan @ZaraM01 hari ini, berharap dia sukses dan mendengar lebih banyak tentang rencananya. Berharap dapat bekerja dengannya dan timnya. #IWD2021 @MuslimCouncil,” tweet Mordaunt pada awal 2021, memberi selamat kepada Zara Mohammed atas pengangkatannya sebagai pemimpin wanita pertama dari badan payung Muslim terbesar di negara itu.
Penny Mordaunt dan timnya dihubungi untuk dimintai komentar tetapi tidak menanggapi permintaan media.
Dalam artikel tersebut, Ellicott mengutip tokoh-tokoh yang memusuhi Mordaunt di dalam Partai Konservatif yang menyebut Mordaunt “tidak kompeten” dan mempertanyakan keberadaannya bisa duduk di dewan.
Sejak awal, Dewan Muslim Inggris telah terlibat dengan politik Westminster, yang dalam beberapa tahun terakhir telah berkampanye melawan Islamofobia di dalam Partai Konservatif.
Mantan sekretaris jenderal Iqbal Sacranie bahkan menerima gelar ksatria dari Ratu pada tahun 2005 untuk “pelayanan kepada masyarakat dan dialog antar agama”.
Pada tahun 2009, Pemerintah mengeluarkan kebijakan “tidak terlibat” dengan kelompok tersebut setelah komentar dari Wakil Sekretaris Jenderal MBC yang dianggap memaafkan serangan terhadap pasukan Inggris.
Namun demikian, para menteri di pemerintah kembali bekerja sama dengan kelompok tersebut pada tahun 2010.
SUMBER: THE NEW ARAB