Matan Hadits:
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الحَارِثِ بنِ عَاصِم الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، والحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الميزانَ، وسُبْحَانَ اللهِ والحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَو تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ والأَرْضِ، وَالصَّلاةُ نُورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَو عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَو مُوبِقُهَا .
Dari Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ari Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Kesucian adalah sebagian dari iman, Al Hamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah dan Al Hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar adalah pelita, Al Quran adalah hujjah bagimu dan atasmu, setiap manusia berusaha untuk menjual dirinya maka dia menjadi merdeka (dari azab, pen) atau menjadi binasa. (HR. Muslim)
Takhrij Hadits:
- Imam Muslim dalam Shahihnya No. 223
- Imam Al Baihaqi dalam Ma’rifatus Sunan wal Aatsar 151, juga Syu’abul Iman No. 2709, juga As Sunan Al Kubra No. 185
- Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 22953,
- Imam Ad Darimi dalam Sunannya No. 6503
- Imam Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya No. 600
- Imam Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 148
- Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal 25998
Makna Hadits Secara Global:
Secara umum hadits ini memuat beberapa pelajaran, di antaranya:
- Hadits ini memuat berbagai dasar-dasar agama Islam, sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id Rahimahullah sebagai berikut:
هذا الحديث أصل من أصول الإسلام وقد اشتمل على مهمات من قواعد الإسلام والدين.
Hadits ini merupakan dasar di antara dasar-dasar Islam, di dalamnya terkandung perkara-perkara penting dari kaidah-kaidah Islam dan agama. (Syarh Al Arbain An Nawawiyah, Hal. 84)
Sebab, dalam hadits ini mencakup berbagai amalan kebaikan, baik amalan lisan, hati, dan jawaarih (perbuatan anggota badan).
- Penjelasan atas fadhilah (keutamaan) berbagai amal shalih, baik amal shalih lisaniy (yakni dzikir), badaniy (seperti bersuci, shalat, mengamalkan Al Quran), qalby (yakni sabar), dan maaliy (yakni sedekah), dan lainnya. Semua amal ini memiliki keutamaannya tersendiri yang menjadi alternatif bagi kita ketika lemah pada satu amal, kita bisa meraih keutamaan pada amal lainnya. Semua ini sebagai jalan dan sarana (Al Wasilah) untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan cara yang dibenarkan oleh syariat.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah (5): 35)
Ayat lainnya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan (wasilah) kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al Isra (17): 57)
- Hal ini menunjukkan kemurahan dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada hamba-hambaNya dengan memberikan berbagai alternatif peribadatan tambahan. Sehingga, kita tidak menjadi berkecil hati ketika merasa kurang di satu amalan, sebab kita masih bisa melakukan amal shalih lainnya. Seperti bagi yang kurang sedekah misalnya, masih ada amal shalih lainnya yang bisa dia kerjakan seperti dzikir.
Dalam sejarah para salaf pun, mereka senantiasa bersemangat mencari alternatif lain ketika mereka merasa kurang di suatu amalan, yang disesuaikan kemampuan mereka. Sebagaimana dikisahkan dalam riwayat berikut:
وعَن أبي هُريرة رضي اللَّه عنه أَنَّ فُقَرَاءَ المُهَاجِرِينَ أَتَوْا رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم. فقالوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجاتِ العُلَى والنَّعِيمِ المُقِيمِ. فَقَال:”ومَا ذَاكَ؟”فَقَالُوا: يُصَلُّونَ كمَا نُصَلِّي، ويَصُومُونَ كمَا نَصُومُ. وَيَتَصَدَّقُونَ ولا نَتَصَدَّقُ، ويَعتِقُونَ ولا نَعتقُ فقال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم:”أَفَلا أُعَلِّمُكُمْ شَيئاً تُدرِكُونَ بِهِ مَنْ سبَقَكُمْ، وتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُم إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثلَ ما صَنَعْتُم؟”قالوا: بَلَى يا رسولَ اللَّه، قَالَ:”تُسبحُونَ، وتحمَدُونَ وتُكَبِّرُونَ، دُبُر كُلِّ صَلاة ثَلاثاً وثَلاثِينَ مَرَّةً”فَرَجَعَ فُقَرَاءُ المُهَاجِرِينَ إِلى رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، فَقَالُوا: سمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَموَالِ بِمَا فَعلْنَا، فَفَعَلوا مِثْلَهُ؟ فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم:”ذلك فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يشَاءُ”متفقٌ عليه، وهذا لفظ روايةِ مسلم.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa kaum faqir dari Muhajirin mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka berkata: “Orang-orang kaya (Ahlud Dutsur) telah pergi dengan derajat yang tinggi, serta kenikmatan yang abadi. “ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Kenapa bisa begitu?” Mereka menjawab: “Mereka shalat sebagaimana kami, mereka berpuasa sebagaimana kami, tetapi mereka bersedekah kami tidak, dan mereka membebaskan budak kami tidak.” Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku ajarkan sesuatu yang dapat mengejar mereka, dan tidak seorang pun yang lebih baik dari kamu kecuali jika mereka mengerjakan apa yang kamu kerjakan?” Mereka menjawab: :”Tentu wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir setiap sehabis shalat sebanyak 33 kali.” Setelah itu kaum faqir mujahirin kembali lagi kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berkata: “Saudara-saudara kami orang kaya mendengar apa yang kami lakukan dan mereka melakukan hal itu juga.” Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya. “ (HR. Muttafaq ‘Alaih, dan lafaz ini milik Imam Muslim). (HR. Bukhari No. 6329 dan Muslim No. 595)
- Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda dalam kemampuan dan kecenderungannya. Oleh karenanya, amat sulit kita temukan manusia yang mampu segalanya (All Around) dalam menjalankan syariat. Di sisi lain, ini menjadi pelajaran bagi kita agar menilai dan menyikapi manusia sesuai kadar kapasitas diri mereka, karena memang kesempurnaan hanya milik Allah dan RasulNya. Dengan demikian lahirlah pandangan husnu azh zhan kepada sesama muslim, dan senantiasa memberikan ‘udzur kepada mereka ketika ada kekurangan dan kesalahan, tanpa harus menghilangkan budaya munashahah (saling menasihati).
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا النَّاسُ كَالْإِبِلِ الْمِائَةِ لَا تَكَادُ تَجِدُ فِيهَا رَاحِلَةً
Sesungguhnya manusia bagaikan seratus ekor Unta, hampir-hampir tidak ditemukan padanya yang layak dijadikan tunggangan (raahilah). (HR. Bukhari No. 6498, Muslim No. 2547, Ibnu Hibban No. 5797, Abu Ya’la No. 5436, 5457, 5549, Ahmad No. 6030, 6044, 6049, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 13105, juga Al Mu’jam Al Awsath No. 3607, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 20242, Al Qudha’i dalam Musnadnya No. 198, Ath Thahawi dalam Musykilul Aatsar No. 1264, 1265)
Apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini menunjukkan betapa tidak mudahnya mencari manusia unggul dan berkualitas. Sampai-sampai dari seratus mereka hampir tak ada satu pun yang layak untuk mendapatkan tugas-tugas berat, sebagaimana raahilah yang mampu mengarungi ganasnya padang pasir.
Allahumma ……….. maafkanlah kelemahan hamba-hambaMu ini, dan kuatkanlah kami, serta tolonglah kami dalam menjalankan syariatMu dan membela agamaMu, dan bantulah kami dalam melawan musuh-musuh kami dan musuhMu. Amiin …….
- Jika kita perhatikan, amalan yang terkandung dalam hadits ini adalah “amalan ringan” dan “mudah” tetapi berhadiah besar. Tak disebut di dalamnya amalan yang membutuhkan tenaga dan biaya besar, serta waktu yang lama, seperti hijrah, jihad, dan haji. Oleh karenanya, hal ini dapat memacu kaum beriman –yang lemah sekali pun- untuk bersegera dan berlomba melakukan kebaikan (fastabiqul khairat).
Namun, kenyataannya tidak demikian. Perkara yang nampaknya ringan ini, tetaplah berat bagi orang yang lemah tekadnya, minim hasratnya, dan layu kepribadianya. Mereka tetap terhalang oleh hawa nafsu dan syahwat dunia, untuk meninggalkan perniagaan yang menguntungkan ini. Mereka masih berkeluh kesah terhadap beragam amal shalih ini; shalat, sedekah, dan dzikir ………. kenapa harus ada?!!
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al Ma’arij: 19)
Ayat lain:
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisa (4):28)
Ayat lain:
وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Kehidupan dunia telah memperdaya mereka.” (QS. Al An’am (6): 130)
- Hadits ini menunjukkan Syumuliyatul Islam (keparipurnaan Islam), sebagai agama yang memperhatikan berbagai aspek hidup manusia. Aspek ruhani nampak pada anjuran untuk berdzikir dan shalat, aspek raga nampak pada anjuran untuk bersuci (thuhur) yakni berwudhu, aspek pribadi nampak pada anjuran untuk bersabar, dan aspek sosial nampak pada anjuran bersedekah.
Sebuah ajaran dikatakan sempurna ketika ajaran tersebut telah meng-cover apa-apa yang dibutuhkan oleh semua sisi kehidupan manusia dan telah memberikan solusi bagi kehidupan mereka. Jadi, ketika ada ajaran agama yang melarang kawin bagi tokohnya, menganjurkan kehidupan ruhbaniyah (kependetaan) dan meninggalkan dunia secara total, tidak membicarakan aspek hukum dalam sosial kemasyarakatan, dan sebagainya, maka ajaran tersebut tidak layak dipeluk dan dipromosikan oleh dan untuk manusia, sebagai manusia adaah makhluk yang begitu kompleks permasalahannya, dan membutuhkan sumber ajaran yang memiliki solusi yang menyeluruh dan lengkap lagi sempurna, itulah Al Islam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An Nahl (16): 89)
Ayat lainnya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu…” (QS. Al Maidah (5): 3)
(Bersambung)