Juru bicara resmi kepresidenan Turki Ibrahim Kalin menegaskan bahwa proses pembukaan lembaran baru dengan Uni Emirat Arab adalah hal positif, begitu juga dengan pertemuan-pertemuan dengan Mesir terus berlangsung untuk mencapai hubungan Turki-Mesir yang damai.
Berbicara atas nama kepresidenan Turki, Kalin mengatakan hari Kamis (26/08/21) bahwa negaranya berharap punya hubungan baik dengan semua negara teluk. Hal itu disampaikan Kalin dalam tanggapannya terhadap kunjungan terakhir penasehat keamanan nasional UEA Syeikh Tahnoon bin Zayed bin Sultan Al Nahyan ke Ankara.
Ia menambahkan bahwa “pembukaan lembaran baru dengan negara Uni Emirat Arab adalah hal yang sangat positif. Proses ini tentu saja telah sampai pada fase tertentu yang lebih matang sejak sekitar enam atau lima bulan yang lalu dimana beberapa pertemuan telah dilangsungkan termasuk pertemuan dengan menteri luar negeri kami (Mevlüt Çavuşoğlu).”
Kalin menambahkan: “ada juga pertemuan yang berlangsung dengan Kepala Badan Intelijen Nasional Turki (MIT) Hakan Fidan. Hasilnya, kemudian terjadilah pertemuan dengan presiden kita (Recep Tayyip Erdogan). Apakah kalian tahu bahwa Syeikh Tahnoon bin Zayed yang berkunjung punya peran besar dan penting di UEA? Karenanya, kedatangannya secara personal ke Turki punya pesan yang sangat penting.”
Juru bicara kepresidenan Turki itu menambahkan bahwa mereka kemudian sepakat bahwa hubungan antara Turki dan UEA, begitu juga dengan negara teluk lain harus berdasarkan kemaslahatan bersama dan saling menghargai. Ia juga menyampaikan harapannya untuk melihat hasil nyata dalam berbagai bidang serta kesiapan mereka untuk mengambil beberapa langkah untuk merealisasikannya.
Khusus terkait hubungan dengan Mesir, Ibrahim Kalin mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan terus berlangsung antara kedua belah pihak untuk menempatkan hubungan tersebut dalam realita yang damai. Ia menambahkan bahwa sangat mungkin untuk mengambil langkah-langkah nyata dibidang ini dalam beberapa waktu dekat.
Setelah pergolakan Arab Spring dan kudeta terhadap presiden Mursi di Mesir, Istanbul menjadi ibu kota media-media Arab yang kritis terhadap pemerintah-pemerintah mereka di negara masing-masing, terutama bagi media Mesir yang memiliki kaitan dengan Organisasi Ikhwanul Muslimin. Membaiknya hubungan Turki dan UEA serta Mesir disinyalir akan mempengaruhi keleluasaan aktivitas media-media tersebut.
Maret lalu, media oposisi Mesir yang berbasis di Istanbul mengatakan bahwa para pejabat Turki telah meminta mereka untuk meredam kritik terhadap Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. Permintaan tersebut tampaknya merupakan upaya Turki untuk meluluhkan hati Mesir dalam upaya untuk memperbaiki hubungan.
Sumber: TRTarabi dan lain-lain.