(96 – 99 H / 715 – 717 M)
Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam. Berpostur tinggi, rupawan, berkulit putih, berbadan kurus, dan berparas elok.
Ibunya bernama Wiladah binti Al-Abbas bin Juz Al-Abbasiyah. Ia adalah adalah adik kandung Khalifah Al-Walid, menjadi penasehatnya, dan dialah yang mengusulkan pembangunan Masjid Damaskus. Ia pernah menjabat sebagai amir di wilayah Palestina.
Sulaiman dibaiat menjadi khalifah pada Jumadil Akhir 96 H (24 Februari 715 M).
Kepribadiannya
Ad-Dzahabi berkata: “Sulaiman adalah seorang yang komit beragama, fasih berbahasa, adil, dan gemar melakukan futuhat.”
Mungkin ini adalah hasil tempaan Abdul Malik bin Marwan, ayah dari Sulaiman, yang sangat memperhatikan pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anaknya. Abu Bakar Ash-Shauli meriwayatkan bahwa Abdul Malik kerap mengumpulkan anak-anaknya (Al-Walid, Sulaiman, dan Maslamah) lalu meminta mereka membaca Al-Qur’an secara hafalan.
Refleksi kepribadiannya terungkap dari sebagian kutipan pidato perdananya sebagai khalifah,
“Dunia ini hanyalah negeri ketertipuan; tempat kebatilan; hiasan pergantian keadaan. Dunia membuat orang menangis dan tertawa; membuat takut orang yang merasa aman, membuat aman orang yang ketakutan; membuat miskin hartawannya, dan membuat kaya orang miskinnya; dan menggoda penghuninya.
Wahai hamba-hamba Allah, jadikanlah kitabullah sebagai imam; senanglah menjadikannya hukum; dan jadikanlah ia sebagai pembimbing…” (Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9: 179)
Menjadikan Umar bin Abdul Aziz Sebagai Penasehatnya
Sulaiman bin Abdul Malik menjadikan sepupunya, Umar bin Abdul Aziz, sebagai penasehat utamanya. Ia pun selalu berkonsultasi dan meminta bantuan orang-orang shalih dalam berbagai persoalan. Misalnya pemilihan kepala daerah dan bahkan para penasehatnya itu benar-benar berpengaruh pada gaya kepemimpinannya.
Ia menghindari gaya keras seperti Al-Hajjaj bin Yusuf At-Tsaqafi, sehingga ketenangan, kedamaian, dan stabilitas tegas di seluruh wilayah Islam.
Operasi Militer Menyerbu Konstantinopel
Ia berangkat menuju Marj Dabiq guna mempersiapkan pasukan untuk menyerbu Konstantinopel. Tempat itu dijadikannya pangkalan militer. Ia pun menetap disana dan bertekad untuk tidak pulang ke Damaskus sebelum menang atau mati.
Kepemimpinan operasi militer diserahkan kepada tokoh yang berpengalaman melawan Romawi dan mengetahui kondisi geografis strategi perang mereka, yakni Maslamah bin Abdul Malik, adiknya. Sementara ia menjadi laksamana.
Maslamah bin Abdul Malik mepersiapkan perlengkapan militer, ransum , kendaraan, kayu-kayu untuk membangun rumah-rumah darurat guna melindungi pasukannya dari cuaca dingin yang ekstrim, ini terjadi pada 98 H (717 M).
Sulaiman memerintahkan adiknya itu menuju Konstantinopel, dan tetap berada disana hingga berhasil menaklukkannya atau hingga ia sampai. Maka Maslamah menetap disana pada musim dingin maupun panas.
Saat itu Maslamah memerintahkan kepada setiap tentara kavaleri untuk membawa 2 mud makanan di kendaraannya hingga tiba di Konstantinopel. Makanan itu lantas dikumpulkan di salah satu tempat hingga menggunung.
Maslamah juga memerintahkan pasukannya untuk membangun rumah-rumah kayu. Para prajurit pun bercocok tanam.
Pengepungan Konstantinopel
Pengepungan dimulai sejak bulan Agustus 717 M (98 H). Armada Islam memasuki perairan Bosporus pada bulan September, terdiri atas 1800 kapal besar, belum termasuk kapal-kapal kecil.
Angkatan darat pimpinan Maslamah bin Abdul Malik melakukan pengepungan dari arah darat. Sementara Sulaiman bin Abdul Malik mengepung perairan yang biasa dilalui untuk menyuplai logistik dan kebutuhan pokok.
Kegagalan Operasi Militer
Persiapan operasi militer sudah dilakukan secara maksimal. Perbekalan, perlengkapan perang, peralatan. Ada 80.000 prajurit yang dipersiapkan, ada 1.800 kapal dikerahkan. Namun seluruh persiapan itu menjadi tak berarti karena tipu saya yang dilakukan Leo The Isaurian, Gubernur Anatolia. Ia berpura-pura bersikap kooperatif dan bernegosiasi akan membantu pasukan Islam mengepung Konstantinopel dengan syarat wilayahnya aman. Maslamah bin Abdul Malik mempercayainya.
Sesampainya di Konstantinopel, Leo melaksanakan agenda rahasia untuk kepentingan politiknya dengan memanfaatkan kelemahan Kaisar Theodosios III. Leo mengeksploitasi berita-berita kampanye militer guna menarik perhatian masyarakat kepadanya. Ia mengabarkan bahwa Konsantinopel sedang terancam oleh pasukan Islam yang kuat. Maka untuk menghadapi krisis ini dibutuhkan pemimpin yang kuat.
Maka, pada 25 Maret 717 M diadakanlah konvensi bersama para tokoh yang memutuskan pencopotan Theodosius III dari kekaisaran dan mengangkat Leo sebagai kaisar.
Untuk menghadapi Maslamah bin Abdul Malik dan pasukan Islam, Leo melakukan tipu daya dengan menyarankan agar Maslamah membakar bahan makanan. Dia berkata, “Kekaisaran Romawi telah mengetahui bahwa engkau tidak sungguh-sungguh menghendaki perang, dan bahwa engkau sengaja tetap melakukan pengepungan selama masih punya bahan makanan. Seandainya engkau membakarnya, tentulah mereka tunduk kepadamu dengan sukarela (karena takut serangan total).”
Maka Maslamah memerintahkan pembakaran bahan makanan yang dibawa. Kondisi ini membuat pasukan Islam lemah, nyaris mati kelaparan. Mereka terpaksa memakan binatang tunggangan, kulit binatang, akar pohon, dedaunan, dan segala sesuatu selain debu.
Kegagalan operasi militer ini pun disebakan faktor alam. Ada perubahan arah angin dengan tiba-tiba yang menghancurkan sejumlah besar armada kapal pasukan Islam. Ditambah lagi cuaca ekstrim yang sangat dingin.
Wafatnya Sulaiman bin Abdul Malik
Di tengah masa pengepungan Konstantinopel itu Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik wafat pada Shafar 99 H (21 September 717 M).
Sebelum wafat, Sulaiman bin Abdul Malik telah menunjuk Umar bin Abdul Aziz menjadi penggantinya sebagai khalifah. Umar bin Abdul Aziz kemudian memutuskan untuk menghentikan operasi militer ini.