Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama menggelar pelatihan pembelajaran Al-Qur’an dengan huruf Braile. Pelatihan ini diikuti para penyelenggara pendidikan Al-Qur’an terutama bagi yang memiliki santri berkebutuhan khusus.
Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur, mengatakan, giat bertajuk “Peningkatan Kompetensi Metode Pembelajaran Al-Qur’an” ini bertujuan lebih memasyarakatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan Al-Qur’an. Menurutnya, selama ini Pendidikan Al-Qur’an belum menyentuh kalangan difabel secara maksimal, baru sebagian kecil dilaksanakan oleh komunitas dalam scoope yang lebih sederhana.
Padahal, lanjut Waryono, setiap individu muslim berhak mendapatkan akses pendidikan Al-Qur’an. Islam juga mengajarkan umatnya untuk tidak diskriminatif. “Pelatihan ini digelar untuk membuka akses lebih luas bagi orang berkebutuhan khusus untuk mendapat pembelajaran membaca Al-Qur’an,” terang Waryono yang juga mantan Warek II UIN Sunan Kalijaga ini di Bandung, Rabu (18/5/2022).
Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Rohmat Mulyana yang juga Ketua Pokja Inklusi mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, pendidikan inklusi pada pembelajaran Al-Qur’an ini sangat luar biasa. Hakikat pendidikan adalah mengembangkan potensi setiap individu sesuai minat dan bakat. “Idealnya setiap anak didik dilayani beberapa guru,” tegasnya.
Pendidikan inklusi pada prinsipnya menghargai keunikan setiap individu. Dalam konteks layanan Pendidikan Al-Qur’an inklusi, anak yang belajar Al-Qur’an berkebutuhan khusus harus dipersiapkan lebih memadai, termasuk dari regulasi yang sudah ada.
Kegiatan yang diinisiasi Subdit Pendidikan Al-Qur’an ini diselenggarakan selama 3 hari, 18-20 Mei 2022 di Bandung. Giat ini diikuti penyelenggara Pendidikan Al-Qur’an terutama yang berkebutuhan khusus, jajaran Kemenag Provinsi dan Kankemenag Kab/Kota terdekat, serta Staf Subdit. Hadir juga sebagai narasumber, Ustadz Basuki (Komunitas Tunanetra, “Sahabat Mata” Semarang), Ustadz Dr. Ridwan Effendi (Pengasuh Pondok Pesantren Tunanetra Darusshudur Bandung), serta Dr. Muhrison dari CISForm Yogyakarta.
Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an Makhrus menambahkan, selain pemberian materi dari narasumber, peserta juga diajak melihat praktik pembelajaran Al-Qur’an di Pesantren Tunanetra Darushshudur Kab. Bandung. Best Practice ini diharapkan dapat memberikan motivasi baru bagi para peserta dan pengambil kebijakan di Kementerian Agama.
“Ternyata perlu ketelitan khusus dalam mempelajari aksara braille dan harus benar-benar menggunakan intuisi,” ujar salah satu peserta dari Sekolah TK Al-Qur’an Bandung. Dia berharap pelatihan seperti ini dapat dilaksanakan di setiap daerah agar semua penyandang disabilitas mendapatkan haknya untuk belajar Al Qur’an sesuai dengan pedoman yang benar.
SUMBER: https://kemenag.go.id/read/kemenag-latih-pembelajaran-al-quran-braille-bagi-penyelenggara-pendidikan-berkebutuhan-khusus