(333 – 334 H/944 – 945 M)
Al-Mustakfi bi-llah, Abul Qasim, Abdullah bin Al-Muktafi bin Al-Mu’tadhid. Ibunya adalah mantan budak yang bernama Amlahunnas.
Al-Mustakfi dilantik menjadi khalifah saat berusia 41 tahun setelah pencopotan Khalifah Al-Muttaqi pada bulan Shafar 333 H / September/Oktober 944 M.
Tuzun Wafat
Setelah setahun masa pemerintahan Khalifah Al-Mustakfi, Amirul Umara Tuzun wafat. Salah seorang panglima Al-Mustakfi yang terkemuka bernama Abu Ja’far Zairak bin Syairazad segera diangkat menggantikan posisinya.
Ahmad bin Buwaih Menduduki Baghdad
Mendengar mangkatnya Tuzun, Panglima Ahmad bin Buwaih penguasa wilayah Kirman dan Makram, yang saat itu telah merebut dan menguasai wilayah Ahwaz bersama pasukannya bergerak menuju Baghdad. Ia hendak merebut jabatan Amirul Umara. Mengetahui hal itu, Khalifah Al-Mustakfi dan Zairak bin Syairazad melarikan diri dari Baghdad. Panglima Ahmad bin Buwaih dan pasukannya pun mampu menduduki ibukota.
Khalifah Al-Mustakfi muncul kembali dan pura-pura menerima kedatangan Panglima Ahmad bin Buwaih, lalu mengangkatnya menjadi Amirul Umara. Ahmad bin Buwaih pun mengumumkan dirinya dengan panggilan Amir Muiz Ad-Daulah. Ia mengokohkan wilayah Fars dan Isfahan tetap di bawah saudara-saudaranya, Ali bin Buwaihi dan Hasan bin Buwaihi. Mulai saat itu Bani Buwaihi yang beraqidah syiah itu memegang posisi penting yang amat menentukan sejarah Daulah Bani Abbasiyah selanjutnya.
Rencana Pembunuhan Amirul Umara
Khalifah Al-Mustakfi merencanakan pembunuhan Ahmad bin Buwaihi. Rencana itu disiapkan oleh Qahrimanat Illam yang mendapatkan persetujuan dari sang khalifah.
Namun, rencana ini terendus oleh Muizud Daulah, Ahmad bin Buwaihi. Lalu khalifah dijebloskan ke penjara sedangkan Qahrimanat dipotong lidahnya.
Khalifah Al-Mustakfi hanya memerintah selama satu tahun empat bulan. Ia wafat di penjara pada 335 H / 946 M.