(86 – 96 H / 705 – 715 M)
Namanya Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam. Ibunya bernama Wiladah binti Al-Abbas bin Juz bin Al-Harits bin Zuhair Al-Abbasi. Al-Walid dilahirkan sekitar tahun 50 H (670 M)
Mencintai Al-Qur’an
Al-Walid adalah pecinta Al-Qur’an, banyak membacanya dan memotivasi masyarakat untuk menghafalnya dengan memberi hadiah. Ibrahim bin Abu Ablah mengabarkan bahwa Al-Walid bin Abdul Malik di tengah kesibukannya dapat mengkhatamkan Al-Qur’an setiap tujuh hari sekali. Selama bulan Ramadhan, ia membaca Al-Qur’an sebanyak 17 khataman.
Al-Walid pernah menyuruh Ibrahim membagikan beberapa potong perak kepada para penghafal Al-Qur’an di Baitul Maqdis (lihat: Bidayah wan Nihayah, 9: 162; Siyar A’lam An Nubala, 4: 348)
Ia juga membayarkan hutang para penghafal Al-Qur’an, diantaranya adalah Utsman bin Yazid bin Khalid.
Kebijakan-kebijakan Khalifah Al-Walid
- Membangun Masjid Damaskus.
- Merenovasi Masjid Nabawi.
- Membuat mimbar-mimbar.
- Menyantuni orang miskin.
- Menyantuni orang-orang cacat dan menyediakan pelayan bagi mereka
- Menyediakan pemandu bagi setiap orang buta.
- Melakukan futuhat-futuhat besar.
(Lihat: Tarikh At-Thabari, 6: 496; Al-Kamil fi t Tarikh, 5: 9; Al-Bidayah wan Nihayah, 9: 164)
Renovasi Masjid Nabawi
Proyek ini dipercayakan kepada saudara sepupunya: Umar bin Abdul Aziz (Walikota Madinah); pengawasannya ditugaskan kepada Shalih bin Kaisan.
Al-Walid menggelontorkan dana yang besar, mengirim aneka marmer dan mozaik. Mengirim 80 ahli bangunan berkebangsaan Romawi dan Koptik dari Syam dan Mesir.
Masjid Damaskus
Masjid ini menjadi simbol kebesaran arsitektur Islam. Pembangunannya menghabiskan dana yang begitu besar sehingga mengundang kritik. Masa pembangunannya pun menghabiskan seluruh masa pemerintahan Al-Walid, dan baru dirampungkan pada masa pemerintahan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, adiknya.
Perbaikan Jalan Raya
Jalan raya yang diperbaiki terutama rute menuju negeri Hijaz guna mempermudah perjalanan jamaah haji menuju Baitul Haram. Al-Walid memerintahkan kepada Umar bin Abdul Aziz untuk mempermudah pelayanan, menggali sumur-sumur dan membuat kran-kran atau sejenisnya, menyediakan para petugasnya, dan memberikan minum kepada para jama’ah haji.
Menguasai Andalusia
Andalusia
Andalus adalah sebutan bagi daerah di Semenanjung Iberia, saat ini mencakup wilayah Spanyol dan Portugal. Disebut Andalusy karena kelompok manusia yang pertama kali tinggal disana adalah kaum Vandal (diarabkan menjadi: Al-Andalusy). Kaum nasrani menyebutnya Hispania.
Sejak abad ke-5 M wilayah ini diduduki oleh bangsa Visigoth (Goth Barat), sebuah suku liar dari Eropa Utara. Goth terbagi dua: Goth Timur (tunduk pada bangsa Hun) dan Goth Barat (tunduk pada Romawi).
Goth Barat berkoalisi dengan Romawi untuk menumpas pemberontakan bangsa Galia (selatan Perancis, utara Andalusia). Mereka kemudian menetap di Prancis bagian tengah dan selatan (sungai la Garonne dan sungai Loire). Mereka membantu Romawi memerangi bangsa Vandal di Semenanjung Iberia, lalu meminta bagian wilayah tersebut kepada Romawi.
Kondisi Politik Andalusia
Kekuasaan bangsa Visigoth di Semenanjung Iberia terus berlangsung hingga terjadi futuhat Islam. Pasukan Islam datang kesana dalam keadaan kondisi politik di Semenanjung Iberia kacau balau akibat perebutan singgasana pasca kematian Raja Wittiza tahun 708 M, antara Achila putranya dan Roderic yang berhasil merampas kerajaan dengan bantuan bangsawan dan tokoh agama.
Kondisi Sosial Andalusia
Masyarakat Andalusia terbagi menjadi 4 strata:
- Strata bangsawan: para pangeran bangsa Goth. Mereka diutamakan dalam segala hal, menikmati jatah tanah dan lahan yang luas.
- Strata rohaniawan: orang-orang yang mengeksploitasi kedudukan di bidang agama untuk meraih dunia.
- Strata rendahan: terdiri dari para petani yang nasibnya mirip budak. Hidup miskin, dibebani pajak, mengerjakan pekerjaan berat, hak-hak sipil mereka terampas.
- Kaum Yahudi: Mereka tidak pernah merasakan hidup tenang dan nyaman karena menjadi sasaran permusuhan dan penindasan.
Sejarawan Eropa sepakat bahwa kondisi Andalusia saat itu memang sudah rusak parah. Penaklukan Islam ke wilayah ini membawa kebaikan dan keberkahan tersendiri bagi masyarakat akar rumput (lihat: The Preaching of Islam, Thomas Arnold).
Bahkan ada sejarawan yang menyebutkan bahwa kaum muslimin melintasi Selat (Gibraltar) dalam rangka permintaan tolong Julian penguasa Goth di Septum (Ceuta) yang menjadi perwakilan rakyat Andalusia, agar mereka diselamatkan dari kobaran api penguasa Goth. (lihat: Futuh Mishra, Ibnu Abdil Hakam, hal. 138; Al-Kamil, Ibnul Atsir, 4: 561)
Julian telah menawarkan idenya untuk mengundang kaum muslimin sejak tahun 90 H. Saat itu Musa bin Nushair segela berkonsultasi kepada Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Ia memerintahkan agar Musa menguji coba beberapa battalion kecil guna mengamati kondisi yang ada.
Khalifah Al-Walid tidak sepenuhnya percaya kepada Julian, maka ia menyelidikinya terlebih dahulu. Musa mempersilahkan Julian untuk menyerbu Roderic terlebih dahulu. Setelah itu barulah pasukan Islam turut menyerbu.
Thariq bin Ziyad
Musa bin Nushair mempercayakan komando kepada Thariq bin Ziyad untuk memimpin 7.000 tentara melintasi selat (Gibraltar) dan singgah di sebuah gunung yang kini diabadikan namanya yaitu Gibraltar (Jabal Thariq).
Sebelum pertempuran dengan bangsa Goth, Musa bin Nushair mengirimkan balabantuan sebanyak 5.000 tentara lengkap dengan kuda dan persenjataan.
Pertempuran Syidzunah
Terjadi pertempuran Syidzunah atau Guadalette (Wadi Lakkah) pada 28 Ramadhan 92 H (19 Juli 711) antara pasukan Roderic dengan pasukan Thariq, setelah sebelumnya terjadi bentrokan-bentrokan dengan pasukan Goth. Satu demi satu pasukan yang dikirim Roderic dapat dikalahkan. Dalam pertempuran Syidzunah itu Roderic kalah telak, dan ia gugur.
Thariq bin Ziyad bergerak ke Jaen kemudian ke Toledo (Ibu Kota Kerajaan Goth), sementara pasukan lain bergerak ke Cordoba, Granada, Malaga, dan Tudmir. Toledo dapat diduduki tanpa perlawanan, karena penduduknya telah mengungsi ke kota La Maya di balik gunung. Thariq bin Ziyad disambut orang-orang Yahudi.
Musa bin Nushair menyeberang ke Andalusia bersama 18.000 pasukan. Ia pun melakukan penaklukan kota-kota di sebelah barat: Camona, Sevilla, Merida, dan Niebla. Setelah bertemu dengan Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair kemudian menaklukkan kota-kota penting: Zaragoza dan Barcelona. Selanjutnya menduduki Carcassone, Narbonne, Benteng Lodon di atas Lembah Radunah Rhone.
Musa dan Thariq Dipulangkan ke Damaskus
Musa bin Nushair mengemukakan gagasan menyerbu Konstantinopel dari Barat. Namun Khalifah Al-Walid merasa khawatir dengan beban tanggung jawabnya atas keselamatan pasukan muslimin. Maka Musa dan Thariq dipulangkan ke Damaskus pada tahun 95 H (714 M).
Pasca kepulangan Musa bin Nushair, berdirilah keamiran Bani Umayyah di Andalusia. Amir pertama adalah Abdul Aziz bin Musa bin Nushair (95 – 97 H)
Penaklukkan di Asia Tengah
Penaklukkan di wilayah ini dilakukan oleh Qutaibah bin Muslim:
- Tahun 86 – 87 H (705 – 707 M) wilayah Tokharistan ditaklukkan.
- Tahun 87 – 90 H (707 – 710 M) wilayah Bukhara ditaklukkan.
- Tahun 90 – 93 H (710 – 713 M) wilayah Naizak, Sijistan, dan Samarkhand ditaklukkan.
- Tahun 94 – 96 H (714 – 716 M) wilayah Asy-Syasy, Fergana, dan Kashgar ditaklukkan.
Terjadi pula penaklukkan wilayah Sindh (89 -96 H) di bawah pimpinan Muhammad bin Al-Qasim (keponakan Al-Hajjah bin Yusuf At-Tsaqafi).
Wafatnya Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
Al-Walid wafat pada bulan Jumadit Tsani 96 H / Februari 715 M dalam usia 51 tahun.Ia diagntikan oleh saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik.