Reporter Alarabiya dan Alhadats melaporkan pada malam Jum’at bahwa jalan-jalan menuju Al-Farnag di ibukota Tripoli, Libya ditutup setelah meletusnya kontak tembak sengit antara dua fraksi bersenjata Libya Shield Force dan Presidential Guard yang merupakan dua kelompok bersenjata paling besar di Libya.
Konfrontasi bersenjata bermula setelah beberapa jam dimulainya parade militer antar kedua fraksi bersenjata tersebut, setelah sebelumnya kelompok Presidential Guard menculik Essam Harous, seorang komandan tempur dari kelompok Libya Shield Force yang datang untuk mengembalikan anggotanya yang ditangkap.
Dalam kontak tembak yang masih berlangsung ini, kedua kelompok menggunakan beraneka ragam senjata dari senjata-senjata kelas menengah dan berat. Beberapa aktivis juga mengabarkan bahwa kedua kelompok ini saling meluncurkan roket dan mortil dengan serampangan dan menutup banyak jalan yang membuat warga sipil ketakutan dan khawatir, terutama keluarga-keluarga yang berdomisili di dekat lokasi terjadinya kontak tembak.
Suara tembakan dan bom juga terdengar saling bersahutan dalam radius yang luas, yang membuat warga sipil ketakutan dan khawatir, terutama keluarga-keluarga yang berdomisili di dekat area terjadinya kontak tembak. Otoritas yang berkuasa diminta ikut campur tangan mengamankan warga-warga dan mencari jalan keluar aman dan mengeluarkan mereka dari pusat konflik.
Dilaporkan bahwa sekitar 200 wanita masih terjebak dalam beberapa ruangan pertemuan dan acara yang terletak berdekatan dengan lokasi terjadinya kontak tembak dan mereka meminta agar pihak keamanan otoritas setempat ikut campur tangan untuk menyelamatkan mereka dan mengeluarkan mereka ketempat aman serta menuntut dibukanya jalur evakuasi yang aman.
Meningkatnya tensi ketegangan keamanan yang berulang kali terjadi di Tripoli mencerminkan sejauh mana corat-maritnya konflik yang dialami Libya ditengah pertarungan dua pemerintahan untuk merebut kekuasaan. Fraksi-fraksi bersenjata yang berkuasa di Tripoli dan kota-kota lain di barat Libya memainkan peran besar dalam konflik ini.
Fraksi-fraksi bersenjata yang berkuasa di Tripoli memiliki hubungan yang tegang antar satu dan lainnya. Kepentingan yang bermacam-macam dan afiliasi yang berbeda juga menjadi penghalang paling jelas yang menyulitkan upaya perdamaian dan keamanan di Libya.
Sejak beberapa bulan lalu, Libya menghadapi ketegangan politik yang semakin tajam setelah Abdul Hamid Dbeibeh, Perdana Menteri Interim Libya menolak untuk menyerahkan kekuasaan ke pemerintahan baru yang dipimpin Fathi Bashagha yang diamanatkan oleh parlemen. Pemerintahan baru ini telah memulai aktifitasnya sejak bulan lalu dengan pusat pemerintahannya yang terletak di kota Sirte yang terletak di tengah-tengah Libya.
Dua pemerintahan yang bersengketa inj didukung oleh beberapa fraksi bersenjata yang berkedudukan di Tripoli dan Misrata. Hal ini menimbulkan ketakutan akan terjadinya kembali perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan.
Sumber: Alarabiya.