Jumlah korban bentrokan yang terjadi di distrik Crater di Aden (Yaman selatan) antara pasukan yang berafiliasi dengan Dewan Transisi yang didukung UEA meningkat menjadi 6 orang tewas, sementara Perdana Menteri Maeen Abdul Malik Saeed menyerukan agar bentrokan tersebut segera diakhiri.
Seorang pejabat di Kegubernuran Aden mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jumlah korban tewas dalam bentrokan bersenjata di distrik Crater bertambah menjadi 6 orang -termasuk warga sipil- dan lebih dari 10 terluka diantaranya adalah anak-anak. Bentrokan meletus saat pagi hari sabtu, antara Security Belt Forces dan Pasukan Polisi dari Southern Transitional Council (STC) Dewan Transisi Selatan.
Kantor berita resmi Yaman, Saba News Agency (SABA) mengatakan bahwa Perdana Menteri Yaman telah mengarahkan Gubernur Aden, Ketua Komite Keamanan, Ahmed Lamlas, dan Direktur Keamanan Aden, Mayor Jenderal Mutahar Al-Shuaibi untuk segera bekerja mengakhiri dengan cepat apa yang dia gambarkan sebagai peristiwa yang sangat disesalkan di Crater, yang mengakibatkan jatuhnya korban sipil dan situasi yang mencekam.
Pasukan polisi pada awalnya menuntut pembebasan sejumlah pemuda yang ditangkap oleh Security Belt Forces yang didukung UEA menyusul protes di Aden selama beberapa hari terakhir yang menuntut adanya perbaikan kondisi kehidupan, penekanan inflasi dan melambungnya harga barang. Pasukan Security Belt Forces kemudian menyerbu sejumlah kawasan perumahan, merusak sejumlah toko dan rumah-rumah
Saksi mata mengatakan bahwa pasukan bantuan dari Brigade Kelima Dewan Transisi menuju Crater untuk menggeruduk komandan militer; Imam An-Nuby yang bertanggung jawab melindungi markas koalisi di kota tersebut yang justru mendukung demonstrasi rakyat.
Menurut media Yaman, kehidupan di kota Crater telah berhenti sejak dini hari, jalan-jalan kota tampak kosong dari pergerakan apa pun, dan puluhan keluarga masih terkepung dan tidak bisa keluar dari rumah mereka.
Wartawan Yaman Fouad Massad mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pemandangan di distrik Crater dipenuhi oleh ketakutan akan meluasnya bentrokan, dimana pasukan keamanan berusaha menyerbu kawasan perumahan untuk mencari orang-orang bersenjata yang dikatakan berada didalamnya. Sebagaimana pintu masuk dan keluar dari kota tersebut telah ditutup.
Komite Keamanan di Aden meminta penduduk Distrik Crater untuk tetap tinggal di rumah mereka selama beberapa jam ke depan untuk melakukan apa yang disebut “pembersihan kota” dari beberapa sumber teroris. Komite tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan mentolerir pihak manapun yang mencoba untuk mengganggu keamanan kota Aden dan warganya serta mengangkat senjata melawan otoritas setempat. Komite berjanji untuk melindungi properti pribadi dan publik yang menjadi sasaran penjarahan selama beberapa hari terakhir.
Ketegangan terjadi di kota Aden antara pasukan pemerintah yang didukung Saudi dan diakui internasional dan pasukan Dewan Transisi Selatan yang didukung Emirat terkait pengendalian wilayah selatan negara itu. Perdana menteri Yaman, yang didukung oleh Arab Saudi, kembali minggu lalu dari KSA dan tinggal di istana kepresidenan di Crater bersama para menteri-menteri lainnya, sementara Presiden negara itu Abdu Rabbuh Mansour Hadi tinggal di ibu kota Saudi, Riyadh.
Yaman Selatan lumpuh karena perebutan kekuasaan antara pemerintah resmi yang didukung Arab Saudi dan Dewan Transisi Selatan yang didukung UEA, yang menyebabkan protes dalam beberapa bulan terakhir karena semakin menyebarnya angka kemiskinan dan memburuknya pelayanan publik.
Arab Saudi telah mencoba untuk membuat kesepakatan perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri krisis antara pemerintah dan Dewan Transisi Selatan, termasuk pembentukan pemerintah baru yang mencakup pasukan pendukung kemerdekaan Yaman Selatan, namun rencana pemindahan dan penentuan pasukan belum juga direalisasikan.
Koalisi Saudi-Emirat melakukan intervensi militer di Yaman pada 2015 untuk memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran yang telah mengusir pemerintah resmi Yaman dari ibu kota Shana’a pada akhir 2014, dimana saat ini mereka (Houtsi) menguasai sebagian besar bagian utara negara itu dan pusat-pusat kota besar. Perang Yaman terus berlanjut, menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong negara itu ke ambang bencana kelaparan.
Sumber: Al-Jazeera.