Khalifah Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125 – 126 M /743 – 744 M)
Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik bin Marwan. Ibunya bernama Ummu Al-Hajjaj binti Muhammad bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dilahirkan di Damaskus pada tahun 90 H, ada pula yang mengatakan 92 H.
Ketika ayah Al-Walid II, yakni Khalifah Yazid bin Abdul Malik (Yazid II), mengangkat Hisyam bin Abdul Malik, adiknya, menjadi putra mahkota, ia juga sekaligus mengangkat putranya sebagai putra mahkota setelah Hisyam.
Maka ketika Khalifah Hisyam bin Abdul Malik wafat pada bulan Rabiul Awwal 125 H, Al-Walid menyolatinya, kemudian ia dibaiat sebagai khalifah sepeninggal pamannya itu pada hari itu juga.
Kebijakan Politik Al-Walid II
- Menaikkan gaji angkatan bersenjata. Hal ini dilakukan karena banyaknya peninggalan harta baitul mal yang ditinggalkan oleh pamannya Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
- Proyek-proyek sosial: pemberian bantuan dana kesehatan bagi penderita penyakit kronis, cacat, dan buta.
- Menaikkan gaji warganya, terutama penduduk Syam dan para pendatang.
(Lihat: Al-Bidayah wan Nihayah, 10: 4)
Berita-berita Negatif
Di dalam buku-buku tarikh, Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik disebut sebagai orang fasik, zalim, suka bermabuk-mabukan, nyayian dan sejenisnya. Ia dituduh berhasrat meminum-minuman keras di atas Ka’bah ketika diangkat menjadi Amirul Hajj pada tahun 119 H (737 M). Ia juga dituduh melecehkan mushaf Qur’an, karena ketika ia membukanya, ayat yang terlihat adalah firman Allah,
وَاسْتَفْتَحُوا وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ مِنْ وَرَائِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَىٰ مِنْ مَاءٍ صَدِيدٍ
“Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,…” (QS. Ibrahim, ayat 15 – 16)
Kudeta dan Pembunuhan terhadap Al-Walid II
Al-Walid dibunuh di istananya di sebuah perkampungan bernama Al-Bukhra (beberapa mil dari Tadmur), pada 28 Jumadil Akhir 126 H (20 April 744 M).
Pemberontakan ini dilakukan oleh kalangan saudara sepupunya sendiri, dipimpin oleh Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik, didukung sepupu-sepupunya yang lain: Hisyam, Sulaiman, dan Al-Hajjaj.
Fanatisme Kesukuan
Pemberontakan ini didorong pula oleh fanatisme kesukuan. Suku Yaman mendukung pemberontakan karena fanatisme Khalifah Al-Walid pada suku Mudhar.
Yazid bin Al-Walid beserta pendukungnya mengeksploitasi aneka tuduhan dan gossip yang dilontarkan terhadap Al-Walid, sehingga memperoleh pembenaran untuk melakukan kudeta.
Propaganda melawan Al-Walid II telah dimulai di era kekhalifahan pamannya, Hisyam bin Abdul Malik, yakni ketika Al-Walid menjadi putera mahkota. Hisyam pernah meminta agar Al-Walid II melepaskan haknya sebagai putra mahkota dan melimpahkan kepada Maslamah bin Hisyam bin Abdul Malik, namun ia menolaknya.
Potongan Peristiwa Kudeta
Ketika para pemberontak mengepung Al-Walid di istananya, ia meminta seseorang yang bisa diajaknya bicara dari kalangan pemberontak. Datanglah Yazid bin Anbasah As-Saksaki. Kepada Yazid, Al-Walid menyebutkan kebijakan-kebijakannya yang berpihak kepada masyarakat. Namun Yazid mengemukakan alasannya melakukan pemberontakan adalah karena Al-Walid suka meminum minuman keras, mengawini ummu walad ayahnya, dan meremehkan hukum Allah.
Al Walid menukas, “Sesungguhnya yang dihalalkan kepadaku terlalu luas jika dibandingkan dengan semua yang kau sebutkan tadi.” Lalu ia duduk dan mengambil mushaf, lalu berkata, “Suatu hari seperti yang dilalui Utsman.”
Kata-kata terakhirnya sebelum meninggal adalah: “Demi Allah, kalua kalian membunuhku, tanaman kalian tidak akan tumbuh tinggi (keturunan kalian akan mati muda), urusan kalian tidak akan beres, dan persatuan kalian tidak akan terwujud!” (Tarikh At-Thabari, 7: 246; Al-Kamil fi Tarikh, 5: 287-288; Al-Bidayah wan Nihayah, 10: 10 – 11)
Faktor Penyebab Kudeta
- Rusaknya hubungan Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik dengan saudara-saudara sepupunya (keturunan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik dan Al-Walid bin Abdul Malik)
- Rusaknya hubungan dengan kelompok Yaman, yakni ketika ia menyerahkan Khalid bin Abdullah Al-Qusari kepada musuhnya, yakni Yusuf bin Umar (Gubernur Irak) yang menyiksanya sampi akhirnya meninggal.
- Al-Walid membaiat kedua putranya sendiri, Al-Hakam dan Utsman, padahal mereka berdua belum baligh.
Dampak Pembunuhan Al-Walid II
Bisa dikatakan, peristiwa kudeta dan pembunuhan terhadap Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik ini menjadi awal kebinasaan Bani Umayyah.
Sebelum peristiwa ini terjadi, adik dari Yazid bin Al-Walid (pemimpin pemberontak), yakni Al-Abbas bin Al-Walid (Walikota Armenia) telah memperingatkan kakaknya akan bahaya kudeta, namun tidak digubrisnya. Diantara nasihat yang disampaikannya melalui Sa’id bin Abdul Malik bin Marwan adalah ungkapan, “Aku tahu betul, perpecahan berdampak kerusakan agama dan dunia…”
Dampak langsung pembunuhan itu adalah terpecahnya Bani Umayyah, mereka saling menyerang satu sama lain.