Maroko menyatakan penyesalannya atas keputusan Aljazair untuk memutuskan hubungan antara kedua negara. Keputusan itu dianggap Rabat sebagai sebuah langkah yang ‘tak dapat dibenarkan’.
Pada hari Selasa kemarin (24/0821) Menteri Luar Negeri Aljazair Ramtane Lamamra mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Maroko dan menuduh Rabat telah melakukan ‘tindakan permusuhan’ dengan Aljazair.
Selama beberapa dekade, Hubungan Aljazair dan Maroko telah memburuk terutama karena konflik Sahara Barat. Perbatasan antara kedua negara tetangga itu telah ditutup sejak tahun 1994.
Pekan lalu, Aljazair menuduh bahwa kelompok teroris berada di balik kebakaran hutan besar-besaran yang melanda negara itu. Aljir juga mengatakan bahwa salah satu kelompok teroris itu didukung oleh Maroko.
Dalam sebuah konferensi persnya, Lamamra merujuk pada “dukungan Maroko untuk salah satu kelompok yang menuntut kemerdekaannya di wilayah Kabylie (yaitu gerakan Mak atau Movement for the autonomy of Kabylie). Ia juga mengatakan bahwa Rabat telah memata-matai para pejabat Aljazair dan gagal memenuhi komitmen bilateral termasuk yang berkaitan dengan Sahara Barat.”
Sementara itu, Aljazair juga mendukung gerakan Front Polisario yang menuntut kemerdekaan Sahara Barat yang diklaim oleh Maroko sebagai bagian dari wilayahnya.
Bulan lalu, Aljazair memanggil duta besarnya untuk Maroko untuk mendiskusikan (situasi terakhir). Langkah itu dilakukan setelah utusan Maroko untuk PBB, Omar Hilal menyatakan dukungannya untuk penentuan nasib sendiri wilayah Kabylie Aljazair.
Setelah pengumuman Aljazair, Maroko menyatakan “penyesalannya atas keputusan yang sama sekali tidak dapat dibenarkan itu.”
Kementerian Luar Negeri Maroko mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan itu memang telah diprediksikan melihat pada eskalasi dan ketegangan yang telah dipantau dalam beberapa pekan terakhir serta dampaknya terhadap rakyat Aljazair. Rabat juga menolak dengan tegas alibi palsu, bahkan dibuat-buat yang mendasari (keputusan tersebut).
“Kerajaan Maroko akan tetap menjadi mitra yang jujur dan setia terhadap rakyat Aljazair dan akan terus bekerja dengan segala kebijaksanaan dan tanggung jawab untuk mengembangkan hubungan diplomatik Maroko yang damai dan konstruktif.” tambah pernyataan itu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyatakan penyesalannya yang mendalam atas apa yang terjadi antara Aljazair dan Maroko. Ia menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Seorang pejabat di Sekretariat Jenderal Liga Arab mengatakan bahwa Aljazair dan Maroko adalah dua negara penting dalam menyusun kerjasama Liga Arab. Ia juga mengatakan bahwa harapan itu masih ada untuk memulihkan tingkat minimum hubungan kedua negara dengan cara menjaga stabilitas, kepentingan bersama, dan stabilitas kawasan.
Sumber: BBCnews Arabic.