Bani Al-Afthas Penguasa Badajoz
Badajoz terletak di bagian utara kerajaan Sevilla, dibatasi pegunungan Siera Morina. Membentang dari bagian barat kerajaan Toledo hingga ke lautan Atlantik di barat. Berada di kawasan Portugal saat ini hingga ke Kota Beja di Selatan. Meliputi kota-kota penting: Merida, Lisabon, Santarem, Ceimbra, dan lain-lain.
Sejarah Awal Bani Al-Afthas di Badajoz
Pada masa Al-Hakam Al-Mustanshir billah, Badajoz dipimpin oleh seorang pemuda bernama Sabur Al-Amiri, seorang Slavia (bekas budak). Ketika terjadi konflik di Andalusia, Badajoz memisahkan diri dari Andalusia. Sabur menyerahkan persoalan pemerintahan kepada Perdana Menterinya, Abdullah bin Muhammad bin Maslamah Al-Afthas.
Sabur Al-Amiri wafat pada 413 H/1022 M, meninggalkan dua orang anak yang belum baligh: Abdul Malik dan Abdul Aziz. Sejak saat itu kepemimpinan penuh berada di tangan Abdullah bin Muhammad bin Maslamah dan keturunannya.
Bani Al-Afthas
Mereka berasal dari Miknas di Maghrib, dari kalangan menengah, namun memiliki kemampuan pengelolaan negara. Nenek moyang Bani Al-Afthas, Muhammad bin Maslamah Al-Afthas adalah seorang tantara bayaran dari kalangan Berber.
Abdullah bin Muhammad bin Maslamah Al-Afthas membangun kekuatan militer, membangun benteng-benteng pengaman dari serangan luar: Bani Abbad di Sevilla dan Bani Dzun Nun di Toledo. Ia pernah ditawan oleh Bani Abbad pada tahun 421 H/1030 M, namun kemudian dilepaskan.
Konfrontasi dengan Bani Abbad
Pada 425 H/1034 M, terjadi konfrontasi antara Bani Al-Afthas dengan Bani Abbad yang berhasil dimenangkan Bani Al-Afthas. Konfrontasi terhenti karena Bani Abbad sibuk menghadapi kaum Berber di Granada, Cormona, dan Malaga. Disinilah Ismail Al-Qadhi wafat.
Abdullah bin Muhammad bin Maslamah Al-Afthas pun sibuk dengan pemberontakan di Lisabon yang dilakukan oleh kedua putra Sabur Al-Amiri, Abdul Aziz dan Abdul Malik. Namun di masa-masa pemberontakan ini Abdul Aziz wafat, sementara Abdul Malik tidak memiliki kapasitas seperti kakaknya, sehingga diam-diam penduduk Lisabon meminta kepada Abdullah bin Muhammad bin Maslamah Al-Afthas untuk mengirim orang untuk pemimpin Lisabon. Dikirimlah Muhammad bin Abdullah Al-Afthas, hingga Abdul Malik terusir dan mendapat suaka di Cordoba yang saat itu dipimpin oleh Al-Wazir Ibnu Jahur. Muhammad bin Abdullah Al-Afthas Naik Tahta
Abdullah bin Muhammad bin Maslamah al-Afthas wafat pada Jumadil Ula 437 H/Nopember 1045 M. Ia digantikan oleh anaknya, Muhammad bin Abdullah Al-Afthas yang bergelar Al-Muzhaffar. Di masa kepemimpinannya ia berhasil menyaingi kekuasaan Bani Abbad di Sevilla dan Bani Dzun Nun di Toledo.
Keunggulan Al-Muzhaffar
Ia berminat pada ilmu, tsaqafah, bermajelis dengan ulama, dan mengoleksi kitab-kitab. Ia sering menghadirkan ulama untuk bermudzakarah. Ia menulis buku berjudul At-Tadzkirah yang dikenal juga dengan nama Kitab Al-Mudzaffar; terdiri dari 100 jilid, sebuah ensiklopedi ilmiah, sejarah, sastra, dan kisah-kisah unik. Ia menulisnya tanpa bantuan para ulama, kecuali juru tulisnya yakni Abu Utsman Sa’id bin Khairah. Ibnu Hazm membangga-banggakan keunggulan Al-Muzhaffar ini.
Ulama Terkenal di Wilayah Badajoz
Abul Walid Al-Baji (402-474 H/1012-1081 M)
Lahir di wilayah Bajah. Menuntut ilmu ke Hijaz, Baghdad, Damaskus, Mosul, dan Ishfahan. Mendalami hadits, fikih, dan ilmu kalam. Ia menjadi Qadhi di Badajoz.
Kitab-kitabnya: Al-Muntaqa, Ihkamul Fushul fi Ahkamil Ushul, At-Ta’dil wa At-Tajrih fiman Rawa ‘anhu Al-Bukhari fi As-Shahih, dll.
Ibnu Abdil Barr (368-463 H/978-1071 M)
Abu Umar Yusuf bin Abdil Barr An-Namri Al-Qurthubi Al-Maliki. Dia adalah seorang Al-Hafidz. Meninggalkan Cordoba, kemudian menjabat Qadhi di Lisabon dan Cantarin di masa Al-Mudzaffar bin Al-Afthas.
Kitab-kitabnya: Ad-Durar fi Ikhtisar Al-Maghazi was Siyar, Al-Aql wal Uqala, Al-Isti’ab, Bahjah Al-majalis wa Unsul Majalis, At-Tamhid, dll.
Pertempuran dengan Negara Tetangga
Pernah terjadi pertempuran dahsyat antara Bani Al-Afthas dengan Bani Abbad di Lablah dan Yabirah, yang nyaris memusnahkan dua negara itu. Namun penguasa Cordoba, Al-Wazir Abul Hazm dan Abul Walid bin Jahur berhasil melakukan campur tangan dan mendamaikan mereka. Selanjutnya wilayah Badajoz juga menghadapi serangan dari Al-Ma’mun bin Dzun Nun penguasa Toledo.
Ferdinad I Memanfaatkan Situasi
Pihak Kristen di utara dibawah pimpinan Ferdinand I, anak Sanchez, Raja Castille dan Leon melakukan serangan ke wilayah utara dan Barat Badajoz sehingga jatuhlah benteng-bentengnya ke tangan Ferdinand.
Yang paling memilukan adalah jatuhnya benteng Ceimbra pada tahun 456 H/1064 M, sehingga Muhammad bin Abdullah Al-Afthas harus membayar jizyah kepada kerajaan Kristen.
Yahya bin Muhammad bin Abdullah Naik Tahta
Al-Muzhaffar Muhammad bin Abdullah Al-Afthas wafat pada 460 H/1067 M. Ia diagantikan putranya Yahya bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas yang bergelar Al-Manshur. Sementara adiknya, Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas menjadi pemimpin di Evora.
Pemberontakan Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas
Umar melakukan pemberontakan kepada Yahya, dan puncaknya terjadi pada 461 H/1068 M. Situasi ini dimanfaatkan oleh Alfonso putra Ferdinand untuk melakukan serangan serta merampas harta dan rumah-rumah.
Dalam perang saudara ini, Umar meminta bantuan kepada Al-Mu’tamid bin Abbad penguasa Sevilla; sementara Yahya meminta bantuan kepada Al-Ma’mun bin Dzun Nun penguasa Toledo. Peperangan terus berkobar hingga Yahya wafat pada 461 H/1068 M.
Al-Mutawakkil Umar bin Al-Afthas Naik Tahta
Pasca wafatnya Yahya, Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas otomatis naik tahta. Pada masanya, Badajoz menjadi negeri sastra, nahwu, dan ilmu-ilmu lainnya. Ia tidak popular sebagai pemimpin, namun sebagai sastrawan, penyair, dan pembicara yang fasih; seperti Al-Mu’tamid bin Abbad di Sevilla.
Menduduki Toledo
Peristiwa politik yang pernah dilalui Al-Mutawakkil Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas adalah ia bisa menduduki Toledo pada tahun 472 H/1079 M, saat penguasanya, Al-Qadir billah Yahya bin Dzun Nun melarikan diri disebabkan terjadinya pemberontakan.
Al-Mutawakkil keluar lagi dari Toledo karena Al-Qadir billah Yahya bin Dzun Nun Kembali lagi ke Toledo dengan bantuan pasukan Kristen. Selanjutnya Toledo jatuh dalam kekuasaan kerajaan Kristen pada 487 H/1085 M.
Upaya Menggalang Persatuan
Pasca jatuhnya Toledo, Al-Mutawakkil Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas, mengutus Al-Qadhi Abul Walid Al-Baji menemui para pemimpin At-Thawaif agar mereka mau bersatu menghadapi kerajaan Kristen. Namun, tidak ada yang menyambut ajakan ini, hingga Al-Mutawakkil Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas menanggil kaum Murabithun.
Tragedi Bani Al-Afthas
Kekuasaan Al-Mutawakkil Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas berlangsung hingga kaum Murabithun berhasil menguasai Andalusia di bawah pimpinan Sair bin Abu Bakar. Pada 484 H/1091 M, kaum Murabithun dapat menguasai Sevilla, lalu Al-Mutawakkil menyurati Alfonso putra Ferdinand, agar membantunya menghadapi kaum Murabithun dengan kompensasi memberinya wilayah Lisabon, Cantarin, dan Cantara.
Gugurnya Al-Mutawakkil
Pada tahun 488 H/1095 M, Sair bin Abu Bakar memasuki Badajoz dan menguasainya. Al-Mutawakkil Umar bin Muhammad bin Abdullah Al-Afthas berhasil ditangkap beserta dua anaknya Al-Abbas dan Al-Fadhl. Ketiganya lalu dihukum mati.
Sementara itu salah satu anaknya yang Bernama Al-Manshur berhasil melarikan diri ke benteng Monteneges, lalu menemui Raja Castille, meminta suaka kepadanya dan kemudian masuk kristen.
Selanjutnya baca: