Abul Abbas Ahmad bin Abi Ahmad Al-Muwaffaq Thalhah bin Al-Mutawakil bin Al-Mu’tashim. Lahir dan tumbuh besar di Baghdad pada 242 H / 857 M, Ibunya adalah seorang budak bernama Dhirar, ada juga yang meriwayatkan ibunya bernama Shawab. Riwayat lain menyebutkan ibunya bernama Harz.
Ia pembantu ayahnya, Al-Muwaffaq, pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mu’tamid. Salah satu perannya yang cukup penting adalah dalam penumpasan pemberontakan kaum budak negro .
Al-Mu’tadhid dibaiat menjadi khalifah pasca wafatnya Al-Mu’tamid pada 11 Rajab 279 H / 10 Oktober 892 M.
Pemerintahan yang sezaman dengannya
- Mesir (Dinasti Thulun): Khumarawaih bin Ahmad (w. 282 H), Jaisy bin Khumarawaih (w. 282 H), dan Harun bin Khumarawaih (w. 292 H)
- Zabid Yaman: Ibrahim bin Muhammad bin Abdillah bin Ziyad (w. 289 H).
- Shan’a Yaman: Ahmad bin Ya’far (w. 279), Ibrahim bin Muhammad bin Ya’far (w. 285 H), As’ad bin Ibrahim (w. 388 H), selanjutnya Shan’a dikuasai Dinasti Zaidiyah dan Qaramithah.
- Thabaristan dan Jurjan: Muhammad bin Zaid (w. 287 H)
- Perancis: Raja Leon VI (w. 999 M), Odon (898 M), Charl III (w. 923 M)
Menteri-menteri Al-Mu’tadhid
- Ubaidillah bin Sulaiman bin Wahab (w. 288 H)
- Abu Al-Husain Al-Qasim bin Ubaidillah
Pernikahan Politik
Tidak lama setelah pelantikan Khalifah Al-Mu’tadhid, datanglah utusan Khumarawaih bin Ahmad bin Thulun, penguasa Mesir. Utusan ini membawa bermacam-macam hadiah, tujuannya adalah untuk menikahkan putri Khumarawaih, yang bernama Qatrun Nada, dengan anak al-Mu’tadhid yang bernama Ali.
Hal ini merupakan aksi diplomasi karena pada masa sebelumnya, Al-Muwaffaq, bapak dari Al-Mu’tadhid, berperang melawan Ahmad bin Thulun, bapak dari Khumarawaih.
Khalifah al-Mu’tadhid memutuskan bahwa dia sendiri yang akan menikahi Qatrun Nada. Setelah itu Khumarawaih, resmi menjadi Gubernur yang menguasai wilayah Mesir dan Syiria dengan kewajiban menyetor 300 ribu dinar per tahun kepada Al-Mu’tadhid.
Mengokohkan Kekuasaan
Terjadi pembunuhan Khumarawaih di Mesir oleh pelayannya sendiri. Maka, Jaisy bin Khumarawaih menggantikan bapaknya, namun hanya berkuasa beberapa bulan saja, dia diturunkan dan dibunuh lalu digantikan oleh adiknya yang bernama Harun.
Al-Mu’thadhid meminta Harun untuk melepaskan wilayah Tharsus dari Bani Thulun dan diserahkan kepada walikota dari orang Tharsus. Ia juga diminta untuk melepaskan Qinnasrin dan kota-kotanya, kekuasaanya dibatasi hanya mencakup Mesir dan Syam, dan setiap tahun harus menyerahkan 450.000 dinar ke Baitul Mal.
Tindakan-tindakan Khalifah Al-Mu’tadhid
- Pada masa awal pemerintahannya dia dengan tegas melarang semua pedagang buku menjual buku-buku filsafat dan yang serupa dengannya. Dia juga melarang para peramal yang pandai menipu memainkan aksinya di pinggiran jalan.
- Ia memindahkan kembali Ibu Kota ke Baghdad dan meninggalkan Samarra, sehingga lambat laun hancur dengan sendirinya.
- Pada tahun 281 H / 894 M, Kota Mikwariyah berhasil dikuasai. Pada tahun itu pula Darun Nadwah di Makkah dirobohkan.
- Pada tahun 282 H/895 M, dia mengharamkan pesta Nairuz, yaitu berupa pesta kembang api dan menuangkan air ke ubun-ubun manusia, serta dia hapuskan perbuatan yang bercorak Majusi.
- Pada tahun 284 H / 897 M ia berencana menulis buku yang didalamnya berisi tentang riwayat keutamaan Ali dan kejahatan Mu’awiyah. Namun hal itu diurungkannya setelah mendengar nasihat Qadhi Yusuf.
Kontroversi Al-Mu’tadhid
Pada shlat Hari Raya Idul Adha 279 H / 893 M, Khalifah Al-Mu’tadhid mengucapkan takbir sebanyak 6 kali pada rakaat pertama, dan hanya mengucapkan 1 takbir di rakaat kedua. Dan tidak terdengar dia menyampaikan khutbah.
Menurut Imam Suyuthi, ada tiga pencuri kebun yang dihukum mati oleh al-Mu’tadhid. Hal ini tidak sesuai dengan syariat Islam.
Bencana dan Fenomena Alam Pada Masa Khalifah Al-Mu’tadhid
- Pada tahun 280 H / 893 M terjadi gerhana matahari bumi menjadi gelap hingga menjelang Ashar. Disusul angin topan yang berlangsung selama sepertiga malam. Setelah itu terjadi gempa yang cukup besar sehingga mengakibatkan kerusakan di kota-kota secara menyelutuh. Diriwayatkan bahwa para koraban yang tertimpa musibah tersebut berjumlah 150 ribu orang.
- Pada tahun 281 H / 894 M terjadi luapan air di wilayah Ray dan Thabaristan. Hal ini menyebabkan masyarakat kekurangan air bersih dan harga air bersih pun menjadi mahal. Penduduk pun mengalami kelaparan hebat sehingga mereka terpaksa memakan bangkai binatang.
- Pada tahun 284 H / 897 M terjadi fenomena alam yang aneh di Mesir. Muncul cahaya merah hingga orang yang melihat wajah dan gedung-gedung berubah menjadi merah. Kejadian tersebut berlangsung mulai dari Ashar sampai malam hari.
- Pada tahun 285 H/898 M, angin kuning berhembus dengan kencang di Bashrah. Kemudian angin kuning tersebut berubah menjadi hijau, lalu menjadi hitam. Angin itu pun menjalar hingga ke kota-kota. Setelah itu turunlah hujan es yang beratnya sama dengan berat uang seratus lima puluh dirham. Angin tersebut telah merobohkan sebanyak lima ratus pohon kurma. Sebuah desa di hujani dengan batu berwarna hitam dan putih.
- Pada tahun 286 H/899 M berkobarnya pemberontakan Qaramithah di Bahrain.
Menyebarnya Paham Qaramithah
Qaramithah adalah cabang dari Syiah Ismailiyah, mereka mengaku sebagai pendukung Ahlul Bait. Namun mereka pun menyebarkan ide-ide menyimpang, diantaranya:
- Mereka menyerukan bahwa harta kekayaan adalah milik bersama, bukan milik pribadi. Bahkan ada yang menganggap wanita pun adalah milik bersama.
- Mengahapus ajaran shalat, zakat, haji dengan berbagai penafsiran.
- Meyakini ‘ismah pada imam-imam mereka.
- Al-Qur’an adalah ungkapan Nabi Muhammad
- Tidak peecaya adanya hari pembalasan.
- Menganggap ‘Ali bin Abi Thalib mengetahui perkara ghaib.
Imam Syiah Qaramithah
- Ali bin Abi Thalib
- Husain bin Ali
- Husein bin Ali
- Ali bin Husein Zaenal Abidin
- Muhammad Al-Baqir
- Ja’far Shadiq
- Ismail bin Ja’far
- Muhammad bin Ismail (Al-Mahdi)
Pemberontakan Qaramithah
Paham ini tumbuh berkembang dari Kufah pada tahun 278 H / 891 M.
Di Bahrain muncul seseorang bernama Said Al-Hasan Al-Janabi yang menyebarkan pahamnya dan mendapat dukungan dari orang-orang Arab dan mendeklarasikan penentangan kepada kekhalifahan Abbasiyah.
Mereka bergerak menuju Bashrah pada 286 H. Maka Khalifah Al-Mu’tadhid mengirimkan pasukan yang dipimpin Al-Abbas bin Amr Al-Ghanawi, namun berhasil dikalahkan orang-orang Qaramithah. Selanjutnya Khalifah mengirim pasukan ke Kufah di bawah pimpinan Ahmad bin Muhammad Ath-Thay dan berhasil mengalahkan orang-orang Qaramithah.
‘Penyakit’ Al-Mu’tadhid
Ibnu Hamdun an-Nadim berkata: “Al-Mu’tadhid membangun bangunan di Buhairah seharga 6.000 dinar. Dia tinggal di tempat tersebut bersama budak-budak wanitanya. Diantara budak-budak tersebut adalah kekasihnya yang bernama Dharirah.
Al-Mu’tadhid menderita sakit yang sangat parah pada bulan Rabiul Awal tahun 289 H. Kondisi fisiknya berubah konon karena terlalu banyak menyetubuhi wanita. Namun setelah itu kondisinya pulih kembali. Kemudian kondisi al-Mu’tadhid melemah kembali hingga akhirnya dia meninggal pada hari senin tanggal 20 Rabiul Awwal 289 H / 9 Maret 902 M.
Al-Mu’tadhid meninggalkan empat orang anak laki-laki dan sebelas anak perempuan. Putra mahkotanya adalah Al-Muktafi.