Penjajah Israel nekat membangun lift di Masjid Al-Ibrahimi yang berada di kota Al Kholil, Tepi Barat. Pembangunan yang kabarnya akan memakan waktu selama enam bulan ini telah mendapat protes keras dari warga Palestina, namun penolakan tersebut tidak pernah diindahkan oleh pihak penjajah.
Kementerian Pertahanan Israel pada hari Senin (9/8) melalui cuitannya di Twitter menuliskan, “Berdasarkan keputusan Menteri Pertahanan, Benny Gantz pekerjaan pembangunan lift dimulai hari Ahad kemarin, untuk memfasilitasi akses ke Masjid Al-Ibrahimi.”
“Pekerjaannya sedang dilakukan oleh Departemen Teknik dan Konstruksi Kementerian Pertahanan dengan mendapat pengawasan dari pihak Administrasi Sipil, dan diperkirakan akan berlangsung sekitar enam bulan,” tambahnya.
Kementerian Pertahanan Israel ini kemudian menjelaskan, “pekerjaan itu termasuk pembangunan jalan akses dari tempat parkir ke areal masjid, dan lift yang dibangun memungkinkan jamaah dari semua agama untuk mencapai situs tersebut.”
Pada tanggal 3 Mei 2020, mantan Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett menyetujui pengambil alihan area yang berdekatan dengan masjid untuk membangun lift, keputusan ini juga disetujui oleh Dewan Perencanaan Tinggi, salah satu cabang Administrasi Sipil Israel di Tepi Barat terjajah.
Warga Palestina mengatakan bahwa keputusan penjajah Israel untuk membangun lift di Masjid Al-Ibrahimi merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB, karena mengubah landmark dan identitas masjid yang merupakan warisan yang harus dilindungi.
Perlu diketahui bahwa pada bulan Juli 2017 lalu, Komite Warisan Dunia UNESCO memutuskan Masjid Al-Ibrahimi dan Kota Tua Al-Kholil masuk ke dalam Daftar Warisan Dunia.
Sejak tahun 1994, masjid yang diyakini dibangun di atas makam Nabi Ibrahim AS tersebut dipaksa dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagian untuk Muslim dan sebagian untuk Yahudi. Pembagian ini diberlakukan sejak terjadinya pembantaian terhadap jamaah masjid, yang dilakukan seorang pemukim Yahudi dengan memberondong 29 jamaah sholat Shubuh hingga meninggal di tempat. Peristiwa berdarah itu terjadi pada tanggal 25 Februari 1994 silam.
Sumber: Anadholu Agency