Muqaddimah
Surga adalah suatu pembalasan yang agung dan pahala tertinggi bagi para hamba Allah Ta’ala yang taat. Surga merupakan suatu kenikmatan sempurna. Tak ada sedikit pun kekurangannya. Tak ada kemuraman di dalamnya.
Penggambaran surga yang difirmankan oleh Allah Ta’ala dan disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, memang hampir tak mampu kita gambarkan dengan otak dan imajinasi kita yang terbatas ini. Betapa sulit membayangkan kenikmatan yang demikian besar. Sungguh kemampuan imajinasi kita akan terbentur pada keterbatasannya.
Dalam sebuah hadits Qudsi diceritakan gambaran surga berikut ini,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terlintas dalam kalbu manusia’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seorang pun tak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah, 32: 17)
Para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in, ahli sunnah dan ahlul Hadits seluruhnya termasuk para fuqaha, pengikut aliran tasawwuf dan orang-orang yang zuhud meyakini keberadaan surga dan mengesahkannya berdasarkan nash-nash (teks-teks) Al-Qur’an, sunnah dan informasi para rasul terdahulu dan terakhir. Para rasul tanpa terkecuali mengajak umat manusia kepada surga. Mereka membeberkan gambaran surga secara utuh dan gamblang.
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika seorang dari kalian meninggal dunia maka akan ditampakkan kepadanya tempat duduk (tinggal) nya setiap pagi dan petang hari. Jika dia termasuk penduduk surga, maka akan (melihat kedudukannya) sebagai penduduk surga dan jika dia termasuk penduduk neraka, maka akan (melihat kedudukannya) sebagai penduduk neraka lalu dikatakan kepadanya inilah tempat duduk tinggalmu hingga nanti Allah membangkitkanmu pada hari qiyamat.” (HR. Bukhari No.1290)
Sungguh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melihat surga sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, hadits dari Anas dalam kisah Isra’ dan Mi’raj. Pada akhir hadits tersebut dijelaskan,
ثُمَّ انْطَلَقَ بِي، حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ المُنْتَهَى، وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لاَ أَدْرِي مَا هِيَ؟ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الجَنَّةَ، فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا المِسْكُ “
“Lalu Jibril membawaku hingga mencapai Sidratul Muntaha yang diselimuti warna, dan aku tidak tahu warna apa itu. Lalu, aku dimasukkan ke dalam surga. Di sana aku melihat kubah yang terbuat dari mutiara dan tanahnya dari kesturi.” (HR. Bukhari)
Pintu Surga
Allah Ta’ala berfirman,
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian, berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini, sedang kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zumar, 39:73)
Bayangkanlah ketika kelompok di atas digiring menuju tempatnya di surga secara berkelompok. Selain itu, setiap orang dari mereka saling canda antar sesamanya.
جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الأبْوَابُ (٥٠) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (٥١)
“(Yaitu) Surga Aden yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga tersebut.” (Shaad: 50-51)
Anda perhatikan bahwa ada makna indah pada ayat di atas ketika mereka telah masuk ke dalam surga, maka pintu-pintu itu tidak tertutup bagi mereka dan dibiarkan terbuka lebar untuk mereka. Sedangkan neraka, jika para penghuninya telah masuk ke dalamnya, maka pintu-pintu langsung ditutup rapat bagi mereka, “Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (Al-Humazah:8)
Dibiarkannya pintu-pintu surga terbuka untuk para penghuninya adalah isyarat bahwa mereka dapat bergerak secara leluasa bagi mereka. Serta masuknya para malaikat masuk setiap waktu kepada mereka dengan membawa hadiah-hadiah dan rizki untuk mereka dari Rabb mereka serta apa saja yang menggembirakan mereka sepanjang waktu.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « فِى الْجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُونَ »
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari no. 3257).
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ ، هَذَا خَيْرٌ . فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang (unta atau kuda) di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ – رضى الله عنه – بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا عَلَى مَنْ دُعِىَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ « نَعَمْ . وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ »
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus Anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari no. 1897, 3666 dan Muslim no. 1027)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَوَضَّأَ، فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ.
‘Barangsiapa yang berwudhu lalu mengucapkan, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu‘ (aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan RasulNya), dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, dan dia dapat masuk dari pintu manapun yang diinginkannya‘.”(HR. Muslim)
رَوَي ابْنُ مَاجَه عَنْ عُتْبَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ السُّلَمِي قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنَ اْلوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا اْلحِنْثَ إِلاَّ تَلَقَّوْهُ مِنْ أَبْوَابِ اْلجَنَّةِ الثَّمَانِيَّةِ مِن أَيِّهَا شَاءَ دَخَلَ »
Ibnu Majah meriwayatkan dari Utbah ibn Abdullah al-Sulami bahwa ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim ditinggal mati tiga orang anaknya yang belum baligh melainkan mereka akan menjemputnya di delapan pintu Surga, ia masuk melalui pintu manapun yang ia suka.’” (HR. Ibn Majah)
Dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ مَا بَيْنَ الْمِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ لَكَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَهَجَرٍ أَوْ كَمَا بَيْنَ مَكَّةَ وَبُصْرَى
“Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya! Sungguh jarak antara dua pintu (yang ada daun pintunya) dari pintu-pintu surga seperti antara Makkah dengan Hajar, atau seperti antara Makkah dengan Bushra.” (HR. Muslim no. 287)
أَنْتُمْ تُوَافُونَ سَبْعِينَ أُمَّةً ، أَنْتُمْ آخِرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ ، وَمَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ عَامًا ، وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَيْهِ يَوْمٌ وَلَهُ كَظِيظٌ
“Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian adalah umat yang terbaik dan termulia di sisi Allah. Jarak di antara dua daun pintu surga adalah empat puluh tahun. Pada suatu hari ia akan penuh sesak.” (HR Ahmad)
Tanah dan lumpur surga
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata bahwa para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنَا عَنْ الْجَنَّةِ مَا بِنَاؤُهَا قَالَ لَبِنَةُ ذَهَبٍ وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ يَدْخُلُهَا يَنْعَمُ وَلَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ وَلَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُ
“Wahai Rasulullah ceritakan kepada kami tentang surga bagaimana bangunannya?” Beliau bersabda: “Bangunannya adalah tembok emas dan tembok perak, adukan semennya adalah minyak misik adzfar, kerikilnya adalah intan dan permata, lalu tanahnya adalah za’faran, barangsiapa masuk ke dalamnya maka dia akan merasa nikmat dan tidak ada rasa sengsara di dalamnya, ia kekal di dalamnya dan tidak mati, pakaiannya tidak lusuh dan masa mudanya tak akan pernah hilang.” (Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
Begitulah disebutkan hadits-hadits ini bahwa tanah surga adalah za’rafan.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ ابْنَ صَيَّادٍ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ فَقَالَ دَرْمَكَةٌ بَيْضَاءُ مِسْكٌ خَالِصٌ
Dari Abu Sa’id, Ibnu Shayyad bertanya kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanah surga, beliau menjawab: “(seperti) “Darmakah” yang berwarna putih (baidha’), (seharum) kasturi murni.” (H.R. Muslim, juz 14 hlm 151)
Arti darmakah adalah ad-daqiq al-huwwara, yakni tepung yang berwarna putih. Jika darmakah dari sisi warna sudah berwarna putih, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih mensifatinya dengan baidha (putih), maka hal itu menunjukkan bahwa warna putih pada surga itu diberi ta’kid (impresi/tekanan makna) yang berlipat. Jadi tanah surga itu bukan hanya putih, tapi benar-benar putih bersih. (Tanah Surga, Ust. Muafa, www.irtaqi.net)
Sekelompok generasi salaf berpendapat bahwa tanah surga tidak lebih dari dua: kesturi dan za’faran. Makna pertama, bahwa tanahnya adalah berupa za’faran dan jika diberi air, maka menjadi kesturi. Lumpur juga bisa dinamakan tanah. “Lumpurnya adalah kesturi.” Makna kedua, tanah surga adalah ibarat za’faran dari sisi warnanya dan kesturi dari sisi aromanya dan ini sesuatu yang sangat indah.
Sungai di surga
Allah menerangkan bahwa di dalam surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai.
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al-Baqarah 2:25)
أُولَٰئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ
“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Aden, mengalir sungai-sungai di bawahnya.”(Al-kahfi:31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu kita tentang sungai di surga dengan jelas sewaktu beliau isra’-mi’raj. Beliau melihat empat sungai yang ke luar dari sumbernya (Sidratul Muntaha), dua sungai yang nampak dan dua sungai yang bathin (tidak nampak). Lalu beliau bertanya kepada Jibril, “Sungai apakah ini? “Jibril menjawab, “Sungai yang tidak tampak (tapi dapat dilihat) ini adalah sungai dari surga, sedangkan yang tampak ini adalah Sungai Nil dan Furat.”
Hadits dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُفِعَتْ لِيَ السِّدْرَةُ فَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ: نَهْرَانِ ظَاهِرَانِ، وَنَهْرَانِ بَاطِنَانِ، فَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ، وَأَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهَرَانِ فِي الْجَنَّةِ
“Sebuah pohon (sidrah) diangkat untukku, tiba-tiba aku melihat empat sungai, dua sungai dzahir dan dua sungai bathin. Adapun yang dzahir itu adalah sungai Nil dan Furat, sedangkan yang bathin adalah sungai dari surga.” (HR. Hakim)
Telaga Kautsar juga termasuk sungai yang diberikan Allah kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ الْمُجَوَّفِ قُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ فَإِذَا طِينُهُ أَوْ طِيبُهُ مِسْكٌ أَذْفَرُ شَكَّ هُدْبَةُ
“Ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa kubah-kubah dari mutiara berongga. Saya bertanya; ‘Apa ini hai Jibril? ‘ Jibril menjawab; ‘Inilah al kautsar yang Allah berikan untukmu, ‘ ternyata tanahnya atau bau wanginya terbuat dari minyak misik adzfar” (HR Bukhari)
Al-Hafidz telah mengumpulkan beberapa hadits yang menceritakan tentang Telaga Al-Kautsar. Termasuk di dalamnya, hadits yang diriwayatkan Muslim dari Anas, bahwa ketika turun ayat Inna a’thaina kal kautsar (“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla bertanya,” Tahukah kalian, apakah Al-kautsar itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla bersabda, “Yaitu sebuah sungai yang telah dijanjikan Allah kepadaku. Di sana terdapat banyak kebaikan.”
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ أَنْبَأَهُمْ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذْ عُرِضَ لِي نَهَرٌ حَافَتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ قَالَ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَضَرَبْتُ بِيَدَيَّ فِيهِ فَإِذَا طِينُهُ الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَإِذَا رَضْرَاضُهُ اللُّؤْلُؤُ
Dari Anas bin Malik, dia memberitakan mereka dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Tatkala saya berjalan di surga, ditunjukkan kepadaku sebuah sungai. Kedua tepinya dipenuhi permata yang berongga, saya bertanya, ‘wahai Jibril, apakah itu?’ Dia menjawab: ‘Itu adalah kautsar, yang diberikan RABB mu Az Za wa Jalla kepadamu.’ Maka saya menyentuhkan tanganku, ternyata tanahnya minyak kasturi yang sangat harum, pasirnya dari permata.” (HR. Ahmad)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ وَأَبْيَضُ مِنْ الثَّلْجِ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Al kautsar adalah sebuah sungai di Surga, kedua tepinya terbuat dari emas dan jalurnya di atas mutiara dan batu mulia, debunya dari minyak kasturi, dan airnya lebih manis daripada madu dan lebih putih daripada salju.’” (HR. Tirmidzi)
Sungai-sungai di surga tidak hanya berisi air. Air hanya salah satu isinya di samping susu, arak dan madu. Allah SWT berfirman,
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَ ۗفِيْهَآ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّاۤءٍ غَيْرِ اٰسِنٍۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهٗ ۚوَاَنْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشّٰرِبِيْنَ ەۚ وَاَنْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۗوَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِى النَّارِ وَسُقُوْا مَاۤءً حَمِيْمًا فَقَطَّعَ اَمْعَاۤءَهُمْ
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (Muhammad: 15)
Di dalam Sunan Tirmidzi dari Hakim bin Mu’awiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَحْرَ الْمَاءِ وَبَحْرَ الْعَسَلِ وَبَحْرَ اللَّبَنِ وَبَحْرَ الْخَمْرِ ثُمَّ تُشَقَّقُ الْأَنْهَارُ بَعْدُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَحَكِيمُ بْنُ مُعَاوِيَةَ هُوَ وَالِدُ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ وَالْجُرَيْرِيُّ يُكْنَى أَبَا مَسْعُودٍ وَاسْمُهُ سَعِيدُ بْنُ إِيَاسٍ
“Sesungguhnya di surga ada samudera air, samudera madu, samudera susu dan samudera khamar, selanjutnya sungai-sungai menyabang kemana-mana.” Abu Isa berkata: Hadis ini hasan shahih. Hakim bin Muawiyah adala ayah Bahz bin Hakim dan Al Jurairi kuniahnya Abu Mas’ud, namanya Sa’id bin Iyas.
Penghuni Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ
“Allah ‘azza wajalla menciptakan Adam seperti gambaran-Nya, panjangnya enampuluh dzira’. Setelah menciptakannya, Allah berfirman: ‘Pergilah lalu ucapkan salam pada mereka itu, mereka adalah kelompok malaikat yang tengah duduk lalu dengarkan jawaban mereka, itulah salammu dan salam keturunanmu.’” Beliau bersabda: “Adam pergi lalu mengucapkan: ‘Asslaamu’alaikum? ‘ Mereka menjawab: ‘Assalaamu ‘alaika wa rahmatullaah’.” Beliau bersabda: “Mereka menambahi: ‘wa rahmatullaah’.” Beliau bersabda: “Setiap orang yang masuk surga wujudnya seperti Adam, panjangnya enampuluh dzira’ dan setelah Adam postur tubuh (manusia) terus berkurang hingga sekarang.” (HR. Muslim)
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ مُرْدًا بِيضًا جِعَادًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ عَلَى خَلْقِ آدَمَ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعَةِ أَذْرُعٍ
“Penduduk surga akan masuk surga sebagai seorang anak remaja yang tampan belum tumbuh janggut, rambut indah dan bercelak, umur mereka sekitar tiga puluh tiga tahun dan postur mereka sebagaimana Adam, tujuh puluh hasta.” (HR. Ahmad)
مَنْ مَاتَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ صَغِيرٍ أَوْ كَبِيرٍ يُرَدُّونَ أَبْنَاءَ ثَلَاثِينَ فِي الْجَنَّةِ لَا يَزِيدُونَ عَلَيْهَا أَبَدًا وَكَذَلِكَ أَهْلُ النَّارِ وَبِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ عَلَيْهِمْ التِّيجَانَ إِنَّ أَدْنَى لُؤْلُؤَةٍ مِنْهَا لَتُضِيءُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ رِشْدِينَ
“Barangsiapa diantara calon penghuni surga yang meninggal dunia, baik yang masih kecil atau sudah besar akan dikembalikan dalam usia tigapuluh tahun di surga, mereka tidak melebihinya selamanya. Demikian juga penghuni neraka.” (HR. Tirmidzi)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad-Dunya dalam kitabnya “Shifatul Jannah” No.210:
عن رَوَّاد بْنُ الْجَرَّاحِ الْعَسْقَلَانِيّ، ثنا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ هَارُونِ بْنِ رِئَابٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ عَلَى طُولِ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ سِتُّونَ ذِرَاعًا بِذِرَاعِ الْمَلَكِ ، عَلَى حُسْنِ يُوسُفَ ، عَلَى مِيلَادِ عِيسَى ثَلَاثٌ وَثَلَاثُونَ سَنَةً، وَعَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُرْدٌ مُرْدٌ مُكَحَّلُونَ»
Dari Rawwad bin Al-Jarrah Al-‘Asqalaniy; Telah menceritakan kepada kami, Al-Auza’iy; Dari Harun bin Ri’ab, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Penduduk surga memasuki surga dengan tinggi seperti Nabi Adam ‘alaihissalam enam puluh dziraa’, dengan dzira’ Malaikat, dengan kecantikan Yusuf, dengan umur Isa tiga puluh tiga tahun, dan dengan bahasa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada bulu di seluruh tubuh, muda tidak berjenggot, dan sisi matanya hitam seperti memakai celak”.
إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً إِنَّ لَهُ لَسَبْعَ دَرَجَاتٍ وَهُوَ عَلَى السَّادِسَةِ وَفَوْقَهُ السَّابِعَةُ وَإِنَّ لَهُ لَثَلَاثَ مِائَةِ خَادِمٍ وَيُغْدَى عَلَيْهِ وَيُرَاحُ كُلَّ يَوْمٍ ثَلَاثُ مِائَةِ صَحْفَةٍ وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ مِنْ ذَهَبٍ فِي كُلِّ صَحْفَةٍ لَوْنٌ لَيْسَ فِي الْأُخْرَى وَإِنَّهُ لَيَلَذُّ أَوَّلَهُ كَمَا يَلَذُّ آخِرَهُ وَإِنَّهُ لَيَقُولُ يَا رَبِّ لَوْ أَذِنْتَ لِي لَأَطْعَمْتُ أَهْلَ الْجَنَّةِ وَسَقَيْتُهُمْ لَمْ يَنْقُصْ مِمَّا عِنْدِي شَيْءٌ وَإِنَّ لَهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ لَاثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً سِوَى أَزْوَاجِهِ مِنْ الدُّنْيَا وَإِنَّ الْوَاحِدَةَ مِنْهُنَّ لَيَأْخُذُ مَقْعَدُهَا قَدْرَ مِيلٍ مِنْ الْأَرْضِ
“Sesungguhnya kedudukan terendah penduduk surga adalah, bahwa dia memiliki tujuh derajat, dan dia berada di yang keenam, dan ketujuh ada di atasnya. Ia mempunyai tiga ratus pembantu, setiap hari akan dihidangkan jamuan kepadanya sebanyak tiga ratus piring besar, -dan aku tidak mengetahuinya kecuali bahwa beliau mengatakan, – “terbuat dari emas, di setiap piring ada ragam (makanan) yang tidak terdapat pada piring yang lain. Ia merasakan nikmat di awal sebagaimana dikahirnya juga. Dan ia akan berkata; ‘Wahai Rabb, sekiranya Engkau izinkan, aku akan memberi makan dan minum seluruh penduduk surga, dan itu tidak akan mengurangi nikmat yang ada padaku sedikitpun, ‘ Dan ia juga akan mendapatkan sebanyak tujuh puluh dua istri dari bidadari selain dari istri-istrinya di dunia, dan tempat duduk salah seorang dari mereka (istri-istri) adalah sebanding dengan satu mil dari bumi.” (HR. Ahmad)
إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً لَمَنْ يَنْظُرُ إِلَى جِنَانِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَنَعِيمِهِ وَخَدَمِهِ وَسُرُرِهِ مَسِيرَةَ أَلْفِ سَنَةٍ وَأَكْرَمَهُمْ عَلَى اللَّهِ مَنْ يَنْظُرُ إِلَى وَجْهِهِ غَدْوَةً وَعَشِيَّةً ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ }
“Sesungguhnya tingkatan penghuni surga terendah adalah orang yang memandang taman, istri-istri, kenikmatan, pelayan dan tempat tidurnya sejauh perjalanan seribu tahun dan yang paling mulia dari mereka adalah yang melihat wajahnya dipagi dan sore hari.” Selanjutnya beliau membaca: ‘Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan-Nyalah mereka Melihat (Al Qiyaamah: 22-23).’” (HR. Tirmidzi)
(Bersambung)