ImamTirmidzi meriwayatkan bahwa Sa’ad bin Ubadah Al-Anshari memiliki sebuah shahifah (lembaran-lembaran naskah) yang berisi kumpulan hadits dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan anak dari sahabat ini meriwayatkan dari shahifah ini.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa shahifah tersebut adalah bagian dari shahifah Abdullah bin Abi Aufa yang ditulisnya sendiri dengan tangannya, dan orang-orang membacanya dari apa yang telah dia kumpulkan dengan tulisannya.
Diantara shahifah-shahifah yang terkenal pada masa Nabi adalah shahifah As-Shadiqah yang ditulis oleh Abdullah bin Amru bin Al-Ash dari Rasulullah. Para ahli sirah menyebutkan bahwa shahifah tersebut berisi 1000 hadits. Berkenaan dengan shahifah ini Abdullah bin Amru berkata: “Tidak ada yang membuatku senang kecuali dua hal: As-Shadiqah dan Al-Wahath. Adapun Ash-Shadiqah adalah sebuah shahifah yang aku tulis dari Rasulullah, sedangkan Al-Wahath adalah sebuah tanah pemberian yang disedekahkan oleh Amru bin Al-Ash.” (Ulum Al-Hadits, Ibnu Shalah, tahqiq: Nuruddin Itr, hal. 162).
As-Shadiqah dapat kita temukan di Musnad Imam Ahmad dengan sanad dari Abdullah bin Amru.
Abu Hurairah juga mengumpulkan beberapa shahifah yang ditulis oleh beberapa sahabat. Salah satu shahifah beliau diriwayatkan oleh muridnya, Hammam bin Munabbih, sehingga orang menyebutnya: Shahifah Hammam. Shahifah ini memiliki peran yang sangat besar dalam pembukuan hadits, karena sampai kepada kita dengan kondisi lengkap dan benar seperti yang diriwayatkan dan dibukukan oleh Hammam dari Abu Hurairah. Keberadaannya secara utuh ada pada Musnad Ahmad, sedangkan dalam Shahih Bukhari dan lainnya dimuat secara terpisah dalam beberapa bab.
Sumber: Mabahits Fi Ulum Al-Hadits, Syaikh Manna’ bin Khalil Al-Qaththan