Oposisi Pakistan gagal memberikan suara pada mosi tak percaya terhadap Perdana Menteri Imran Khan pada hari Minggu (03/04/22). Sementara itu Presiden Arif Alvi mengumumkan pembubaran Parlemen serta akan diadakannya pemilihan umum dini dalam rentang waktu tiga bulan ke depan.
Wakil Ketua Parlemen Qassem Khan Suri membatalkan pemungutan suara pada tindakan yang bertujuan untuk menggulingkan Khan, dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak konstitusional, karena adanya campur tangan AS untuk oposisi.
Parlemen Pakistan awalnya dijadwalkan membahas mosi tak percaya terhadap Imram Khan setelah ia kehilangan dukungan dari mayoritas anggota parlemen.
Sementara Imran Khan mengatakan bahwa dia telah menyarankan presiden untuk membubarkan parlemen dan meminta warga Pakistan untuk mempersiapkan diri menghadapi pemilihan umum baru.
Pihak oposisi membutuhkan 172 suara untuk menggulingkan Imran Khan dari total 342 anggota. Akan tetapi Perdana Menteri Pakistan itu menganggap bahwa Amerika Serikat berada di balik upaya pemakzulan dirinya.
Dalam sebuah pidato pada Sabtu malam, Khan mengatakan: “Upaya (oposisi) untuk mengisolasi saya terjadi karena campur tangan yang jelas dari Amerika dalam politik internal kita.” Ia juga menyinggung bahwa duta besar Pakistan di Washington telah menerima ‘pesan ancaman’ dalam sebuah pertemuan resmi dengan para pejabat AS.
Konspirasi Yang Terdokumentasi.
Seorang pakar politik Pakistan, Hudhayfa Farid , direktur Pusat Penelitian Strategis Pakistan, mengatakan apa yang dimaksud oleh Imran Khan dalam pidatonya adalah sebuah petunjuk ‘konspirasi yang dapat dipercaya’ yang juga disetujui oleh Dewan Keamanan Nasional dan badan intelijen Pakistan.
Dalam sebuah wawancara dengan Arabi21 , dia menunjukkan bahwa para pejabat AS telah mengirimkan surat ancaman kepada menteri luar negeri Pakistan dan duta besar Pakistan untuk Washington, yang intinya adalah bahwa Islamabad akan menghadapi sanksi berat jika membiarkan Khan tetap berkuasa.
Menurut Hudhayfa Farid, selain alasan-alasan yang dijadikan alasan oleh oposisi untuk memusuhi Khan berupa kondisi ekonomi yang buruk dan harga yang melambung tinggi, ada dua alasan utama lain yang menyebabkan terjadinya konfrontasi antara Khan dan Oposisi.
Dia mengatakan bahwa alasan pertama adalah keputusan Imran Khan yang akan mengizinkan warga Pakistan di luar negeri untuk memilih dalam pemilihan mendatang, hal itu berarti bahwa dia akan memperoleh sekitar 6 juta suara dalam pemilihan yang akan datang.
Farid menambahkan, alasan kedua adalah adanya perubahan dalam sistem pemungutan suara pada pemilu mendatang dari manual ke elektronik. Hal tersebut bertentangan dengan keinginan oposisi yang menganggap bahwa sistem pemungutan suara elektronik rentan untuk dimanipulasi.
Hudhayfa Farid menganggap bahwa hari Minggu ini adalah hari bersejarah dan penting dalam perpolitikan Pakistan dan merupakan peristiwa paling menonjol sejak kudeta Pervez Musharraf terhadap kekuasaan di awal milenium baru.
Dia menjelaskan bahwa kegagalan mosi tidak percaya tersebut juga berarti bahwa akan banyak pemimpin oposisi yang terancam diadili karena tuduhan pengkhianatan, mengacu pada hubungan mereka dengan Amerika Serikat.
Farid juga mengatakan bahwa Imran Khan akan mendapatkan popularitas yang luas pada pemilihan umum yang akan datang yang dapat memberinya kesempatan untuk membentuk pemerintahan baru lagi yang kuat.
Menurut Farid, skenario lain yang akan terjadi jika Imran Khan kalah dalam pertempuran ini adalah dia akan tampil di hadapan rakyat sebagai seseorang yang dikalahkan karena intervensi asing, dan dia akan menggunakan popularitasnya dalam menghadapi oposisi.
Alibi Atas Kegagalan
Sementara itu, pihak oposisi yang menentang Imran Khan menuduh bahwa perdana menteri Pakistan itu gagal memenuhi janji yang dia buat sendiri kepada rakyat ketika dia membentuk pemerintahan pada tahun 2018 lalu.
Menurut oposisi, Imran Khan gagal menyelesaikan krisis ekonomi, memberantas korupsi, dan tidak mampu mempertahankan sekutunya di Parlemen, dimana lima anggota MQM (Muttahida Qaumi Movement) mengumumkan bahwa mereka akan memilih mendukung mosi tidak percaya bersama oposisi, yang sampai saat itu telah memegang 163 kursi.
Farzana Syeikh seorang peneliti, sebagaimana dikutip oleh surat kabar Inggris The Guardian mengatakan: “Berbulan-buka kita telah menyaksikan ketidakstabilan politik, tuduhan-tuduhan politis, dan kegagalan manajemen ekonomi.”
“(Maka) wajar jika kemudian krisis mencapai puncaknya,” tambahnya.
Sementara itu, majalah Time Amerika mengutip pemimpin oposisi Liga Muslim, Maryam Aurangzeb, yang mengatakan bahwa Imran Khan menggunakan alasan campur tangan Amerika dan lainnya untuk ‘membunuh’ lawan-lawan politik nya dan menghancurkan mereka.
Maryam Aurangzeb melanjutkan, “Dia mengejar media, dia mengejar para pengusaha, dia mengejar semua oposisi, setiap partai oposisi. Dan saya pikir dengan memenjarakan semua orang dia sepertinya akan sukses.”
Sumber: Arabi21.