Sabtu (07/09/24) waktu Aljazair, proses pemungutan suara untuk pemilihan presiden yang akan menjabat selama lima tahun telah dimulai. Sebanyak tiga kandidat yang mewakili aliran politik berbeda akan bersaing menjadi orang nomor satu di Aljazair.
Proses pemungutan suara berlangsung dari pukul delapan pagi waktu setempat hingga pukul tujuh malam dengan kemungkinan akan diperpanjang satu jam berdasarkan keputusan dari lembaga yang memiliki otoritas dalam pelaksanaan pemilu.
Lebih dari 23 juta warga Aljazair yang memiliki hak suara dan terdaftar sebagai pemilih dipanggil untuk memberikan hak suaranya dalam pilpres kali ini. Sementara itu, lebih dari delapan ratus ribu pemilih di luar negeri telah mulai memberikan hak suaranya pada Senin lalu dan mereka akan terus memberikan hak suaranya hingga hari ini.
Total 24.351.551 pemilih baik di dalam dan luar negeri akan memberikan hak suaranya sebagaimana data yang disampaikan oleh Badan Independen Untuk Pemilihan Umum Nasional.
Disamping presiden Abdelmadjid Tebboune yang masih menjabat sampai hari ini, ikut bersaing dalam pilpres kali ini ketua Gerakan Masyarakat untuk Perdamaian (partai Islam terbesar), Abdelali Hassani Sharif, serta Sekretaris Pertama Front Kekuatan Sosialis (partai oposisi tertua), Youssef Oushish.
Tanpa penjelasan lebih rinci, pihak kepresidenan mengumumkan pada bulan Juni lalu bahwa Tebboune telah memutuskan untuk mengadakan pemilihan presiden pada bulan September ini, bukan pada bulan Desember 2024 sebagaimana awalnya dijadwalkan.
Belakangan, Tebboune yang berhasil menduduki kursi presiden pertamanya pada bulan Desember 2019, mengatakan bahwa dimajukannya jadwal pilpres murni disebabkan oleh alasan teknis tanpa memberikan penjelasan yang lebih lanjut.
Tebboune, yang mencalonkan diri sebagai calon independen memilih slogan “Untuk Aljazair Yang Jaya”. Sejumlah partai politik diantaranya Partai Front Pembebasan Nasional, Partai Demokratik Nasional (nasionalis), Front Independen (nasionalis), dan Gerakan Konstruksi Nasional (islamis) telah mengumumkan dukungan mereka padanya.
Kandidat Hassani Sharif memilih slogan “Peluang” sebagai slogan kampanye propagandanya, sementara perwakilan Front Kekuatan Sosialis, Oshish, memilih slogan “Visi untuk Masa Depan.”
Pemilu kali ini merupakan pemilu presiden kedua yang diselenggarakan di bawah pengawasan total lembaga independen setelah pemilu tahun 2019. Sebelumnya pilpres di Aljazair berada di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri dengan lebih sedikit kewenangan dari Badan Pengawas Pemilu Tinggi Independen.
Sumber: Anadolu Agency