Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS) K.H. Jeje Zaenudin, menyampaikan kajian dengan tema “Materi Dakwah Persatuan Islam dalam Penguatan Beragama dan Bernegara.”
Tema tersebut diangkat dalam kegiatan kajian tri wulan yang digelar oleh Pimpinan Cabang (PC) PERSIS Cengkareng. Acara itu berlangsung di Masjid Al-Muhajirin, Jl. Akasia V Cengkarang Jakarta Barat, Sabtu (30/1/2022).
Di hadapan para petinggi dan jamaah Pimpinan Wilayah (PW), Pimpinan Daerah (PD), dan dan Pimpinan Cabang (PC) PERSIS se-Jakarta, K.H. Jeje mengawali tausiyahnya dengan menjelaskan peranan dan fungsi ormas Islam PERSIS di Indonesia.
“PERSIS sebagai ormas Islam di Indonesia yang lahir pada 12 September 1923 (1 Shafar 1342 H), mempunyai peran besar untuk menyebarkan rahmat ke seluruh Indonesia,” jelasnya.
Menurutnya, tidak akan terwujud Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamiin jika manusianya masih saja melakukan hal yang tidak benar atau masih bermaksiat kepada Allah Swt.
Misalnya dengan melakukan hal-hal seperti syirik, kurafat dan maksiat lainnya. “PERSIS mempunyai peran untuk menyampaikan hal yang berkaitan dengan perbaikan akidah, akhlak dan ibadah,” tambahnya.
Meski begitu, untuk memperbaiki akhlak, ibadah, dan akhlak bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, kata data, diperlukan suatu gerakan untuk melakukannya.
“Maka lahirlah sebelum kemerdekaan Republik Indonesia beberapa ormas-ormas Islam yang bergerak untuk memperbaiki akidah, akhlak dan ibadah tersebut. Kesemua ini hanya untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah Swt,” terangnya.
Di era sebelum kemerdekaan, Indonesia masih dipimpin oleh kesultanan, kerajaan, dan keturunannya beralih kepada kepemimpian para ulama.
“Maka belajarlah para ulama ini untuk memimpin rakyat melalui Lembaga Kemasyarakatan, kalau sekarang lebih dikenal Organisasi Masyarakat (Ormas), setelah itu dipilihlah ketua. Inilah cikal bakal musyawarah bangsa Indonesia,” tandasnya.
Peran PERSIS terhadap bangsa Indonesia sangat besar. Menurutnya, hal ini terbukti dengan dekatnya Presiden RI pertama, Ir. Soekarno dengan pendiri PERSIS, A. Hassan.
“Bagaimana kedekatan Ir. Soekarno dengan A. Hassan yang ditulis didalam buku Di Bawah Bendera Revolusi. Bung Karno banyak mempelajari tentang Islam dari buku-buku karya A. Hassan. Belum lagi kedekatan mantan Pimpinan Pusat PERSIS M. Natsir yang diangkat menjadi perdana menteri pertama Indonesia,” paparnya.
Pada intinya, kata dia, PERSIS sangat dekat dengan Republik Indonesia. Dan PERSIS banyak memberikan jasa terhadap kemajuan bangsa ini.
“Semoga apa yang telah pemimpin yang terdahulu lakukan dan saat ini dilakukan juga oleh para penerusnya, tidak lain hanya untuk memakmurkan negeri ini agar mendapatkan rahmatan lilalamiin,” harapnya.