Dalam satu bulan terakhir ketegangan terjadi di wilayah Tepi Barat, termasuk di Al-Quds bagian timur yang diduduki penjajah israel. Tercatat sebanyak 11 orang israel tewas di bulan Maret kemarin akibat serangan yang dilakukan oleh warga sipil Palestina ke arah pemukim ilegal israel. Serangan bahkan terjadi di Tel Aviv ibukota penjajah israel. Kondisi ini telah menghilangkan kepercayaan pemukim israel terhadap aparat keamanan dan badan intelijen, sehingga mereka menilai pemerintah gagal menciptakan rasa aman bagi warganya.
Kondisi ini justru terjadi sebelum bulan Ramadhan, bulan yang dikhawatirkan israel akan meletusnya gesekan hebat dengan warga Palestina di Al-Quds, karena momentnya bersamaan dengan hari raya Paskah Yahudi. Sebenarnya israel terlah melakukan lobi-lobi dengan negara Arab yang telah melakukan normalisasi dengan israel seperti Mesir, UEA, Bahrain dan Yordania, namun fakta di lapangan menunjukkan hasil yang berbeda. Aksi perlawanan secara individu tidak bisa diprediksi atau dibungkam oleh lobi-lobi politik, karena kondis ini terjadi spontan dilakukan warga Palestina.
Setidaknya ada tiga prediksi yang akan terjadi selama bulan Ramadhan ini di tengah semakin masifnya israel melakukan penangkapan terhadap anak-anak muda di Al-Quds, paska dikerahkannya 3.000 pasukan israel untuk mengamankan kota itu.
Prediksi pertama adalah meletusnya bentrokan secara langsung antara warga Palestina dengan pemukim ilegal Yahudi, serupa dengan yang terjadi pada Ramadhan tahun lalu di Tepi Barat, Al-Quds bagian timur dan juga di Jalur Gaza. Bahkan terbuka kemungkinan bentrokan juga terjadi di dalam wilayah yang diduduki israel sendiri (Palestina 48), antara warga Arab dengan aparat israel.
Prediksi kedua, bentrokan hanya terjadi di wilayah tertentu. Karena dipicu oleh aksi individu, seperti menabrakkan kendaraan ke arah kumpulan orang-orang israel, menikam mereka atau bahkan menembaki mereka dengan senjata api, seperti aksi tembak sepakan lalu di Tel Aviv yang menewaskan 5 orang israel.
Prediksi yang ketiga, isarel akan membiarkan kondisi tenang dan stabil, dimana ratusan ribu warga Al-Quds dibiarkan leluasa datang ke masjid al-Aqsha tanpa ada bentrokan yang terjadi.
Namun fakta lapangan saat ini menunukkan, para rabi yahudi secara leluasa masuk ke Al-Aqsha dan melakukan tindakan provokatif melalui rencana mereka merayakan hari Paskah di komplek masjid. Paskah yang dimulai tanggal 15 April selama sepekan, pada tahun ini jatuh pada pekan ketiga bulan Ramadhan. Tepatnya bersamaan dengan tanggal 13-19 Ramadhan.
Saat ini, baik pihak israel maupun pejuang Palestin di Jalur Gaza keduanya tengah bersiap, untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi pada pekan ketiga Ramadhan nanti. Banyak analis memprediksi pecah akan kembali meletus mengingat kondisi saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi setahun lalu.
Sumber: Anadholu Agency