Raja Maroko Muhammad VI mengajak Aljazair bekerjasama tanpa syarat dalam menyelesaikan persengketaan dan membuka kembali perbatasan kedua negara.
Dalam perayaan ulang tahun pemerintahanya yang ke 22, Raja Muhammad VI berkata: “Saya mangajak yang mulia presiden Aljazair untuk untuk bekerjasama secepatnya pada waktu yang menurutnya cocok untuk memperbaiki hubungan persaudaraan yang telah dibangun oleh bangsa kita selama bertahun-tahun melalui perjuangan bersama”.
Muhammad VI menambahkan: “Kondisi saat ini terkait hubungan kedua negara tidak memuaskan kita semua dan tidak sesuai dengan kemaslahatan bangsa kita serta tidak diterima oleh banyak pihak di dunia internasional”.
Raja Maroko melanjutkan: “Yang mulia presiden Aljazair sekarang, ataupun sebelumnya, serta saya tidak bertanggung jawab terhadap terhadap keputusan penutupan (perbatasan). Akan tetapi, kita bertanggungjawab secara politik dan moral terhadap berlanjutnya (penutupan perbatasan kedua negara)”.
“Tak ada alasan logis untuk menafsirkan kondisi saat ini. Apalagi, alasan-alasan yang menyebabkan ditutupnya perbatasan kedua negara sudah tidak relevan. Karenanya, pada hari ini tidak ada lagi alibi yang dapat dibenarkan (terhadap terus ditutupnya perbatasan)”. Ujar Muhammad VI.
Hubungan Maroko dan Aljazair mengalami dinamika yang tidak sederhana setelah pada pertengahan 1970an, Aljazair mendukung gerakan Front Polisario di Sahara Barat yang ingin memisahkan diri dari Maroko.
Dukungan penuh yang diberikan Aljazair kepada kelompok yang dianggap separatisme oleh Maroko iitu tidak terlepas dari upaya Blok Timur, di mana Aljazair merupakan salah satu anggotanya, di masa Perang Dingin, untuk memperluas pengaruh di Afrika Utara.
Setelah Perang Dingin berakhir ditandai dengan hancurnya Uni Soviet, sentimen internasional terhadap gerakan separatisme itu berubah. Dukungan terhadap kelompok itu menurun drastis. Namun Aljazair masih enggan untuk mencabut dukungannya terhadap kelompok yang mengklaim wilayah Sahara Barat.
Perrbatasan darat antara kedua negara ditutup pada 1994 silam, karena Aljazair bereaksi terhadap Maroko dengan memaksakan persyaratan visa kepada warganya setelah serangkaian serangan teroris Marrakech, pada saat itu yang dituduh dilakukan oleh militan Aljazair.
CNN Arabic.