Gerakah An-Nahdhoh Tunisia dalam rilis resminya menyatakan, bahwa 75% dari peserta pemilih yang tidak ikut referendum sebagai bukti, bahwa rakyat menolak RUU baru yang diinisiasi oleh rezim Qois Saied. Seperti dilansir laman Anadholu, aa.com.tr, Kamis (28/7).
Lebih lanjut An-Nahdoh menyatakan, UU hakikatnya adalah kesepakatan awal di suatu bangsa, dan aturannya minimal peserta yang terlibat adalah 50%, namun apa jadinya kalau keikutsertaan tidak lebih dari 25%,” bunyi rilis itu menyinggung fakta yang terjadi di lapangan.
“Qois Saied telah menggunakan berbagai media, mulai dari sisi ekonomi dan administratif, hingga media mainstream seperti channel TV, yang digunakan sebagai corong utama dalam mengkampanyekan secara eksklusif terkait referendum,” tambah rilis itu.
Ditegaskan kemudian, bahwa upaya referendum berakhir gagal, kini yang tersisa adalah UU 2014 yang sah produk revolusi. Dan itu tetap berlaku meskipun upaya kudeta dilakukan. Kudeta mau dibuat seperti apapun tetap tidak akan memperoleh legitimasi.
An-Nahdhoh kemudian menegaskan pihaknya tetap tidak bergeming dalam menyuarakan perlawanan terhadap kudeta yang berlangsung, yang gerak politiknya mengarah ke kehancuran negara. Gerakan represntatif kubu Islamis ini pun mengatakan akan merangkul berbagai pihak yang membela bangsa untuk kembali kepada jalur revolusinya, menghadirkan pemilu presiden dan legislatif yang bebas, adil dan transparan dimana legitimasi rezim Tunisia dan institusi akan diperbarui, agar kedepan negara dapat menghadapi krisis yang terjadi saat ini.
Diberitakan sebelumnya, Senin, (25/7) pemerintahan Qais Saied menggelar Referndum, dari 9.278.541 peserta pemilih yang terdaftar, hanya 30,5% saja yang mengikuti referendum. Hasilnya 95,6% pemilih setuju terhadap RUU baru.
Sumber: An-nadholu