- Kekhalifahan Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik (126 H / 744 M)
- Kekhalifahan Ibrahim bin Al-Walid bin Abdul Malik (127 H/745 M)
- Kekhalifahan Marwan bin Muhammad bin Marwan (127 – 132 H/745 – 750 M)
Kekhalifahan Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik
Ibunya bernama Syah Afrid putri Fairuz putra Yezderged (raja terakhir Persia). Ia berdarah Arab (karena kakeknya adalah Abdul Malik bin Marwan), Persia (karena kakek dari pihak Ibu adalah Yezdergerd), Romawi (neneknya dari pihak Ibu adalah putri kaisar Romawi), dan Turki (ibu dari neneknya itu adalah putri Khagan Raja Turki).
Yazid bin Al-Walid adalah pemimpin kudeta terhadap Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik. Sebelum wafatnya Al-Walid II, Yazid telah mengumumkan baiat terhadap dirinya di sebuah perkampungan bernama Al-Mazzah.
Ia lalu bergerak ke Damaskus dan berhasil menguasainya. Ia lalu mengutus saudara sepupunya, Abdul Aziz bin Al-Hajjaj bin Abdul Malik, untuk menyerang Al-Walid II. Setelah terbunuhnya Al-Walid II, Yazid dibaiat ulang di Damaskus.
Ia digelari oleh orang-orang dengan sebutan: Yazid An-Naqish, karena ia mengurangi gaji militer yang sebelumnya dinaikkan oleh Al-Walid II.
Point-point Pidato Perdana
Yazid menyampaikan pidato perdananya yang demikian panjang dan berbunga-bunga untuk membenarkantindakan kudetanya terhadap Al-Qalid bin Yazid bin Abdul Malik:
- Latar belakang kudeta yang dilakukannya adalah dalam rangka menyeru kepada Allah, Rasul, dan kitab-Nya. Ia melakukan itu setelah beristikharah. Kudeta berhasil dengan pertolongan Allah.
- Komitmen untuk mensejahterakan rakyat dan tidak akan memperkaya diri.
- Tidak akan memaksa rakyat untuk turut serta dalam pertahanan negara.
- Tidak akan membebani rakyat dengan pajak; berkomitmen memberikan subsidi kepada rakyat;
- Siap dicopot dari jabatannya jika tidak memenuhi kewajiban kepada rakyat. Namun sebelum dicopot, ia minta diberi kesempatan untuk bertaubat. Setelah itu dia siap membaiat orang yang akan menggantikannya.
- Ketaatan hanya untuk Allah, maka taatlah kepadanya selama ia taat kepada Allah.
Tapi ternyata Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik (Yazid III) tidak mampu memenuhi janji-janjinya. Ia malah condong kepada kelompok Yaman yang membantunya meraih kekhalifahan. Ia harus mengucurkan banyak dana kepada mereka, hingga terkurasnya dana baitul mal.
Ia akhirnya memotong gaji militer, maka ia disebut Yazid An-Naqish.
Suku Mudhar menjauh darinya, maka terjadilah pemberontakan kelompok Mudhar di Homs, Palestina, dan daerah lainnya.
Kekacauan dan Perpecahan
Berbagai daerah di Syam memberontak. Berawal dari Homs yang menangisi pembunuhan Khalifah Al-Walid II dan menolak membaiat Yazid III.
Tokoh-tokoh wilayah Homs mengajak Yazid bin Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Abu Muhammad As-Sufyani untuk menuntut balas atas terbunuhnya Al-Walid II. Maka mereka pun bergabung. Penduduk Homs membaiat Abu Muhammad As-Sufyani.
Warga Palestina pun memberontak, juga penduduk Yordania, mereka mengangkat Muhammad bin Abdul Malik sebagai pemimpinnya.
KhalifahYazid III segera memerintahkan kepada Abdul Aziz bin Hajjaj bin Abdul Malik dan Sulaiman bin Hisyam bin Abdul Malik untuk melakukan penumpasan pemberontak. Penduduk Homs berhasil dikalahkan. Yazid bin Khalid bin Yazid dan Abu Muhammad As-Sufyani berhasil ditawan. Penduduk Palestina dan Yordania pun berhasil dikalahkan. Yazid III kemudian mengangkat Dhab’an bin Rauh sebagai Gubernur Palestina dan Ibrahim bin Al-Walid bin Abdul Malik sebagai Gubernur Yordania.
Khalifah Yazid III Wafat
Yazid III memimpin kekhalifahan hanya 6 bulan (Jumadil Akhir – Dzulhijjah 126 H / 744 M). Ia wafat dalam keadaan anak-anak dan keluarganya terpecah belah. Satu sama lain saling menyerang. Mereka pun lengah dari ancaman bahaya gerakan Bani Abbas.
Kekhalifahan Ibrahim bin Al-Walid bin Abdul Malik
Ibunya adalah seorang hamba sahaya perempuan berkebangsaan Berber. Ia diangkat menjadi khalifah setelah kematian kakaknya, Yazid bin Al-Walid bin Abdul Malik, di akhir tahun 126 H/744 M.
Penduduk Homs menolak membaiatnya, lalu ia menugaskan Abdul Aziz bin Hajjaj untuk memaksa mereka. Namun saat kedatangan Marwan bin Muhammad, Abdul Aziz segera keluar meninggalkan Homs.
Pertempuran Ain Al-Jarr
Penduduk Homs membaiat Marwan menjadi pemimpin, lalu mereka bergerak ke Damaskus. Mereka bertemu dengan 120 ribu pasukan Khalifah Ibrahim bin Al-Walid yang dipimpin Sulaiman bin Hisyam.
Marwan menghadapi mereka dengan kekuatan 80 ribu personil di Ain Al-Jarr, sebuah tempat antara Damaskus dan Ba’labak. Pasukan Sulaiman berhasil dikalahkan. Ia kembali ke Damaskus dan menemui Ibrahim bin Al-Walid dan Abdul Aziz bin Al-Hajjaj.
Mereka bersepakat membunuh kedua putra Al-Walid II, Al-Hakam dan Utsman sebelum Marwan bin Muhammad datang. Setelah itu mereka melarikan diri.
Marwan Dibaiat Menjadi Khalifah
Marwan bin Muhammad melenggang masuk ke Damaskus, lalu membebaskan Yazid bin Khalid dan Abu Muhammad As-Sufyani, mereka bersaksi bahwa Al-Hakam dan Utsman telah menunjuk Marwan bin Muhammad menjadi khalifah.
Orang-orang pun membaiat Marwan. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rabiul Akhir 127 H / 745 M.
Kekhalifahan Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Al-Hakam
Ibunya adalah seorang hamba sahaya perempuan asal suku Kurdi milik Ibrahim bin Al-Asytar An-Nakha’i. Muhammad bin Marwan menikahinya sehingga melahirkan Marwan pada 70 H.
Marwan awalnya adalah anggota pasukan kavaleri Bani Umayyah yang terkemuka dan berpengalaman. Ia mampu menghadapi pasukan Romawi, Turki, Khazar, dan Alan ketika diangkat oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik sebagai walikota Armenia dan Azerbaijan pada tahun 114 H (Lihat: Al-Bidayah Wan Nihayah, 10: 47)
Saat mendengar kabar terbunuhnya Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik (Al-Walid II), pamanya, Marwan segera bergerak ke Damaskus untuk menuntut balas. Namun Khalifah Yazid III menyuratinya dan mengangkatnya menjadi Walikota Armenia, Azerbaijan, dan ditambahkan pula wilayah Al-Jazirah (Mesopotamia).
Namun, Yazid wafat dan telah menunjuk adiknya, Ibrahim, menjadi khalifah. Marwan lalu bergerak ke Damaskus, dan dibaiat oleh penduduk Homs.
Tantangan di Hadapan Marwan
Perpecahan terjadi pada para pendukung Bani Umayyah, yaitu kubu Yaman dan kubu Qais. Kubu Yaman menentang Marwan, sedangkan kubu Qais memihaknya. Maka, Marwan berusaha menenangkan rakyat, ia menawarkan agar mereka memilih kepala daerah yang mereka kehendaki di negeri Syam. Hingga ia dengan lapang dada menerima pencalonan Tsabit bin Nu’aim menjadi Gubernur Palestina, padahal ia adalah tokoh pemberontakan ketika Marwan menjadi walikota Armenia.
Marwan II melakukan upaya penegakan stabilitas dibarengi program penumpasan gerakan pengacau. Hingga Ibrahim bin Al-Walid (khalifah yang tergulingkan) bersama Sulaiman bin Hisyam menyerahkan diri dan membaiat Marwan.
Pemberontakan-pemberontakan
Warga Homs adalah pendukung Al-Walid II dan Marwan, tetapi ketika Marwan menuju Haran, penduduk Homs dari kelompok Yaman di bawah komando Tsabit bin Nu’aim Al-Judzami melakukan pemberontakan. Namun pemberontakan dapat ditumpas.
Muncul pula pemberontakan warga Al-Ghauthah di bawah pimpinan tokoh Yaman: Yazid bin Khalid Al-Qusari. Pemberontakan ini pun berhasil ditumpas.
Rekonsiliasi Marwan II dan Kudeta Sulaiman bin Hisyam
Marwan mengupayakan pembaiatan bagi kedua putranya, Ubaidillah dan Abdullah. Lalu menikahkan keduanya dengan dua putri Hisyam bin Abdul Malik sebagai upaya rekonsiliasi.
Namun di sisi lain, Sulaiman bin Hisyam, saudara ipar kedua putra Marwan II, justru malah berupaya melakukan kudeta ketika Marwan sedang berupaya menumpas pemberontakan kaum Khawarij yang dipimpin Ad-Dhahak bin Qais As-Syaibani. Upaya kudeta Sulaiman bin Hisyam dapat dipatahkan.
Pemberontakan-pemberontakan Terus Berkobar!
- Seorang anggota suku Bani Hasyim, Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib melakukan pemberontakan besar di Irak pada tahun 127 – 129 H / 745 – 747 M
- Kelompok Khawarij di bawah pimpinan Ad-Dhahak bin Qais As-Syaibani di Irak tahun 127 – 130 H / 745 – 748 M.
- Kelompok Khawarij di bawah pimpinan Abu Hamzah melakukan pemberontakan di Al-Jazirah (Mesopotamia)
- Kekacauan terjadi pula di wilayah Khurasan hingga Andalusia
Bani Umayyah Runtuh!
Saat Marwan II sibuk menumpas berbagai macam pemberontakan, dari wilayah satu ke wilayah lain, ia dikejutkan oleh pemberontakan besar-besaran dari Bani Abbas dari Khurasan.
Pasukan Marwan II mengalami kekalahan fatal dalam pertempuran Az-Zab pada bulan Jumadil Akhir 132 H (750 M). Marwan melarikan diri ke Mesir dan akhirnya terbunuh.