Khalifah Al-Muntashir (247-248 H / 861-861 M)
Muhammad Al-Muntashir bin Al-Mutawakil bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid. Lahir pada 222 H/836 M dari seorang ummu walad bangsa Romawi yang bernama Habasyiyah.
Al-Muntashir diangkat menjadi putra mahkota pada 235 H/849 M, saat berusia 13 tahun. Kemudian menjadi khalifah setelah kematian ayahnya, Al-Mutawakil, pada 4 Syawal 247 H/14 Desember 861 M hingga 5 Rabi’ul Akhir 248/11 Juni 862 M.
Peristiwa berdarah sebelum pengangkatannya sebagai Khalifah
Pengangkatan Al-Muntashir sebagai khalifah berawal dari kondisi para pembesar militer orang-orang Turki yang tidak tenang dengan keberadaan Khalifah Al-Mutawakil.
Menteri Khalifah Al-Mutawakkil, yakni Ubaidillah bin Khaqan dan Al-Fath bin Khaqan, tidak mendukung Al-Muntashir sebagai putra mahkota dan lebih cenderung mendukung Al-Mu’taz. Sementara orang-orang Turki condong kepada Al-Muntashir.
Terungkap bahwa Al-Mutawakkil cenderung menuruti Ubaidillah dan Al-Fath yang memilih Al-Mu’taz, anak dari istri kesayangannya, Qabihah, dan berencana menyingkirkan Al-Muntashir serta membunuh para pemimpin Turki: Washif, Bugha, dan yang lainnya.
Maka, para panglima Turki sepakat melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Al-Mutawakil. Pelaksanaannya dipimpin oleh Bugha As-Shaghir yang dikenal dengan panggilan As-Syarabi. Ia ditemani 10 orang tentara, memasuki istana dengan pedang-pedang terhunus. Saat itu Khalifah Al-Mutawakil dalam keadaan mabuk, lalu salah seorang dari mereka menebasnya dan diikuti oleh yang lainnya. Saat itu, Al-Fath bin Al-Khaqan yang menemani Al-Mutawakil ikut terbunuh. Peristiwa ini terjadi pada 4 Syawal 247 H/14 Desember 861 M
Perdana Menteri yang Buruk
Setelah menjadi khalifah, Al-Muntashir mengangkat Ahmad bin Al-Khashib sebagai menteri. Ia memiliki kewibawaan, akan tetapi sifat-sifat buruknya lebih dominan: temperamen, emosional, dan ceroboh. Diceritakan pernah seorang yang terzalimi bermaksud mengadu kepadanya saat ia menaiki kendaraannya, lalu ia mengeluarkan kaki dan menendang dada orang itu hingga tewas.
Militer Turki Semakin Berkuasa
Setelah terbunuhnya Al-Mutawakil, militer Turki semakin kuat dan kekuasaan mereka merambah pada urusan kehidupan para khalifah. Mereka bisa memaksa Khalifah Al-Muntashir untuk mencopot jabatan putra mahkota dari dua saudaranya: Al-Mu’taz dan Al-Muayyad. Mereka yang mendiktekan surat pengunduran dirinya.
Jiwanya Tidak Merasa Tenang
Al-Muntashir dihadapkan pada celaan-celaan terhadap dirinya karena telah melakukan perampasan kekuasaan. Hal ini membuatnya sakit dan galau. Abdullah bin Umar Al-Baziyar pernah melihatnya menangis. Al-Muntashir berkata, “Aku tidur, lalu aku melihat Al-Mutawakil datang kepadaku dan berkata, ‘Celaka kamu Muhammad, kamu membunuhku, menzalimiku, dan mengkhianati khilafahku. Demi Allah, kamu tidak akan menikmati setelahku kecuali beberapa hari saja, kemudian kamu masuk neraka.’ Lalu aku tersadar dan tak mampu menahan air mataku yang mengalir dan tak mampu menahan kesedihanku.”
Ia sering berkata, “Demi Allah, dunia dan akhiratku telah pergi.”
Ia memiliki niat untuk menebus kesalahannya dengan menyingkirkan orang-orang Turki, tapi tidak mampu.
Kebaikannya
Al-Muntashir adalah seorang yang dermawan, bersikap baik kepada keluarga Abu Thalib, menggelontorkan dana bagi para penuntut ilmu. Ia disenangi dan dihormati rakyatnya.
Al-Muntashir Wafat
Ia terserang penyakit pada 25 Rabi’ul Awwal 248 H/1 Juni 862 M dan meninggal pada 5 Rabi’ul Akhir 248 H/11 Juni 862 M.
Ada yang mengatakan ia wafat karena penyakit di kerongkongannya, ada pula yang mengatakan ia wafat karena radang akut pada lambungnya, bahkan ada yang mengatakan ia wafat karena racun.
Wallahu A’lam.