(Khutbah Idul Fitri)
Hari ini kita berkumpul dalam keadaan suka cita, karena kita baru saja selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Namun di balik rasa suka cita ini, sebetulnya kita pun sedang merasakan kesedihan dan keprihatinan yang mendalam, karena di beberapa negeri, sebagian saudara kita tengah beridul fitri dalam keadaan tertekan dan tertindas: di Palestina, Suriah, Cina, Rohingya, Pattani, dan lain-lain.
Bahkan saat ini secara umum, umat Islam sebenarnya sedang berada dalam kondisi terpuruk. Mereka termarjinalkan dalam berbagai aspek kehidupan: ekonomi, politik, sosial, pendidikan, budaya, dan lain-lain.
Dalam kondisi suka cita ini tidak ada salahnya jika kita bermuhasabah. Mari kita renungkan, apakah yang menyebabkan umat ini menjadi lemah dan terpuruk?
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…
Penyebab kelemahan dan keterpurukan umat Islam saat ini sekurang-kurang ada tiga:
Pertama, fenomena perpecahan (tafarruq). Umat Islam saat ini masih sering berselisih, berbantah-bantahan, saling curiga, saling mengintip kekurangan, dll, sehingga hilanglah wibawa dan kekuatan mereka.
Mari kita renungkan firman Allah Ta’ala berikut ini,
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Anfal: 46).
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…
Hadirin rahimakumullah…
Islam mentolelir ikhtilaf (perbedaan pendapat) dalam perkara furu’ (cabang) yang bukan termasuk ushuluddin (pokok-pokok agama), tapi tidak mentolerir berpecahnya hati dan pertengkaran yang disebabkan masalah furu’(cabang) atau ikhtilaf itu. Karenanya, jangan sampai ikhtilaf (perbedaan pendapat) menyebabkan tafarruq (perpecahan). Karena tafarruq tidak akan menambah kepada umat ini, kecuali kelemahan.
Umat Islam harus bersatu-padu agar kembali menjadi kuat dan berwibawa,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (QS. 3: 103).
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…
Hadirin rahimakumullah…
Selain faktor tafarruq (perpecahan), faktor penyebab umat ini menjadi lemah dan terpuruk adalah karena fenomena juz’iyyah (parsial dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam).
Sebagian umat ini ada yang memahami bahwa Islam hanyalah sebatas ibadah ritual belaka, mereka lalu hanya fokus pada hal itu seraya menganggap tidak penting hal-hal lainnya. Padahal Islam itu memperhatikan seluruh aspek kehidupan secara seimbang dan proporsional: Islam memperhatikan aqidah, syariah, akhlak, ibadah, amar ma’ruf nahi munkar, pendidikan, politik, ekonomi; dunia, akhirat; lahir, batin; akal, jiwa, raga, dlsb.
Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaafah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithon, karena ia adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (2: 208).
Apa jadinya umat ini jika hanya fokus pada aspek ibadah ritual kemudian melupakan aspek ajaran Islam lainnya? Apa jadinya umat ini jika hanya fokus pada aspek masalah tazkiyatu nafs—wirid, dzikir, tilawah qur’an, shalat malam—tapi kemudian melupakan aspek ajaran Islam lainnya? Apa jadinya umat ini jika hanya fokus pada masalah ekonomi, politik, amal sosial, dlsb. Padahal mereka memiliki tugas menjadi ibadullah dan khalifatullah sekaligus. Mereka memiliki kewajiban untuk melakukan ri’ayah (pemeliharaan) dan imarah (memakmurkan) terhadap muka bumi ini. Mereka harus menjadi ustadziyatul alam (guru bagi alam semesta).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya: 107)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruh-nya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Q.S. Saba: 28)
Akankah tugas besar dan mulia itu dapat terwujud jika umat ini memahami dan mengamalkan ajaran agamanya secara juz’iyah (parsial)? Tentu tidak…
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…
Hadirin rahimakumullah…
Selain faktor tafarruq (perpecahan) dan juz’iyyah (parsial dalam pemahaman dan pengamalan), faktor penyebab umat ini menjadi lemah dan terpuruk adalah fenomena tarkul jihad (meninggalkan jihad).
Jihad yang dimaksud disini adalah mencakup pengertian jihad secara luas: jihad qitali (perang), jihad ta’limi (menuntut ilmu), jihad tablighi (menyampaikan dakwah), jihad iqtishadi (ekonomi), jihad siyasi (politik), jihad mali (harta), dll.
‘Jihad’ berasal dari kata ‘jahada’ artinya bersungguh-sungguh. Jihad adalah ciri orang yang beriman, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (49: 15)
Manakala kaum muslimin meninggalkan jihad, jadilah mereka orang-orang yang lemah. Musuh-musuh tidak lagi gentar menghadapi mereka. Bahkan mereka berani menindas dan merampas kehormatan, kekayaan alam, dan apa saja yang dimiliki umat ini.
Meninggalkan jihad membuat umat ini seperti hidangan yang diperebutkan,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” Rasul bersabda,”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…
Hadirin rahimakumullah…
Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Jalinlah persatuan dan kesatuan serta rasa persaudaraan di antara kita. Mari kita tingkatkan interaksi kita dengan Al-Qur’an sehingga kita dapat terhindar dari pemahaman dan pengamalan agama yang parsial. Tumbuhkanlah mujahadah di dalam diri kita dalam mengarungi kehidupan ini. Berhati-hatilah dari tipu daya dunia yang akan melemahkan kita…
Allahu Akbar…Allahu Akbar…wa lillahil hamd…