أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عز وجل وَالسَّمعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلافَاً كَثِيرَاً؛ فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المّهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فإنَّ كلّ مُحدثةٍ بدعة، وكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertawa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dengar dan taatlah walau pun yang memerintahkan kalian adalah seorang budak. Barang siapa di antara kalian yang masih hidup, niscaya akan banyak melihat perselisihan. Maka hendaknya kalian memegang sunahku dan sunah para Khulafa Rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, gigitlah dengan geraham kalian. Hati-hatilah dengan perkara-perkara yang baru, karena setiap yang baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At Tirmidzi, ia berkata: hasan shahih)
Perintah Nabi agar kita mengikuti sunah khulafaur rasyidin di atas, menunjukkan kedudukan mereka yang tinggi di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karenanya, buruklah orang-orang yang mencela mereka dan mulialah orang-orang yang memuliakan mereka.
Keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu
Banyak sekali keutamaan Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu, dan membutuhkan satu buku tersendiri untuk menceritakannya, tetapi di sini kami hanya paparkan beberapa saja.
Dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhilallahu ‘Anha, katanya: bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر وإن اسمه الذي سماه أهله لعبد الله بن عثمان بن عامر بن عمرو حيث ولد فغلب عليه اسم عتيق
“Barang siapa yang suka melihat orang yang dibebaskan (‘atiiq) dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar.” Sesungguhnya nama yang diberikan keluarganya adalah Abdullah bin Amir bin Amru ketika dia dilahirkan, lalu nama ‘Atiiq yang lebih sering disebutkan padanya.” (Al Hakim, Al Mustadrak No. 4404, Al Hakim mengatakan: isnadnya shahih, tapi Bukhari-Muslim tidak meriwayatkannya. Musnad Abu Ya’la, 8/4899. Thabaqat Ibnu Sa’ad, 2/160. Abu Nu’aim, Ma’rifatush Shahabah, No. 59.)
Riwayat Imam Al Hakim ini menyebutkan nama sejak lahir Abu Bakar adalah Abdullah, kemudian digelari ‘Atiiq. Ini merupakan kebalikan dari riwayat Imam Ath Thabarani yang menyebutkan ‘Atiiq adalah nama awalnya, lalu menjadi Abdullah .
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Aha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Bakar:
أنت عتيق الله من النارفمن يومئذ سمي عتيقًا
“Engkau oleh Allah dibebaskan (‘Atiiq) dari neraka.” Maka sejak itu dia dinamakan ‘Atiiq. (HR. At Tirmidzi No. 3679, katanya: gharib. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahihul Jami’ No. 1482. Ibni Hibban No. 6864, dari Az Zubeir bin Awwam)
Dari Abdullah bin Az Zubeir Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نظر إلى أبى بكر رضى الله عنه فقال هذا عتيق الله من النار فمن يومئذ سمى عتيقا وكان قبل ذلك اسمه عبدالله بن عثمان.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat Abu Bakar Radhiallahu ‘Anhu, lalu bersabda: “Inilah orang yang dibebaskan (‘atiiq) Allah dari api neraka.” Maka sejak hari itu dia dinamakan ‘Atiiq, sebelumnya bernama Abdullah bin Utsman.” (HR. Al Bazzar dan Ath Thabarani. Imam A Haitsami mengatakan: rijaaluhuma tsiqaat –para perawi keduanya (Al bazzar dan Ath Thabarani) terpercaya. Lihat Majma’ Az Zawaid, 9/40. Imam As Suyuthi mengatakan: sanadnya jayyid (baik). Lihat Tarikhul Khulafa’, hal. 27)
Keutamaan Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu
Sebagaimana Abu Bakar, Beliau juga memiliki banyak keutamaan, dan di sini kami hanya paparkan beberapa saja. Dia menduduki urutan kedua laki-laki yang paling dicintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sesuai hadits berikut:
Dari ‘Amr bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أي الناس أحب إليك؟ قال: (عائشة). فقلت: من الرجال؟ فقال: (أبوها). قلت: ثم من؟ قال: (عمر بن الخطاب).
“Siapakah manusia yang paling kau cintai?” Nabi menjawab: “ ‘Aisyah.” Aku berkata: “Dari kaum laki-laki?” beliau menjawab; “Ayahnya (Abu Bakar).” Aku bertanya: “lalu siapa?” Beliau menjawab: “Umar bin Al Khathab.” (HR. Bukhari No. 3462)
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
قَدْ كَانَ يَكُونُ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ مِنْهُمْ
“Dahulu pada umat-umat sebelum kamu ada manusia yang menjadi muhaddatsun,[1] jika ada satu di antara umatku yang seperti itu, maka Umarlah di antara mereka.” (HR. Muslim No. 2398)
Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu:
ما زلنا أعزة منذ أسلم عمر.
“Kami senantiasa memiliki ‘izzah semenjak keislaman Umar.” (HR. Bukhari No. 3481)
Keutamaan Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘Anhu
Disebutkan dalam kitab Shahih Muslim:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَحْفِرْ بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ وَقَالَ مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ فَجَهَّزَهُ عُثْمَانُ
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang membuatkan lubang sumur Rumawi maka baginya surga, maka ‘Utsman pun menggalinya. Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang membantu persiapan jaisyul ‘usrah maka baginya surga, maka ‘Utsman pun membantunya.” (Lihat Shahih Muslim Kitab Manaqib Bab Manaqib Utsman bin ‘Affan)
Jaisyul ‘Usrah artinya pasukan kesulitan, yaitu pasukan yang nabi kirim ketika perang Tabuk, yang memang sangat menyulitkan perjalanannya karena jauh dan panas. Selama 20 hari pasukan Rumawi ditunggu, tetapi mereka lari dari pasukan kaum muslimin.
Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘Anhuma berkata:
كُنَّا فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ثُمَّ عُمَرَ ثُمَّ عُثْمَانَ ثُمَّ نَتْرُكُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نُفَاضِلُ بَيْنَهُمْ
Pada zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kami tidak pernah menyetarakan Abu Bakar dengan siapa pun, begitu pula terhadap Umar, lalu terhadap Utsman. Lalu kami membiarkan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang lainnya, kami tidak melebihkan yang satu di atas lainnya. (HR. Bukhari No. 3697)
‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bercerita bahwa suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang bersandar dipembaringannya, lalu Abu Bakar masuk meminta izin maka nabi pun mengizinkannya dan Abu Bakar memenuhi keperluannya hingga selesai lalu pulang, lalu Umar juga datang memohon izin kepadanya dan Beliau masih dalam keadaan seperti itu, Umar pun menyelesaikan keperluannya kepadanya, lalu pulang. Lalu ketika Utsman yang datang nabi pun bangun dan duduk, dan berkata kepada ‘Aisyah: “Rapikan pakaianmu!” Lalu Utsman menyelesaikan keperluannya kepada nabi, kemudian pulang. Maka ‘Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu segan terhadap Abu Bakar dan Umar, sebagaimana kesegananmu terhadap Ustman.”
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:
إِنَّ عُثْمَانَ رَجُلٌ حَيِيٌّ وَإِنِّي خَشِيتُ إِنْ أَذِنْتُ لَهُ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ أَنْ لَا يَبْلُغَ إِلَيَّ فِي حَاجَتِهِ
Sesungguhnya Utsman itu pemalu, dan aku segan jika aku izinkan dia menemuiku aku dalam keadaan seperti itu, sehingga dia tidak jadi menyelesaikan keperluannya kepadaku. (HR. Muslim No. 2402)
Keutamaan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu
Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ‘Anhu, berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu:
أَنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
Kedudukan Engkau bagiku bagaikan Harun terhadap Musa, hanya saja tak ada lagi nabi setelahku. (HR. Muslim No. 2404)
Tertulis dalam Shahih Bukhari:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ وَقَالَ عُمَرُ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُ رَاضٍ
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Ali: “Engkau adalah bagian dariku, dan aku adalah bagian darimu.” Umar berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat dia dalam keadaan ridha terhadapnya (Ali).” (Shahih Bukhari Kitab Al Manaaqib Bab Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib)
Dan masih banyak keutamaan lain dari khalafaur rasyidin ….. semoga Allah Ta’ala mempertemukan kita dengan mereka di surgaNya yang penuh kenikmatan dan luas. Wallahu A’lam
Catatan Kaki:
[1] Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai muhaddatsun. Ibnu Wahab mengatakan, makna Muhaddatsun adalah orang yang mendapatkan ilham. Yang lain mengatakan: orang yang diajarkan kebenaran. Ada juga yang mengatakan: orang yang diajak bicara oleh malaikat. Bukhari mengatakan: dari lisan mereka mengalir kebenaran, dan itu merupakan kepastian karamah bagi para wali.” (Syarh Shahih Muslim, No. 4411. Mauqi’ Ruh Al Islam)