Serangan terhadap kitab suci umat Islam merupakan perbuatan “tercela,” kata Tobias Billstrom.
Menteri luar negeri Swedia mengatakan bahwa pemerintahnya sedang mencoba mengubah undang-undang untuk mencegah serangan terhadap Al-Quran di masa yang akan datang, sambal menjelaskan bahwa hal itu merupakan perbuatan “tercela.”
Tobias Billstrom berbicara melalui sambungan telepon dengan Ahmed Attaf dari Aljazair, menurut sumber dari Kementerian Luar Negeri Aljazair.
Dalam percakapannya, Billstrom menitik beratkan pada pembatasan konstitusional yang membatasi kewenangan pemerintahannya untuk mencegah perilaku seperti itu seraya mengungkapkan penyesalannya yang mendalam atas tindakan tersebut.
“Kami sedang bekerja untuk memastikan bahwa sikap tidak respek terhadap Al-Quran tidak terulang kembali,” katanya.
Billstrom juga menjelaskan kepada Attaf tentang inisiatif yang diambil oleh Kementerian Kehakiman Swedia untuk mengevaluasi kemungkinan mengadopsi undang-undang terkait menjaga ketertiban umum untuk mengatasi perilaku yang tidak dapat diterima semacam itu.
Pekan lalu, Salwan Momika, seorang pengungsi Irak berusia 37 tahun yang tinggal di Swedia, menginjak dan menendang Al-Quran, hanya berselang beberapa pekan setelah aksi membakar halaman kitab suci umat Islam di luar masjid Stockholm.
Pada bulan Januari, Rasmus Paludan, seorang pemimpin sayap kanan Denmark, membakar Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Insiden itu memicu kemarahan dan kecaman dari seluruh dunia Islam.
Menyusul insiden tersebut, protes anti-Swedia terjadi di beberapa kota di Lebanon. Duta Besar Swedia untuk negara itu, Ann Dismorr, dikabarkan meninggalkan Lebanon untuk liburan yang telah direncanakan.
Sumber: AA