Di antara para sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang namanya harum dalam sejarah Islam adalah Abu Muhammad Thalhah bin Ubaidillah al-Qurasyi at-Taimi. Beliau berasal dari keluarga terpandang Quraisy di Makkah. Ayahnya, Ubaidillah, adalah salah satu tokoh kota itu, sementara ibunya, al-Sha’bah binti Abdullah, dikenal sebagai putri dari seorang dermawan terkenal, Wahab bin Abdullah. Istrinya adalah Hamnah binti Jahsy, saudari dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy.
Sejak muda, Thalhah tumbuh di Makkah, akrab dengan lembah dan padang pasirnya. Ia gemar memanah dan melempar tombak, dan dikenal sebagai pedagang jujur yang sering berniaga ke Bushra dan Syam.
Dari Kemuliaan Jahiliyyah Menuju Kemuliaan Islam
Rasulullah ﷺ bersabda:
«تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ، خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا»
“Kalian akan mendapati manusia seperti logam. Orang-orang terbaik di masa jahiliyyah akan menjadi yang terbaik pula di masa Islam jika mereka memahami agama.” (HR. al-Bukhari)
Thalhah adalah salah satu contoh nyata hadis ini. Akhlak terpuji yang dimilikinya sejak jahiliyyah semakin bercahaya setelah ia mendapat hidayah Islam.
Sahabat Awal dan Termasuk Ashrah al-Mubasyyarin bil Jannah
Thalhah adalah as-sâbiq al-awwalûn, termasuk lima orang yang masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar as-Shiddiq. Namanya juga tercatat dalam kelompok sepuluh sahabat yang dijamin surga (al-‘Asharah al-Mubasyyarin bil Jannah). Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ»
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Usman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi)
Kesetiaan di Perang Uhud
Pada perang Uhud, ketika banyak sahabat berguguran, hanya Thalhah dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang tetap berdiri melindungi Nabi ﷺ. Thalhah mengalami 35 luka di tubuhnya, bahkan jari-jari tangannya putus. Karena pengorbanannya yang luar biasa, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Hari itu seluruhnya adalah milik Thalhah.” (HR. al-Bukhari)
Rasulullah ﷺ pun memujinya dengan sabda:
«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِي عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ»
“Barang siapa ingin melihat seorang syahid yang berjalan di atas muka bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” (HR. Tirmidzi no. 3739, Ibnu Majah no. 125)
Kedermawanan yang Luar Biasa
Thalhah dikenal sebagai salah satu dermawan besar di kalangan sahabat. Ia tidak segan membagi kekayaannya dalam jumlah besar kepada Muhajirin dan Anshar. Pernah suatu kali ia memperoleh 700.000 dirham dan dalam waktu singkat dibagikannya hingga hampir tidak tersisa.
Akhir Hayat: Gugur di Perang Jamal
Ketika fitnah besar terjadi dan pecahlah Perang Jamal, Thalhah berusaha menghindari pertumpahan darah. Namun, sebuah anak panah mengenai dirinya ketika hendak menyingkir dari medan perang, dan ia pun syahid. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bersedih atas wafatnya dan berkata di sisi jasadnya: “Seandainya aku mati dua puluh tahun sebelum peristiwa ini.” (HR. at-Thabrani)
Penutup
Thalhah bin Ubaidillah adalah teladan keberanian, kesetiaan, kedermawanan, dan keteguhan iman. Allah ﷻ berfirman tentang orang-orang beriman seperti beliau:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya.” (QS. Al-Ahzab: 23)
Semoga kisah hidup Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu menginspirasi kita untuk menjadi pejuang kebenaran di zaman ini.
(Diringkas dari Ashabu al-Rasul karya Mahmud Al-Mishri)