Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara Jawa Tengah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Buku Pedoman Aswaja an Nahdliyah, pada Rabu (12/1/2022). Kegiatan berlangsung secara luring dari Gedung Rektorat dan secara daring dari beberapa daerah. Kegiata diikuti oleh peserta luar, antara lain dosen Aswaja Universitas Wahid Hasyim (Unwahasy) Semarang.
Rektor Unisnu H Sa’dullah Saidi mengemukakan bahwa gagasan penyusunan buku pedoman bagi mahasiswa ini perlu melibatkan para pihak, karena itu ia mengundang Pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim, Yusuf Suharto.
“FGD ini hanya permulaan saja. Nanti akan ada pertemuan-pertemuan lanjutan. Akan ada tim kecil,” ungkapnya.
Sementara, Yusuf Suharto menyajikan beberapa pengalamannya dalam keterlibatan sebagai tim penyusun buku. “Aswaja NU Center PWNU Jatim pernah membuat Tim Penyusun Buku Aswaja. Itu butuh waktu yang lama. Karena itu tidak perlu tergesa-gesa. Ketika Pesantren Tebuireng juga membuat Tim Penyusun Buku Aswaja untuk para santri, kami juga dilibatkan sebagai editor. Dan hasil editingnya masih perlu ditashih oleh para kiai,” ujar Yusuf Suharto yang hadir secara daring.
Menurutnya pengajaran Aswaja di kampus bervariatif, ada yang satu semester, dua semester, hingga enam semester seperti kampus IKHAC Mojokerto. “Masing-masing menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan kampus,” terangnya.
Ia juga menyampaikan konten yang perlu ada adalah tentang sejarah dan konsep Aswaja, kemudian aspek aqidah, fiqih, dan tasawuf. Juga tentang deradikalisasi, dan deliberalisasi, serta tentang Ke-NU-an yang meliputi Fikrah Nahdliyah, Khitah NU, Cara Politik NU, pengenalan para tokoh NU, dan jasa NU bagi Indonesia.
“Karena buku pedoman maka buku harus praktis dan sekaligus padat. Menguatkan Aswaja dan Ke-NU-an agar mahasiswa semakin mantab ber-Aswaja dan ber-NU,” ujar Ketua Persada (Persatuan Dosen Agama Islam) Nusantara Jatim ini.
Pada sesi taya jawab, seorang peserta bertanya, bagaimana menanggapi liberalisasi? Yusuf Suharto mengatakan liberalisasi tidak mungkin ada di NU. “NU punya banyak kiai yg menjaga NU. Ada forum Muktamar dan Bahtsul Masail sebagai keputusan resmi di NU. Jika misalnya ada sedikit yg agak liberal, maka arus utama moderat di NU harus menegur, mengingatkan,” lugasnya.
Peserta lainnya bertanya tentang relasi politik dan agama.Yusuf menyatakan masyarakat perlu memahami bahwa politik adalah salah satu jalan mengenalkan agama. “Jadi, dengan kerangka begini, kita tak akan alergi pada politik. Bukankah ketika Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali memimpin umat Islam sebagai khalifah, itu bermakna bahwa beliau berpolitik?” jelasnya.
Selain itu dia menegaskan penyusunan buku Aswaja yang baku dan praktis di kampus semakin dirasakan kebutuhannya. “Selama ini yang banyak digunakan di kampus Nahdliyin antara lain adalah buku Khazanah Aswaja susunan Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim. Tentu buku ini, dan lainnya perlu diselaraskan dng kebutuhan praktis kampus,” imbuh Yusuf.
Sumber: https://www.nu.or.id/daerah/unisnu-rancang-buku-pedoman-aswaja-bagi-mahasiswa-enYfe