Wakil Bupati Bandung Sahrul Gunawan dalam acara Seminar Pra-Muktamar menegaskan bahwa wisata halal bukan untuk membatasi gerak-gerik wisatawan. Turis-turis terutama turis asing tetap bebas menjalankan kebiasaannya saat berwisata. Sejatinya, wisata halal tidak bermaksud mengubah objek wisata menjadi halal.
“Halal yang dimaksud adalah penyediaan pangan yang disajikan dalam restoran, ketersediaan tempat ibadah dan hotel yang dapat memiliki standar kehalalan, juga terkait masalah kesehatan dan higienitas,” ujar Sahrul dalam Seminar Pra-Muktamar pada Kamis (12/05).
Konteks wisata halal ada pada layanan, bukan mengubah objek atau alam wisata lainnya. Banyaknya wisatawan Muslim membutuhkan beberapa hal penting terkait ajaran agama yang harus dipatuhi. Misalnya, arah kiblat, tempat salat, makanan dan minuman halal serta level kesehatan lingkungan dan higienitas makanan.
Wisata halal berarti menjangkau dan menarik wisatawan Muslim datang berkunjung ke suatu objek wisata. Di Danau Toba, misalnya, selain banyak wisatawan Muslim lokal, juga ada banyak wisatawan Muslim dari Malaysia.
“Mereka membutuhkan layanan wisata yang ramah Muslim. Jika mereka tidak merasa nyaman dengan layanan halalnya, agak sulit suatu objek wisata berkembang lebih besar,” terang mantan pemain sinetron Jin dan Jun ini.
Wisata halal merupakan adopsi dari negara-negara non-Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang melihat potensi besar dari pertumbuhan Muslim di seluruh dunia. Wisata halal diciptakan untuk mewadahi kebutuhan beribadah bagi para muslim di negara-negara non-OKI, seperti penyediaan tempat ibadah (mushola) dan restoran halal.
“Negara-negara yang cepat menangkap peluang pelayanan wisata ramah Muslim ini adalah Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, Inggris, Prancis, dan banyak negara lainnya,” terang Sahrul.
Selain berkaitan dengan urusan makanan dan minuman dan pengelolaan destinasi, pariwisata halal juga berkaitan bagaimana di destinasi wisata halal terdapat perbankan syariah atau pengelolaan keuangan bersyariah. Bahkan, bila perlu ada paket tour wisata syariah, pemandu yang bersertifikasi. Yang tidak kalah penting dari pariwisata halal bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih, terutama dari sampah.
“Kekurangan destinasi wisata di Indonesia yang tergambarkan oleh wisatawan tidak bersih dan tidak terawat. Salah satunya toilet,” keluh Sahrul.
Sumber: https://muhammadiyah.or.id/wisata-halal-bukan-untuk-membatasi-gerak-gerik-wisatawan/