Pendahuluan
Para Muhadditsin telah menghimpun hadis-hadis Nabi dalam kitab-kitab hadis dengan beragam teknik atau metode. Hal ini berkembang sejak periode tabi’in dan tabi’ut tabi’in yakni abad 2-3 hijriyah. Di abad ke-2 H muncul Al-Muwatha’ Imam Malik (w. 179 H), dan Muwatha Ibnu Abi Dziab (w. 158 H); Musnad At-Thayalisi (133-204 H), dan Mushannaf Abu Salamah Hammad (w. 167 H). Selanjutnya di abad ke-3 H muncul berbagai kitab induk hadis yang kita kenal dengan istilah kutubus sittah: Shahih Bukhari (194-256 H), Shahih Muslim (204-261 H), Sunan An-Nasa’i (215-303 H), Sunan Abu Dawud (202-276 H), Jami’ At-Tirmidzi (209-269 H), dan Sunan Ibnu Majah (209-276 H).[1] Pada periode ini muncul pula kitab-kitab Musnad: Musnad Al-Humaidiy (w. 219 H), Musnad Al-Bazzar (w. 292 H), dan Musnad Abu Ya’la (w. 307 H).
Jadi, paling tidak ada empat teknik pengumpulan hadis pada masa itu:
- Muwatha’, yang menghimpun hadis, atsar sahabat, dan perkataan tabi’in berdasarkan bab-bab fiqih.
- Al-Jami, yang menghimpun hadis dalam bab-bab aqidah, hukum, adab, tafsir, tarikh, sejarah, syamail, fitan, dan manaqib.
- As-Sunan, yang menghimpun hadis-hadis marfu’ dalam bab-bab fiqih, yang berbeda dengan Muwatha yang masih memuat atsar sahabat dan tabi’in.
- Musnad, yang menghimpun hadis berdasarkan bab sesuai rawi tertingginya yaitu sahabat, dan hanya memasukkan hadis Nabi saja.[2]
Berikutnya pada periode muta’akhirin, yakni pada abad ke-4 sampai abad ke-6 H, teknik pengumpulan hadis semakin berkembang. Selain melanjutkan teknik mutaqaddimin seperti munculnya As-Shahih Ibnu Hibban (w. 354), Shahih Ibnu Khuzaimah (w. 311 H), dan Shahih Ibnu Sakan; juga As-Sunan Ibnu Jarud (w. 307 H), Sunan Ad-Daruquthni (w. 385 H), dan Sunan Al-Baihaqi (w. 458 H), muncul pula teknik pengumpulan yang baru yakni:
- Mu’jam, yang menghimpun hadis-hadis berdasarkan nama sahabat secara abjadiyah, seperti yang dilakukan At-Thabrani (w. 360 H).
- Al-Mustadrak, yang menghimpun hadis-hadis shahih yang tidak terdapat dalam kitab hadis shahih Bukhari dan Muslim serta yang lainnya, seperti dilakukan Al-Hakim (w. 405 H)
- Syarah, yakni kitab penjelasan hadis baik yang berkaitan dengan sanad atau matan seperti dilakukan oleh At-Thahawiy (w. 321 H).
- Mustakhraj, yang menghimpun hadis dengan mengambil dari kitab tertentu, namun dengan jalur sanad yang berbeda yang ia terima dari gurunya, dimana guru tersebut memiliki sanad yang sama dengan sanad penyusun hadis yang di takhrij atau kedua guru itu bertemu pada sanad di atasnya.
Begitulah seterusnya teknik penghimpunan hadis ini berkenmbang sehingga dikenal pula teknik pengumpulan hadis: Al-Maudhu’at, Al-Ahkam, Al-Atraf, Takhrij, Zawa’id, dan Jawami’.
Pasca periode mutaqaddimin, diantara teknik baru penghimpunan hadis adalah seperti apa yang dilakukan oleh Sulaiman bin Ahmad al-Tabrani yaitu dengan teknik penghimpunan Mu’jam (ensiklopedi). Ia menulis kitab Mu’jam dalam tiga kategori: Mu‘jam, yaitu Al-Mu‘jam Al-Kabir, Al-Mu‘jam Al-Awsat dan Al-Mu‘jam Al-Ashgar. Tiga karya besar ini mendapatkan banyak apresiasi dari para ulama. Ibnu Dihyah mengatakan bahwa Mu’jamul Kabir sebagai karya ensiklopedis hadis terbesar di dunia.[3] Tulisan ini akan mengulas ketiga kitab Mu’jam tersebut meliputi metode dan kedudukannya.
Sekilas tentang Imam At-Thabrani
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Muthair al-Lakhmi al-Yamani al-Thabrani. Kunyahnya Abu al-Qasim. Beliau dilahirkan di Akka pada bulan Shofar tahun 260 H.[5]
At-Thabrani mulai belajar hadis pada tahun 273 H, saat berusia 13 tahun. Selanjutnya pada tahun 274 H, ia melakukan rihlah ilmiyah ke Palestina, Syam, dan Qaisariyah. Berikutnya melanglangbuana ke Hijaz, Yaman, Mesir, serta negeri-negeri Persia, menghabiskan waktu kurang lebih 30 tahun untuk mempelajari hadis Nabi.
At-Thabrani mengunjungi Asfahan pada tahun 290 H. Setelah menyelesaikan rihlah ilmiyahnya ke berbagai wilayah, beliau kembagi lagi ke Asfahan, dan menetap di sana sampai akhir hanyatnya. Ia wafat di Isfahan pada 28 Dzulqa’idah tahun 360 H dalam usia seratus tahun sepuluh bulan, dimakamkan di samping kubur Hamamah A-Dausi, seorang sahabat Rasulullah Saw.
Ad-Dzahabi mencatat jumlah guru At-Thabrani mencapai lebih dari seribu orang. Diantaranya adalah Hasyim bin Murtsid al-Thabrani, Ahmad bin Mas’ud al-Khayyat, ’Amr bin Abi Salmah al-Tunisi, , dan lain-lain. Sedangkan rnurid-muridnya antara lain, Ahmad bin Muhammad bin Ibrahm al-Sahhaf, Ibnu Mandah, Abu Bakar bin Mardawih, dan lain sebagainya. Ada diantara guru At-Thabrani yang kemudian rneniadi muridnya, di antaranya adalah Abu Khalifah al-Jumahi dan al-Hafidh ibn ‘Uqdah.
Abu Bakar bin Abi ‘Ali mengatakan bahwa At-Thabrani terkenal karena ilmu, pengetahuannya yang luas dan karya-karyanya yang banyak. Al-Hafidh Abu al-‘Abbas ibn Mansur al-Syirazi mengemukakan bahwa dirinya telah menulis 300.000 hadis dari At-Thabrani. Abu Abdillah Ibnu Mandah mengatakan At-Thabrani memang seorang penghafal yang terkenal.
Imam Ath-Thabrani memiliki perhatian khusus pada bidang keilmuan Islam, terlebih dalam bidang hadits; beberapa karyanya antara lain:
- Musnadul Asy’ari;
- Musnadusy Syamiyyin;
- An-Nawadir;
- Musnad Abi Hurairah;
- Musnad ‘Aisyah;
- At-Tafsir;
- Dalailun Nubuwwah;
- Ar-Raddu ‘alal Mu’tazilah;
- Ahaditsuz Zuhri ‘An Anas;
- Kitabus Sunnah;
- Al-Manasik;
- Manaqibu Ahmad;
- Kitabul Asyribah;
- Al-‘Ilmu;
- Ahaditsul Munkadir ‘alar Rasul;
- Hadits Syaiban;
- Ma’rifatush Shahabah; dan lain-lain.
Karya paling fenomenal tentu saja adalah Mu’jam Al-Kabir (memuat 60.000 hadis), Mu’jam Al-Ausath (memuat 30.000 hadis), dan Mu’jam As-Shaghir (memuat lebih dari 1000 hadis).
Kitab-kitab Al-Mu’jam
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya secara ringkas, kitab Al-Mu’jam adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis berdasarkan nama sahabat secara abjadiyah. Secara istilah kata Mu‘jam mempunyai arti materi sebuah kitab yang disusun berdasarkan huruf hija’iyah. Sedangkan dalam konteks ilmu hadis, menurut Mahmud At-Thahan, Mu’jam adalah kitab yang didalamnya disusun hadis-hadis berdasarkan musnad sahabat, para guru, daerah atau yang lainnya. Pada umumnya susunan nama-nama tersebut berdasarkan huruf mu‘jam (abjad).[6] Dalam beberapa kasus, kitab Mu’jam menyajikan biografi para sahabat sebelum merinci riwayat hadis mereka. Penamaan Kitab al-Mu’jam dalam khazanah Ilmu Hadits diperkenalkan dan populer sebagai nama karya Kitab Imam At-Thabrani yang dibuat 3 kategori, Mu’jam Kabir, Mu’jam al-Awsath dan Mu’jam Saghir.
Selain tiga kitab Mu’jam At-Thabrani, dikenal pula kitab-kitab Mu’jam lainnya: Mu’jam Abi Ya’la (210-307 H), Mu’jam As-Shahabah Al-Baghawi (214-317 H), Mu’jam Ibnul ‘Arabi (w. 340 H), Mu’jam Abi Bakr Al-Ismaili (277-371 H), dan Mu’jam Ibnu Jumay (305-402 H)
Tiga Kitab Al-Mu’jam At-Thabrani
Penulis awali pengenalan singkat tentang tiga kitab Al-Mu’jam karya At-Thabrani melalui tabel berikut:
Al-Mu’jam Al-Kabir
Pertama kali diterbitkan oleh Kementrian Wakaf Irak pada tahun 1398 H. yang ditahqiq oleh Hamdi ‘Abd al-Majid al-Salafi Kemudian diterbitkan untuk yang kedua kalinya oleh penerbit al-Zahra’ al-Hadithah.
Kitab ini memuat 60.000 hadis dan banyak menjelaskan hal ihwal para sahabat nabi diawali nama-nama sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi Muhammad saw. At-Thabrani juga mencantumkan pendapat-pendapatnya berkenaan para sahabat, juga penjelasan kata-kata asing. Ada sekitar 1600 hadis sahabat yang ditakhrij.
Syekh Abdul Aziz bin Luhaidan dalam bukunya At-Thuruq Al-Ilmiyyah fi Takhrij Al-Ahadits Al-Nabawiyah menyebutkan metode At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir sebagai berikut:
- Menampilkan riwayat-riwayat dari para sahabat baik yang muktsir (banyak riwayatnya), yang mutawassit (sedang jumlah riwayatnya), maupun yang al-muqillun (sedikit periwayatan hadisnya). Adapun riwayat-riwayat dari Abu Hurairah yang begitu banyak tidak ditampilkan, karena At-Thabrani telah menampilkannya secara tersendiri dalam sebuah musnad.
- Sahabat-sahabat yang tidak mempunyai riwayat disebutkan namanya dan diperkenalkan oleh At-Thabrani dengan menyebutkan keutamaan-keutamaan mereka berdasarkan riwayat-riwayat yang berasal dari sahabat-sahabat lain.
- Nama-nama para sahabat disusun berdasarkan huruf hijaiyyah. Nama-nama sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga oleh Nabi didahulukan, ditampilkan terlebih dahulu riwayat-riwayat yang menjelaskan identitas mereka, selanjutnya disusul dengan menyebutkan sahabat-sahabat yang lain berdasarkan huruf abjad.
- Adapun untuk kalangan sahabat wanita, At-Thabrani mengawalinya dengan musnad-musnad putri-putri Nabi Saw. Dimulai dari Fatimah, Zainab, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Berikutnya Umamah binti Abi al-‘Ash yang merupakan putri Zaynab. Lalu disebutkan istri-istri Nabi Saw. yang diawali dari Khadijah, ‘A’isyah kemudian istri-istri Nabi yang lainnya. Setelah itu barulah disebutkan nama-nama sahabat wanita berdasarkan huruf hijaiyyah.
Al-Mu’jam Al-Awsath
Diterbitkan pertama kali oleh Maktabah al-‘Arif Riyad yang ditahqiq oleh Mahmud al-Tahhan pada tahun 1405-1415 H. Kemudian diterbitkan lagi oleh penerbit Dar al-Haramayn di Kairo yang ditahqiq oleh Tariq ‘Iwad dan ‘Abd al-Muhsin Ibrahim al-Husayni pada tahun 1415 H.
Disusun berdasarkan nama-nama guru At-Thabrani yang terdiri dari 2.000 orang dimulai dengan gurunya yang bernama Ahmad, lalu Ibrahim, Isma‘il, Ishaq, Idris, Ayyub, Anas, Aban dan seterusnya tanpa memperhitungkan huruf keduanya. At-Thabrani mendahulukan nama Ahmad lalu nama-nama nabi yang lain, tidak lain karena bertujuan untuk mencari berkah (tabarruk). Disini At-Thabrani memperbanyak hadis-hadis gharib yang berasal dari guru-gurunya.
Tersusun dari 28 bab yang namanya mewakili satu huruf hijaiyyah, dan di dalam bab terdapat nama-nama perawi. Contoh:
باب الجيم | باب الثاء | باب التاء | باب الباء | باب الألف |
باب الجيم من اسمه جعفر من اسمه جبير من اسمه جبرون | من اسمه ثابت | من اسمه تميم | من اسمه بشر من اسمه بكر من اسمه بشران من اسمه بجير من اسمه بابويه من اسمه بهلول من اسمه البختري من اسمه بدر من اسمه بلبل | من اسمه أحمد باب من اسمه إبراهيم من اسمه إسماعيل من اسمه إسحاق من اسمه إدريس من اسمه أيوب من اسمه أنس من اسمه أبان من اسمه: أسلم من اسمه الأحوص من اسمه أزهر من اسمه الأسود من اسمه أسامة |
Kelebihan kitab Al-Mu’jam Al-Awsath ini terletak dari sistematikanya yang memudahkan pembaca dalam melakukan pencarian hadis. Selain itu di dalamnya banyak terdapat hadis-hadis shahih. Walaupun tak selengkap Al-Mu’jam Al-Kabir, kitab ini dapat dijadikan rujukan dalam mentakhrij hadis.[7]
Al-Mu’jam As-Shaghir
Diterbitkan pertama kali di Delhi India pada tahun 1311 H. Kemudian diterbitkan oleh Maktabah al-Salafiyah di Madinah yang di tashih oleh ‘Abd al-Rahman Muhammad ‘Utsman pada tahun 1388 H. Juga diterbitkan oleh Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi di Beirut dengan ditahqiq oleh Muhammad Salim Samarah pada tahun 1411 H.
Kitab ini memuat sekitar 1500 hadis, disusun berdasarkan nama-nama guru At-Thabrani, namun hanya membatasi satu hadis dari setiap gurunya. Nama-nama gurunya dalam kitab ini juga disusun berdasarkan huruf hijaiyyah yang dimulai dengan gurunya yang bernama Ahmad, lalu Ibrahim, Isma‘il, Ishaq, Ayyub dan seterusnya tanpa memperhitungkan huruf keduanya.
Merujuk cetakan kitab oleh penerbit Darul Fikr Beirut tahun 1981 M atau 1401 H, Al-Mu’jam Al-Ausath terdiri dari dua juz. Juz pertama 279 halaman, sedangkan juz kedua 222 halaman termasuk beberapa risalah tambahannya. Juz pertama memuat 745 jalur periwayatan. Juz kedua memuat 410 jalur periwayatan.
Kelebihan dari kitab Al-Mu’jam As-Shagir ini adalah setiap sanad diberi komentar tentang hubungan antara guru dengan muridnya atau antara rawi yang satu dengan rawi berikutnya.
Kualitas Hadis Kitab Al-Mu’jam At-Thabrani
Sebagaimana kitab-kitab Al-Mu’jam lainnya, kodifikasi hadis Al-Mu’jam At-Thabrani disusun berdasarkan pada musnad para sahabat dan nama para guru, tanpa terikat syarat tertentu dalam menampilkan hadis-hadisnya. Maka, di dalamnya terdapat beragam kualitas hadis, baik yang shahih, hasan, dhaif, juga yang maudhu (palsu).
Dengan Al-Mu’jam-nya ini nampaknya At-Thabrani bermaksud mengkoleksi riwayat yang didapatkannya dengan susah payah selama rihlah ilmiyahnya. Ad-Dzahabi mengutip kata-kata At-Thabrani, “Kitab ini adalah ruhku.”[8]
Manfaat Kitab Al-Mu’jam At-Thabrani
Syekh Abdul Aziz bin Luhaidan menyebutkan manfaat dan peranan kitab Al-Mu’jam At-Thabrani ini, khususnya Al-Mu’jam Al-Kabir. Menurutnya, karya At-Thabrani ini menjadi rujukan induk hadis-hadis nabi dan merupakan ensiklopedi besar yang memuat hadis-hadis musnad. Di dalamnya banyak terdapat hadis yang tidak terdapat dalam Al-Kutub As-Sittah. Selain itu karya At-Thabrani ini menjadi referensi utama untuk mengetahui biografi para sahabat nabi.[9]
Kesimpulan
Ketiga kitab Al-Mu’jam karya At-Thabrani merupakan kitab ensiklopedi yang paling berpengaruh di dunia Islam yang memuat puluhan ribu hadis musnad sekaligus menjadi referensi utama berkenaan dengan hal ihwal para sahabat, serta memuat hadis-hadis yang tidak dicantumkan di kutubus sittah.
Dengan demikian kitab-kitab ini menjadi khazanah penting dalam kajian hadis khususnya, serta kajian Islam secara umum.
Referensi
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Cet IV, Amzah, Jakarta: 2010
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Bulan Bintang, Jakarta: 1988
Hanif Luthfi, Model Penulisan Kitab Hadis, Rumah Fiqih Publishing, Jakarta: 2020
Maulana, Membahas Mu’jam Al-Ausat, Makalah, 2016.
Muhammad Farid Wadji, Mengakrabi Imam At-Thabrani dan Kitab Mu’jamnya.
Muhammad Khudori, Tipologi Kitab Al-Ma’ajim dalam Kodifikasi Hadis, Riwayah: Jurnal Studi Hadis, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016
Catatan Kaki:
[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Cet IV, Amzah, Jakarta: 2010, hal. 55-56.
[2] Hanif Luthfi, Model Penulisan Kitab Hadis, Rumah Fiqih Publishing, Jakarta: 2020, hal.11-18.
[3] Muhammad Farid Wadji, Mengakrabi Imam At-Thabrani dan Kitab Mu’jamnya.
[4] Putra, S., Tuerah, P. R., Mesra, R., Sukwika, T., & Sarman, F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Panduan Praktis Analisis data Kualitatif). Mifandi Mandiri Digital.
[5] Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Bulan Bintang, Jakarta: 1988 hal. 332.
[6] Muhammad Khudori, Tipologi Kitab Al-Ma’ajim dalam Kodifikasi Hadis, Riwayah: Jurnal Studi Hadis, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016, hal. 290.
[7] Maulana, Membahas Mu’jam Al-Ausat, Makalah, 2016.
[8] Muhammad Kudhori, Tipologi Kitab Al-Ma’ajim dalam Kodifikasi Hadis, Riwayah: Jurnal Studi Hadis, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016, hal. 300.
[9] Muhammad Kudhori, Tipologi Kitab Al-Ma’ajim dalam Kodifikasi Hadis, Riwayah: Jurnal Studi Hadis, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016, hal. 300.