Adam ‘alaihis salam. Seluruh umat manusia di muka bumi ini mengenalnya sebagai nama untuk manusia pertama. Beliau ‘alaihis salam adalah Bapak umat manusia.
Ada beberapa pendapat ulama tentang alasan penamaan Adam. Ad-Dhahhak berpendapat bahwa kata Adam (آدَم) berasal dari kata al-udmah (الأدْمَة) yang berarti السُّمْرَةُ (coklat), dan Adam ‘alaihis salam menurutnya berkulit coklat. Namun An-Nadhr berpendapat bahwa al-udmah (الأدْمَة) berarti putih (البَيَاضُ) dan Adam ‘alaihis salam menurutnya berkulit putih. Orang Arab berkata: نَاقَةٌ أَدْمَاء (unta adma) jika warnanya putih. Bentuk plural (jamak) nya adalah udm (أُدْمٌ) dan awaadim (أَوَادِمُ) seperti humr (حُمْرٌ) dan hawaamir (حَوَامِرُ).
Pendapat lain mengatakan bahwa al-udmah berarti materi (zat). Udmatul ardhi (أُدْمَةُ الأَرْضِ) artinya zat yang berasal dari bumi yaitu tanah, dan Adam ‘alaihis salam memang diciptakan dari tanah, sedangkan bentuk jamaknya adalah آدَمُوْنَ (adamuun). Pendapat terakhir ini adalah pendapat yang lebih kuat, Said bin Jubair berkata: “Dinamakan Adam karena ia diciptakan dari materi tanah.”
Nama lain Adam adalah Insan dan kuniyah-nya[1] adalah Abul Basyar. Kata Adam terulang dalam Al-Quran sebanyak 25 (dua puluh lima) kali, sembilan diantaranya dalam bentuk mudhaf ilaih (disandarkan) dengan kata bani dan dzurriyyah, seperti dalam firman Allah Ta’ala,
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A’raf, 7: 31).[2]
Sedangkan kata al-insan yang bermakna Adam ‘alaihis salam terulang sebanyak 3 (tiga) kali, salah satunya adalah firman Allah Ta’ala,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (QS. Ar-Rahman, 55: 14).[3]
Kata turaab (tanah) yang menjadi asal penciptaan Adam as disebutkan 4 (empat) kali, diantaranya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah…” (QS. Al-Hajj, 22:5).[4]
Kata thiin (tanah) disebutkan 6 (enam) kali, diantaranya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu).” (QS. Al-An’am, 6: 2).[5]
Kata khalifah yang terkait dengan Adam ‘alaihis salam disebutkan sekali saja yaitu di surat Al-Baqarah, 2: 30,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’”
Sedangkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah Adam ‘alaihis salam dan anak cucunya cukup banyak di dalam Al-Quran.
Materi Penciptaan Adam ‘alaihis salam
Materi penciptaan Adam ‘alaihis salam adalah tanah. Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Allah Ta’ala mengutus satu malaikat untuk mengambil tanah dari bumi dengan mencampurkan tanah dari berbagai tempat di bumi. Dicampurkan antara tanah merah, putih dan hitam, oleh karenanya anak keturunan Adam ‘alaihis salam pun berbeda warna kulitnya.
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).” (QS. Fathir, 35: 11)
Kemudian tanah itu dibasahi dengan air sehingga bercampur satu dengan lainnya (thiin laazib), Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِنْ طِينٍ لَازِبٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (QS. As-Shafat, 37: 11).
Kemudian tanah itu dibiarkan hingga kering dan berbau.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15: 26).
Lalu Allah Ta’ala menyempurnakan dan membentuknya dengan kedua tangan-Nya, meniupkan ruh dari sisi-Nya serta menjadikan baginya pendengaran, penglihatan dan akal pikiran sehingga ia menjadi makhluk yang berbeda. Maha Suci Allah Rabbul alamin.
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ (٧) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (٨) ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (٩)
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32: 7-9).
Salah satu hadits yang menyebutkan tentang penciptaan Adam ‘alaihis salam adalah hadits berikut ini.
عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُوْلُ: ((إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الأَرْضِ، فَجَاءَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ، وَالأَبْيَضُ، وَالأَسْوَدُ، وَبَيْنَ ذلِكَ، وَالسَّهْلُ، وَالْحَزَنُ، وَالْخَبِيْثُ، وَالطَّيِّبُ)). رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسَنٌ صحيحٌ.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra berkata: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah azza wa jalla telah menciptakan Adam dari genggaman setiap jenis tanah di bumi sehingga keturunan Adam berbeda-beda sesuai perbedaan tanah tersebut. Diantara mereka ada yang merah, putih, atau diantaranya. Ada yang mudah (bahagia), ada pula yang sulit (sedih), ada yang buruk dan ada pula yang baik.’” (HR. Tirmidzi dan beliau berkata: hadits hasan shahih).
Hal ini penting kita ketahui sebagai bingkai pemahaman kita terhadap teori penciptaan dan perkembangan manusia sehingga kita tidak tersesat dengan asumsi-asumsi yang tak berdasar sedikitpun.
Renungkanlah ayat berikut ini.
مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا
“Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.” (QS. Al-Kahfi, 18: 51)
Karakteristik Adam ‘alaihis salam
Pertama, at-tafkir dan at-ta’allum (التَّفْكِيْرُ وَالتَّعَلُّمُ)
At-tafkir (berpikir) dan at-ta’allum (belajar) adalah karakteristik Adam ‘alaihis salam yang amat penting. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.’ Allah berfirman: ‘Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.’ Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?’” (QS. Al-Baqarah, 2: 31-33).
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَنَفَرٌ مِنَ التَّابِعِيْنَ: عَلَّمَهُ أَسْمَاءَ جَمِيْعِ الأَشْيَاءِ كُلِّهَا: جَلِيْلِهَا، وَحَقِيْرِهَا
Ibnu Abbas ra dan beberapa orang tabi’in berkata: “Allah Ta’ala mengajarkan kepada Adam nama-nama semua hal, yang besar maupun yang kecil.”[6]
Mengenai karakter ta’allum Adam disebutkan pula dalam hadits berikut.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: ((وَيَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَيَقُوْلُونَ: لَوِ اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا، فَيَأْتُوْنَ آدَمَ، فَيَقُوْلُوْنَ: أَنْتَ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ، وَأَسْجَدَ لَكَ مَلاَئِكَتَهُ، وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلَّ شَيْءٍ…)) (رواه البخاري).
Dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “… dan manusia berkumpul pada hari kiamat lalu mereka berkata: ‘Alangkah baiknya jika kita meminta syafaat kepada seseorang agar menghadap Tuhan kita’. Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata: ‘Engkau adalah bapak semua manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, memerintahkan malaikat sujud kepadamu dan telah mengajarkanmu nama-nama segala sesuatu…” (HR. Bukhari).
Para ulama berkata bahwa Adam ‘alaihis salam adalah manusia yang pertama kali berbicara dengan semua bahasa. Mereka berdalil dengan ayat 31 surat Al-Baqarah di atas.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah, 2:31).
Mereka berpendapat bahwa semua bahasa termasuk dalam pengertian asma (nama-nama) pada ayat tersebut. Mereka juga berdalil dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا حَتَّى القَصْعَةِ، وَالقُصَيْعَةِ
“Allah mengajarkan Adam tentang segala sesuatu, sampai tentang qash’ah (tempat makanan untuk sepuluh orang) dan qushai’ah (kurang dari sepuluh).”[7]
Disamping itu Allah Ta’ala telah memberikan kepada Adam ‘alaihis salam kemampuan mengenali karakteristik segala sesuatu dan sarana memanfaatkannya. Az-Zamakhsyari berkata: “Allah Ta’ala telah mengajarkan Adam keadaan segala sesuatu dan semua manfaat yang terkait dengannya baik manfaat duniawi maupun dini (agama).”[8]
Kedua, an-nisyan dan Ad-dha’f (النِّسْيَانُ وَالضَّعْفُ)
Lupa (nisyan) dan lemah (dha’f) adalah salah satu karakteristik Adam ‘alaihis salam. Dalilnya adalah pelanggaran yang dilakukan Adam ‘alaihis salam dengan memakan dari pohon yang terlarang.
“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS. Thaha, 20: 115).
Ketiga, at-takrim lahu fi dzatihi (التَّكْرِيْمُ لَهُ فِي ذَاتِهِ)
Pemuliaan Allah Ta’ala terhadap diri Adam ‘alaihis salam terbukti dengan diperintahkan-Nya malaikat untuk sujud kepada Adam ‘alaihis salam,
“Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka..” (QS. Al-baqarah, 2: 34)
Juga dengan ditempatkan-Nya Adam ‘alaihis salam di surga-Nya:
“Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-baqarah, 2: 35).
Juga dengan dipilih-Nya Adam ‘alaihis salam sebagai nabi dan rasul-Nya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam…” (QS. Ali Imran, 3: 33).
Disebutkan dalam hadits syafaat:
اِنْطَلِقُوا إِلَى آدَمَ فَإِنَّ اللهَ خَلَقَهُ بِيَدِهِ وَكَلَّمَهُ
“Pergilah kepada Adam karena Allah telah menciptakannya dengan tangan-Nya dan berbicara (memberi wahyu) kepadanya.” (HR. Ad-Darimi).
Ibnu ‘Athiyyah berkata: “Adam ‘alaihis salam adalah nenek moyang kita, Allah Ta’ala telah memilihnya dengan menciptakannya dan mengutusnya sebagai rasul dan berbicara kepadanya seperti disebutkan dalam hadits.”[9]
Allah Ta’ala juga telah memuliakannya dengan menundukkan untuknya dan anak cucunya semua yang berada di langit dan bumi:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-jatsiyah, 45: 13).
Allah Ta’ala juga telah memuliakan semua keturunan Adam dengan kewajiban berpegang teguh kepada manhaj-Nya, firman Allah Ta’ala,
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra, 17: 70).
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. At-Tin, 95: 4-6).
Dan Allah Ta’ala telah memuliakan Adam dengan kenabian dan kerasulan bagi sebagian anak cucunya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam…” (QS. Maryam, 19: 58)
Keempat, al-i’tinas (الاِئْتِنَاسُ)
I’tinas berarti kecenderungan untuk berkumpul dan berjiwa sosial. Allah Ta’ala telah menciptakan Adam ‘alaihis salam dan keturunannya memiliki fitrah untuk senang berdekatan dan berhubungan dengan sesama manusia. Boleh jadi kata “insan” (إِنْسَانٌ) – yang berarti seorang manusia – berhubungan dengan kata i’tinas yang keduanya berasal dari kata “anisa” (أَنِسَ) yang maknanya adalah senang mendekat. Meskipun pendapat yang lebih masyhur mengatakan bahwa kata insan berasal dari kata “nasiya” (نَسِيَ) yang maknanya lupa, namun tidak mengapa bila kita mengatakan bahwa kata insan berhubungan dengan kedua-duanya.
Dalam bahasa Arab, masyarakat mengetahui bahwa al-makan al-anis (الْمَكَانُ الأَنِيْسُ) artinya adalah tempat yang suka ditinggali oleh manusia; al-hayawan al-anis (الْحَيَوَانُ الأَنِيْسُ) adalah hewan jinak yang disukai manusia untuk tinggal bersamanya. Sebaliknya, tempat yang tidak suka dijadikan tempat tinggal oleh manusia disebut al-makan al-muhisy (الْمَكَانُ الْمُوْحِشُ) seperti hutan belantara dan penghuninya disebut al-wuhusy (الوُحُوْشُ) atau binatang liar.[10]
Kelima, al-ibtila (الاِبْتِلاَءُ)
Allah Ta’ala memberikan ibtila (ujian) kepada manusia, di mana unsur bumi (tanah) dan unsur langit (ruh) menjadi satu bercampur pada diri manusia (ada tarikan kebaikan maupun kejahatan dalam jiwa manusia).
Ada syaithan yang terus menerus menunggu di setiap jalan kebenaran yang ingin ditempuhnya sehingga Adam ‘alaihis salam dan Hawa pernah tergoda olehnya meskipun peringatan ilahi telah diberikan kepada mereka berdua sehingga mereka keluar dari surga dan hidup di bumi ini sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala. Dan anak cucu Adam ‘alaihis salam akan tetap dalam ujian dan terancam oleh godaan syaithan namun tidak ada yang dapat dikuasai oleh syaithan bila mereka ikhlas dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Bersambung:
- Risalah Adam ‘alaihis salam
- Apakah Adam ‘alaihis salam Seorang Nabi dan Rasul?
- Apakah Adam ‘alaihis salam Manusia Pertama?
- Penghormatan dan Pemuliaan Adam ‘alaihis salam
- Pelajaran dari Kisah Adam ‘alaihis salam
Catatan Kaki:
[1] Kuniyah adalah sebutan untuk seseorang yang dimulai dengan kata Abu, Ummu, atau Ibnu, misalnya Abu Bakar, Ummu Aiman, Ibnu Abbas. (penerjemah).
[2] Untuk kata Adam yang disandarkan dengan kata dzurriyyah dapat dilihat dalam surat Maryam , 19: 58. (penerjemah).
[3] Dua ayat yang lain adalah Al-Hijr, 15: 26 dan As-Sajdah, 32: 7.
[4] Ayat-ayat lainnya adalah Ar-Rum (30): 20, Fathir (35): 11, Ghafir (40): 67.
[5] Ayat-ayat lainnya adalah Al-A’raf (7): 12, As-Shafat (37): 11, Shad (38): 71 & 76, dan Al-Isra (17): 61.
[6] Lihat Tafsir Al-Qurthubi : I/282, di dalamnya tersebut tabi’in yang dimaksud yaitu Ikrimah, Qatadah, Mujahid dan Ibnu Jubair rahimahumullah. (penerjemah).
[7] Tafsir Al-Qurthubi: I/284.
[8] Al-Kasyaf – Lihat: Adam as, Al-Bahi Al-Khuli.
[9] Al-Muharrar Al-Wajiz.
[10] Al-Insan fil Quran, Ustadz Abbas Mahmud Al-‘Aqqad.