Ada dua pendapat berkenaan dengan ayat yang pertama kali turun, berikut dalil-dalil yang dikemukakan dua pendapat tersebut:
Pendapat Pertama
Yang paling sahih ayat yang pertama kali turun ialah firman Allah Ta’ala,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ . اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq, 96 : 1-5 ).
Pendapat ini didasarkan pada suatu hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang mengatakan,
أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مِنَ الْوَحْىِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِى النَّوْمِ ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلاَءُ ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ – وَهُوَ التَّعَبُّدُ – اللَّيَالِىَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ ، فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا ، حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِى غَارِ حِرَاءٍ ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ . قَالَ « مَا أَنَا بِقَارِئٍ » . قَالَ « فَأَخَذَنِى فَغَطَّنِى حَتَّى بَلَغَ مِنِّى الْجَهْدَ ، ثُمَّ أَرْسَلَنِى فَقَالَ اقْرَأْ . قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ . فَأَخَذَنِى فَغَطَّنِى الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّى الْجَهْدَ ، ثُمَّ أَرْسَلَنِى فَقَالَ اقْرَأْ . فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ . فَأَخَذَنِى فَغَطَّنِى الثَّالِثَةَ ، ثُمَّ أَرْسَلَنِى فَقَالَ ( اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ * خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ ) »
“Pertama turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melalui mimpi yang benar waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadah beberapa malam, tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira. Malaikat datang kepadanya, lalu berkata, ‘Bacalah’ Nabi menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca’. Nabi menceritakan, ‘Maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan disuruh membaca. Malaikat berkata ‘Bacalah’. Aku menjawab ‘Aku tidak bisa membaca.’ Maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan disuruh membaca. ‘Bacalah’. kujawab ‘Aku tidak bisa membaca.’ Maka aku ditarik dan dipeluknya untuk kali ketiga kalinya. Kemudian aku dilepaskan seraya ia berkata, ‘Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Demi Tuhanmu yang Maha Mulia.’”
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَرْجُفُ فُؤَادُهُ ، فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رضى الله عنها فَقَالَ « زَمِّلُونِى زَمِّلُونِى » . فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ ، فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ « لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِى » . فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلاَّ وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا ، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ ، وَتَحْمِلُ الْكَلَّ ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ ، وَتَقْرِى الضَّيْفَ ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ .
“Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata, ‘Selimuti aku, selimuti aku!’ Khadijah menyelimutinya hingga hilang rasa takutnya. Kata Nabi kepada Khadijah binti Khuwailid (setelah mennceritakan semua kejadian yang dialami Nabi), ‘Sesungguhnya aku cemas atas diriku.’ Khadijah menjawab, ‘Jangan takut, demi Allah, Tuhan tidak akan membinasakan engkau. Engkau selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.’
فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ – وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِى الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِىَّ ، فَيَكْتُبُ مِنَ الإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ ، وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِىَ – فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ . فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِى مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – خَبَرَ مَا رَأَى . فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِى نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى – صلى الله عليه وسلم – يَا لَيْتَنِى فِيهَا جَذَعًا ، لَيْتَنِى أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَوَمُخْرِجِىَّ هُمْ » . قَالَ نَعَمْ ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُودِىَ ، وَإِنْ يُدْرِكْنِى يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا . ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّىَ وَفَتَرَ الْوَحْىُ
“Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin naufal bin Asad bin Abdul Uzza, yaitu anak paman Khadijah, yang telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyah. Ia pandai menulis buku dalam bahasa ibrani. Maka disalinnya Kitab Injil dari bahasa Ibrani seberapa yang dikehendaki Allah dapat disalin. Usianya kini telah lanjut dan matanya telah buta.”
“Khadijah berkata kepada Waraqah, ‘Wahai anak pamanku. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini.’ Waraqah bertanya kepada Nabi, ‘Wahai anak saudaraku. Apa yang terjadi atas dirimu?’ Nabi menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Waraqah berkata, ‘Inilah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai, semoga saya masih hidup ketika kamu diusir oleh kaummu.’ Nabi bertanya, ‘Apakah mereka akan mengusir aku?’ Waraqah menjawab, ‘Ya, betul. Belum ada seorang pun yang diberi wahyu seperti engkau yang tidak dimusuhi orang. Jika aku masih mendapati hari itu niscaya aku akan menolongmu sekuat-kuatnya.’ Tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara.” (H.R. Bukhari).
Pendapat Kedua
Ayat yang pertama kali turun adalah firman Allah,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
“Wahai orang yang berselimut.”
Pendapat ini didasarkan pada hadis berikut ini,
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا حَرْبٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَلَمَةَ أَيُّ الْقُرْآنِ أُنْزِلَ أَوَّلُ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ } فَقُلْتُ أُنْبِئْتُ أَنَّهُ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ } فَقَالَ أَبُو سَلَمَةَ سَأَلْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَيُّ الْقُرْآنِ أُنْزِلَ أَوَّلُ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ } فَقُلْتُ أُنْبِئْتُ أَنَّهُ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ } فَقَالَ لَا أُخْبِرُكَ إِلَّا بِمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاوَرْتُ فِي حِرَاءٍ فَلَمَّا قَضَيْتُ جِوَارِي هَبَطْتُ فَاسْتَبْطَنْتُ الْوَادِيَ فَنُودِيتُ فَنَظَرْتُ أَمَامِي وَخَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي فَإِذَا هُوَ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَأَتَيْتُ خَدِيجَةَ فَقُلْتُ دَثِّرُونِي وَصُبُّوا عَلَيَّ مَاءً بَارِدًا وَأُنْزِلَ عَلَيَّ { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ }
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur; telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad; telah menceritakan kepada kami Harb; telah menceritakan kepada kami Yahya ia berkata: ‘Aku pernah bertanya kepada Abu Salamah, ‘Bagian manakah dari Al Qur`an yang pertama kali turun?’ Ia pun menjawab, ‘YAA AYYUHAL MUDDATSTSIR.’ Aku berkata, ‘Aku pernah dikabarkan bahwa bagian Al Qur`an yang pertama kali turun adalah: ‘IQRA` BISMI RABIKALLADZII KHALAQ (Sebutlah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan).’ Maka Abu Salamah pun berkata: ‘Aku pernah bertanya kepada Jabir bin Abdullah, ‘Bagian Al Qur`an yang manakah yang pertama kali turun?’ Maka ia menjawab, ‘YA `AYYUHAL MUDDATSTSIR.’ Kukatakan, ‘Pernah diberitakan kepadaku, bahwa yang pertama kali turun adalah, ‘IQRA` BISMI RABIKALLADZII KHALAQ.’ Maka ia menjelaskan kembali, ‘Aku tidak akan mengabarkan kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku berdiam diri di gua Hira`. Setelah selesai, aku pun beranjak keluar dan menelusuri lembah, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku, maka aku pun menoleh ke depan, ke arah belakang, ke samping kanan dan juga ke kiri. Ternyata, yang memanggilku duduk di atas kursi yang terbentang antara langit dan bumi. Setelah itu, aku segera mendatangi Khadijah dan berkata, ‘Selimutilah aku. Dan tuangkanlah air dingin pada tubuhku.’ Pada saat itulah, diturunkanlah ayat ini padaku, ‘YAA `AYYUHAL MUDDATSTSIR, QUM FA`ANDZIR, WA RABBAKA FAKABBIR (Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan berilah peringatakan. Dan Tuhan-mu, agungkanlah).’” (HR. Bukhari)
Catatan: selain dua pendapat di atas ada juga pendapat yang menyatakan bahwa yang pertama kali turun adalah surat Al-Fatihah dan lafal basmallah, tapi dalil kedua pendapat ini lemah dan kurang berdasar.
Perbandingan dua Pendapat
Para ulama Ulumul Quran dengan kesungguhan mencoba mempertemukan dua pendapat di atas sebagai berikut,
- Maksud Jabir dalam hadits di atas adalah surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surah al Mudassirlah yang turun secara penuh sebelum surah Iqra’ selesai diturunkan. Karena yang turun pertama sekali dari surah Iqra’ itu hanya permulaan saja.
- Atau maksud Jabir bahwa surat Mudassir itu adalah surah pertama yang diturunkan setelah masa terhentinya wahyu.
- Ada yang mengatakan maksud Jabir: Surat al-muddatsir adalah yang pertama turun berkaitan dengan kerasulan (risalah) atau perintah berdakwah. Sedangkan ayat pertama surat Al-Alaq adalah ayat yang pertama turun berkaitan dengan kenabian (nubuwwah), atau pelantikan menjadi nabi.
- Ada yang mengatakan juga bahwa maksud Jabir: surat Al-Mudatsir adalah yang pertama kali turun yang disebabkan dengan peristiwa khusus (asbabun nuzul).
- Ada juga yang menyatakan: Jabir telah mengeluarkan yang demikian ini dengan ijtihadnya. Akan tetapi riwayat Aisyah lebih mendahuluinya. Jadi jika ada riwayat-riwayat lain yang shahih mendukung riwayat Aisyah, maka sebagai hasil ijtihad pendapat Jabir bisa ditinggalkan.
Ayat yang Terakhir Kali Diturunkan
Pendapat ulama berkenaan dengan ayat yang terakhir kali diturunkan begitu banyak, diantaranya adalah:
- Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengenai riba.
Hal ini didasarkan pada hadis yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas, yang mengatkan: ` Ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengenai riba`.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ آخِرُ آيَةٍ نَزَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آيَةُ الرِّبَا
Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma dia berkata: “Ayat terakhir yang di turunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ayat tentang riba.” (HR. Bukhari)
Yang dimaksdukan ialah firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba.” (QS. Al-Baqarah, 2: 278)
- Dan dikatakan pula bahwa ayat Al-Qur`an yang terakhir turun adalah firman Allah Ta’ala,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ
“Dan peliharalah dirimu dari hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2: 281)
Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan lain-lain, dari Ibnu Abbas dan Said bin Jubair: “Ayat Qur`an terakhir turun ialah: ‘Dan peliharalah dirimu dari hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.’” (QS. Al-Baqarah, 2: 281 ).
- Juga dikatakan bahwa ayat yang terakhir turun ialah mengenai utang.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Said bin al-Musayyab: “Telah sampai kepadanya bahwa ayat Qur’an yang paling muda di arsy ialah ayat mengenai utang.” Yang dimaksudkan ialah ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah, 2: 282).
Catatan: Ketiga riwayat di atas dapat dipadukan, yaitu bahwa ketiga ayat tersebut diturunkan sekaligus seperti tertib urutannya di dalam mushaf karena ayat-ayat itu masih satu kisah. Dengan demikian maka ketiga riwayat tersebut tidak saling bertentangan.
- Dikatakan pula bahwa ayat yang terakhir kali diturunkan ialah ayat mengenai kalalah. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Bukhari berikut ini,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ آخِرُ سُورَةٍ نَزَلَتْ بَرَاءَةَ وَآخِرُ آيَةٍ نَزَلَتْ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ }
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb; telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu Ishaq; Aku mendengar Al Bara’ radliallahu ‘anhu berkata: ‘Surat yang terakhir kali turun adalah surat Bara’ah sedangkan ayat yang terakhir kali turun adalah ayat: ‘Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: ‘Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah.’ (An Nisa: 176).”
Banyak ragam pendapat lain tentang ayat yang terakhir kali turun, yaitu: surat At-Taubah ayat 128 – 129 sampai akhir surah; surat Al-Maidah; surat Al-Imran ayat 195; surat An-Nisa’ ayat 93; dari Ibnu Abbas dikatakan surat terakhir yang diturunkan ialah surat An-Nashr.
Qadhi Abu Bakar Al-Baqalani dalam kitab Intisar mengomentari hal ini: “Pendapat-pendapat ini sama sekali tidak di sandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Boleh jadi pendapat itu diucapkan orang karena ijtihad atau dugaan saja. Mungkin masing-masing membeitahukan mengenai apa yang terakhir kali didengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafat atau tak seberapa lama sebelum beliau sakit. Sedang yang lain mungkin tidak secara langsung mendengar dari Nabi. Mungkin juga ayat itu yang dibaca terakhir kali oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama-sama dengan ayat yang turun di waktu itu. Sehingga disuruh untuk menuliskan sesudahnya, lalu dikiranya ayat itulah yang terakhir diturunkan menurut tertib urutannya.”
Faidah Mengetahui Pembahasan Ini
Pengetahuan mengenai ayat-ayat yang pertama kali dan terakhir kali diturunkan mengandung banyak faidah. Yang terpenting diantaranya ialah:
- Turunnya Al-Qur’an ayat demi ayat ini membuat para sahabat begitu menghayatinya. Mereka mengerti kapan, di mana dan tentang apa ayat itu diturunkan. Dengannya, mereka bisa menerima Al-Qur’an sepenuh hati, menjadikannya dasar dalam beragama dan menjalani kehidupan serta sumber kemuliaan dan kehormatan mereka.
- Mengetahui rahasia perundang-undangan Islam menurut sejarah sumbernya yang pokok. Ayat-ayat Al-Qur’an dapat mengatasi persoalan kejiwaan manusia dengan petunjuk ilahi, dan mengantarkannya dengan cara-cara yang bijaksana dan menempatkan mereka ke tingkat kesempurnaan.
- Membedakan ayat yang nasikh dan yang mansukh. Kadang terdapat dua ayat atau lebih dalam satu masalah, tetapi ketentuan hukumnya berbeda antara satu ayat dengan ayat lainnya. Dengan mengetahui mana yang pertama diturunkan dan mana yang kemudian, maka ketentuan hukum dalam ayat yang diturunkan kemudian menasakh (menghapus) ketentuan ayat yang diturunkan sebelumnya.
Wallahu a’lam bish shawwab.