Pada hari Senin kemarin, puluhan wartawan Palestina berunjuk rasa di luar gedung PBB di Ramallah menuntut kebebasan pers menyusul bentrokan dengan pasukan keamanan Palestina yang dipicu oleh kematian seorang aktivis dalam tahanan.
Nizar Banat, 43 tahun dari kota Hebron dikenal dengan videonya di media sosial yang mencurigai adanya dugaan korupsi di Pemerintahan Palestina, meninggal pekan lalu tak lama setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam, kata keluarganya.
Bentrokan berhari-hari antara pengunjuk rasa dan polisi telah menyebabkan beberapa wartawan terluka.
Reporters Without Borders, sebuah organisasi nirlaba dan non-pemerintah internasional yang bertujuan melindungi hak atas kebebasan pers, mengatakan bahwa 12 wartawan Palestina, termasuk lima wanita, telah diserang oleh polisi Palestina selama kerusuhan akhir pekan di Tepi Barat yang diduduki.
Naila Khalil, seorang wartawan The New Arab, mengatakan wartawan Palestina telah mengirimkan surat kepada PBB mendesak badan dunia tersebut untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan segera guna melindungi kebebasan pers.
Mohammed Gharafi dari situs berita Ultra Palestine mengatakan dia telah dilecehkan oleh pasukan keamanan Palestina yang mengancam akan menyita teleponnya jika dia tidak berhenti merekam unjuk rasa tersebut.
Secara terpisah, kelompok hak asasi manusia di Ramallah mengumumkan pada hari Senin pembentukan tim hukum untuk menindaklanjuti serangan terhadap wartawan.
Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal Komisi Independen Hak Asasi Manusia Ammar al-Dwaik mengatakan beberapa organisasi hak asasi manusia telah mengambil kesaksian dari wartawan dan wartawati yang diserang saat meliput unjuk rasa di Ramallah selama beberapa hari terakhir.
“Wartawan dengan sengaja dijadikan sasaran – terutama wartawati di lapangan – melalui penyerangan, pembajakan kamera, atau pencurian perangkat komunikasi,” kata al-Dwaik.
Investigasi atas kematian Banat
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shatayyeh mengatakan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kematian Banat dan pihak yang terkait akan dimintai pertanggungjawaban.
Berdasarkan hasil otopsi, Banat telah dipukuli di kepala, dada, leher, kaki dan tangan, dengan waktu kurang dari satu jam antara penangkapan dan kematiannya.
Banat telah terdaftar sebagai kandidat dalam pemilihan parlemen Palestina, yang telah ditetapkan pada Mei sampai Presiden Palestina Mahmoud Abbas menundanya tanpa batas waktu.
Dalam konferensi pers yang diadakan pada hari Senin, keluarga Banat mengumumkan penolakan mereka terhadap komisi penyelidikan yang dibentuk oleh pemerintah.
“Komisi yang dibentuk oleh pemerintah ini tidak diakui, dan apa yang dibangun di atas penipuan adalah tidak benar,” kata ayah Banat, Khalil. “Nizar dibunuh setelah diseret dari tempat tidurnya, dan semua kekuatan yang melakukan penangkapan dan pembunuhannya di bawah selubung kegelapan harus dibawa ke pengadilan umum.”