Latar Belakang
Setelah pemerintahan Afganistan yang didukung oleh Uni Soviet runtuh pada tahun 1992, kondisi keamanan negara menjadi tidak menentu karena faksi-faksi perlawanan yang semula bekerja sama memerangi Uni Soviet dan rezim dukungannya tidak dapat sepakat membentuk pemerintahan bersama, terutama karena dua faksi terkuat berseteru dengan sangat sengit. Burhanudin Rabbani yang terpilih sebagai presiden tidak dapat diterima oleh Qulbudin Hikmatyar yang kuat secara militer di lapangan. Hal itu menyebabkan kehidupan bangsa Afganistan mengalami ketidakpastian hukum dan chaos yang luar biasa.
Kondisi tersebut berlangsung cukup lama, hingga pada musim semi tahun 1994, terjadi penculikan dan pemerkosaan terhadap dua gadis di lokasi check point milik salah satu faksi yang berseteru. Seorang guru agama (yang di sana digelari dengan istilah “Mulla”) bernama Muhammad Umar, ketika mendengar kasus tersebut, membentuk kelompok bersenjata berjumlah 30 orang untuk menyelamatkan dua gadis tersebut. Mereka berhasil membebaskan dua wanita tersebut dan menghukum gantung pemimpin regu yang melakukan kejahatan tersebut.
Setelah kejadian tersebut Mulla M Umar melarikan diri ke daerah Bluchistan yang terletak di Pakistan, kemudian kembali muncul di Afghanistan pada musim gugur di tahun yang sama. Kali ini kemunculan beliau disertai dengan 1500 pasukan bersenjata lengkap. Tujuan kelompok ini adalah untuk mengamankan rombongan dagang Pakistan untuk dapat melewati daerah Afghanistan untuk dapat menyeberang ke wilayah Turkmenistan. Meskipun ada laporan yang menyatakan bahwa rombongan tersebut sebenarnya adalah tentara Pakistan yang menyamar sebagai pasukan Taliban. Dengan demikian Taliban telah mendapatkan dukungan materi, amunisi dan pelatihan dari Pakistan.
Setelah menguasai wilayah Kandahar, Taliban terus memperluas serangannya hingga menaklukkan kota Herat pada tanggal 5 September 1995. Di musim dingin pada tahun yang sama, Taliban mengepung kota Kabul dan menyerangnya dengan roket. Sehingga presiden Afganistan, Burhanudin Rabbani dan Qulbudin Hikmatyar sepakat untuk mengakhiri persengketaan dan menyatukan barisan untuk menghadapi serangan Taliban. Pada tanggal 26 September 1996, Rabbani dan Hikmatyar meninggalkan Kabul dan akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan Taliban. Lalu mereka membuat pemerintahan dengan nama “Imarah Taliban al-Islamiyyah” (pemerintahan Islam Taliban).
Pakistan mengakui pemerintahan Taliban, sehari kemudian Kerajaan Arab Saudi juga mengakui. Dan kemudian Uni Emirat Arab mengakui. Secara de facto, Taliban menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan, kecuali bagian Utara Afghanistan yang dikuasai oleh Aliansi Utara yang terdiri dari faksi Ahmad Shah Masoud (islamis) dan Abdurrasyid Dustum (komunis). Secara internasional, tidak ada yang mengakui pemerintahan Taliban selain tiga negara tersebut. PBB bahkan tetap mengakui Rabbani sebagai presiden Afghanistan meskipun sudah tidak memiliki kekuasaan lagi.
Taliban kemudian mendapatkan bantuan logistik dan kemanusiaan dari Arab Saudi setelah mampu menguasai negara. Arab Saudi melalui lembaga-lembaga sosialnya mengirim 2 juta dolar per tahun untuk membiayai dua universitas 6 pusat kesehatan dan mengasuh 4 ribu anak yatim.
Tanggal 22 September 2001, di bawah tekanan internasional, Arab Saudi dan UAE mencabut pengakuan mereka terhadap Taliban. Hanya tinggal Pakistan yang tidak mencabut pengakuannya meskipun juga turut membantu AS menyerang Taliban. Pada Oktober 2001 AS dibantu 40 negara lain termasuk NATO, melancarkan serangan terhadap Taliban karena menolak menyerahkan Usamah bin Laden. Kemudian bekerja sama dengan Aliansi Utara, AS berhasil menyingkirkan Taliban dari kekuasaan.
Melawan Amerika dan Sekutunya
Setelah peristiwa 11 September, AS menuduh organisasi al-Qaidah ada di balik serangan tersebut. Presiden AS, George W Bush mengumumkan perang terhadap Afghanistan yang melindungi Usamah bin Laden, pimpinan al-Qaidah.
Invasi ini dimulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2001 dengan secara mengejutkan, pihak Taliban langsung keluar dari ibu kota Afganistan, Kabul sehingga pihak Amerika relatif cepat dan mudah menguasainya.
Setelah terusir dari Kabul, Taliban dan Usama bin Laden bertahan di daerah pegunungan Tora Bora. AS dan sekutunya membombardir pegunungan Tora Bora. Pertempuran berlangsung dari 6-17 Desember 2001. Segala persenjataan dikerahkan tetapi Taliban dan Bin Laden tetap eksis.
Taliban tidak dapat dihabisi tetapi AS berhasil membentuk pemerintahan yang loyal kepadanya di bawah kepemimpinan Hamid Karazai. Dengan terusirnya Taliban dari pemerintahan, Taliban berubah menjadi gerakan perlawanan bersenjata.
Meninggalnya Mulla Umar
Pada hari Rabu, 29 Juli 2015, juru bicara intelejen Afghanistan memberitakan meninggalnya pendiri Taliban, Mulla Muhammad Umar, di Rumah Sakit Karachi pada bulan April 2013.
Keesokan harinya, 30 Juli 2015, Taliban secara resmi menegaskan meninggalnya Mulla Umar dikarenakan sakit, tanpa menyebut tanggal wafatnya. Tampak bahwa selama dua tahun Taliban menyembunyikan kondisi Mulla Umar sebenarnya. Dan itu terjadi ketika Taliban sudah memulai perundingan dengan pemerintah Afghanistan. Kemudian Taliban memilih Mulla Manshur Akhtar sebagai pemimpin selanjutnya.
Perjuangan Diplomasi
Pola perlawanan Taliban mulai agak berubah setelah membuka kantor perwakilan di Doha ibukota Qatar, 18 Juni 2013. Setelah itu dimulai perundingan-perundingan antara Taliban dan pemerintahan Hamid Karazai juga dialog-dialog dengan berbagai pihak di luar negeri. Meskipun sempat terganggu dengan berita wafatnya Mulla Umar, tetapi dengan dorongan dari pemerintah Pakistan, perundingan dilanjutkan.
Di antara hasil perundingan tersebut, AS yang telah berperang 18 tahun dengan Taliban, akhirnya pada sekitar Agustus 2018, memutuskan untuk mengurangi pasukannya di Afghanistan dari 14 ribu pasukan menjadi 9 sekitar ribu dalam beberapa bulan. Secara konsisten, pihak Taliban juga terus mendesak AS untuk membuat jadwal yang jelas untuk proses penarikan mundur pasukannya dari Afghanistan.
Secara prinsip, AS menyetujui tuntutan Taliban tersebut dengan syarat komitmen Taliban untuk tidak menjadikan Afghanistan sebagai basis gerakan terorisme bersenjata seperti al-Qaidah dan ISIS.
Menguasai Kabul
Setelah AS secara bertahap menarik pasukannya dari Afghanistan, tanggung jawab pertahanan diserahkan kepada tentara Afghanistan di bawah pemerintahan Presiden terpilih, Ashraf Ghani. Tetapi meskipun tentara Afghanistan sudah mendapatkan pelatihan dan persenjataan lengkap dari AS, tentara Afghanistan tidak mampu/ tidak mau (?) menahan perlawanan Taliban, bahkan sebagian besar wilayah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan yang berarti. Sampai Taliban masuk ke kota Kabul dan ke dalam istana Presiden tanpa ada perlawanan sama sekali.
Ideologi
Basis Taliban adalah pelajar agama beraliran Sunni, madzhab Hanafi, dan aqidah Maturidiyah. Sebagian besar pendirinya adalah lulusan jaringan sekolah agama Diyuband. Sekolah-sekolah tersebut mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti tafsir, hadits, dan sirah nabawiyah dengan sedikit ilmu umum yang diajarkan secara tradisional.
Tujuan
Semula Taliban hanyalah respon dari kondisi keamanan yang tidak menentu, mereka awalnya tidak memiliki agenda politik tertentu. Pada tanggal 12 November 1994, juru bicara resmi Taliban Mulla Abdul Mannan Niyazi menyatakan bahwa tujuan Taliban hanyalah mengembalikan keamanan, mengumpulkan senjata dari semua pihak yang berseteru, dan membubarkan semua pusat pengumpulan upeti (pungli) dari jalan-jalan umum yang menjadi tempat-tempat perampasan dan pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat umum.
Tetapi setelah berhasil menguasai beberapa wilayah dan mendapatkan penerimaan luas dari berbagai elemen masyarakat, Taliban meningkatkan visinya menjadi pendirian pemerintahan Islami dan penerapan syariah. Hal itu dinyatakan oleh Mulla Muhammad Umar di hadapan para ulama Kandahar pada tanggal 4 Maret 1996.
Struktur Organisasi
Taliban tidak/belum memiliki AD/ART yang jelas, tidak memiliki program kaderisasi yang jelas, tidak juga menerbitkan kartu keanggotaan bagi anggotanya.
Tetapi mereka memiliki hierarki organisasi yang efektif, terdiri dari
(1) Amirul Mu’minin sebagai pimpinan tertinggi yang menjabat seumur hidup selama tidak melakukan pelanggaran ajaran agama dan masih mampu memikul amanat.
(2) Majelis Pemerintahan Sementara, yang dipilih oleh Mulla Umar untuk memerintah di Kabul setelah jatuh dalam kekuasaan Taliban pada tanggal 27 September 1997. Majelis ini berada di bawah pengawasan Mulla Umar dan dipimpin oleh Mulla Muhammad Rabbani, hingga beliau wafat dan dlanjutkan oleh Mulla Muhammad Hasan.
(3) Majelis Syura Pusat, pada awalnya Taliban mengumumkan mejelis ini beranggotakan 70 anggota di bawah pimpinan Mulla Muhammad Hasan Rahmani, gubernur Kandahar, tetapi prakteknya jumlah anggotanya berubah-ubah.
(4) Majelis Syura Tinggi, setiap pimpinan yang dikenal di internal Taliban adalah anggota majelis ini. Tidak ada batasan tetap dalam keanggotaannya.
(5) Dewan Kementerian, terdiri dari orang-orang yang bertugas sebagai menteri. Bersidang rutin setiap pekan. Sebagian besarnya anak muda. Jarang ada yang bertahan lama dalam jabatan ini karena selalu berganti. Mulla Umar terkadang memutuskan untuk menggabungkan berbagai kementerian untuk menghemat anggaran.
(6) Lembaga Pusat Fatwa, menghimpun sejumlah ulama untuk mendapatkan fatwa dalam masalah-masalah syariah. Berkedudukan di Kandahar, lokasi kelahiran Taliban dan tempat tinggal Mulla Umar. Dipimpin oleh Maulawi Nur Muhammad Tsaqib. Di antara anggotanya yang terkenal: Maulawi Abdul Ali ad-Diyubandi, Syir Ali Syah (ulama Pakistan) dan Maulawi Nidhamuddin Syamizi.
(7) Majelis Syura Wilayah, Mulla Muhammad Umar memberikan wewenang yang luas bagi pimpinan wilayah. Terkadang gubernur suatu wilayah membentuk mejelis syura khusus yang mendiskusikan berbagai urusan terkait pemerintahan wilayah tersebut.
(8) Pimpinan Militer. Dalam menghadapi oposisi dari utara, Taliban mengandalkan sejumlah pimpinan militer, di antaranya Mulla Ubaidullah (Menteri Pertahanan), Maulawi Jalaludin Haqqani (komandan terkenal di daerah Baktiya), dan Haji Muhammad Na’im Kuchi dari wilayah Logar.
Pengambilan Keputusan
Meskipun memiliki banyak majelis syura, tetapi bagi Taliban keputusan syura cuma bersifat konsultatif dan optional (mu’limah) tidak instruktif dan mengikat (mulzimah). Mulla Umar bisa mengambil pendapat majelis syura, boleh juga tidak.
Soliditas Internal
Meskipun tidak memiliki aturan internal yang jelas, tetapi Taliban solid di dalam. Hal itu berkat latar belakang pemikiran yang homogen, karena mayoritas adalah alumni madrasah Diyuband yang anti pembaharuan. Juga karena mereka tulus dengan fikrah mereka, meyakini bahwa mereka berjihad di jalan Allah. Pemimpin Taliban berpengaruh secara spiritual terhadap para anggota. Mereka beranggapan bahwa menentang pimpinan adalah maksiat. Juga tidak ada tokoh-tokoh yang membentuk kubu-kubu internal. Diperkuat juga dengan ditegakkannya hukuman langsung terhadap mereka yang melanggar. Juga adanya pergantian yang terus menerus atas jabatan sehingga tidak terbentuk kantong-kantong dalam tubuh gerakan. Juga mereka tidak menerima anggota dari partai-partai lain, khususnya di jabatan-jabatan penting dan posisi-posisi penentu kebijakan.
Kenggotaan
Mayoritas personil Taliban berasal dari suku Pushtun yang banyak berada di Timur dan Selatan Afghanistan, yang merupakan mayoritas (38%) penduduk Afghanistan.
Plus Minus Taliban
Taliban telah merealisasikan hal-hal positif tetapi juga memiliki sisi-sisi negatif. Di antara prestasi positif Taliban adalah:
- Mengembalikan keamanan dan stabilitas
- Menyatukan tanah Afghanistan
- Memberantas KKN
- Melawan kerusakan moral
- Menertibkan senjata dan membatasi hanya pada anggota Taliban
- Memberantas lapisan elit dan kelompok bersenjata
- Mendirikan pengadilan dan sistem pemerintahan yang efektif di berbagai wilayah
- Memberantas pertanian opium (meskipun kemudian dibolehkan karena tekanan masyarakat)
Sedangkan hal-hal negatif dari Taliban adalah:
- Mengucilkan Afghanistan dari dunia internasional
- Menampilkan citra yang buruk bagi pemerintahan Islam
- Fanatisme madzhab
- Tidak memiliki kader yang kompeten untuk memerintah
- Mengabaikan pendidikan modern
- Memprioritaskan hukuman dan kurang memperhatikan maqashid (tujuan) syariah
- Membunuh banyak orang karena alasan sepele
Perbedaan Taliban 1994-2001 dengan Taliban 2021
Setelah Taliban membuka perwakilan di Qatar dan berusaha berdialog dengan berbagai pihak, terlihat cukup banyak perubahan dalam sikap Taliban. Di antaranya:
- Meminimalisir serangan bersenjata
- Terbuka untuk bekerja sama dengan negara lain
- Menginginkan pemerintahan yang menyertakan berbagai golongan masyarakat
- Berkomitmen untuk tidak menampung gerakan yang mengancam negara lain
Setelah sekarang Taliban menguasai Kabul dan hampir seluruh wilayah Afghanistan, juru bicara Taliban meminta publik untuk tidak terburu-buru memvonis bagaimana Taliban cara memerintah Afghanistan. Banyak kemungkinan yang mungkin terjadi. Apakah Taliban mampu mengubah gaya lamanya? Jika mampu, apakah tidak ada penolakan dari internal yang konservatif?
Semoga Taliban dapat menemukan jalannya yang terbaik dan menjadi bagian yang konstruktif dari perkembangan Islam dan Dunia Islam. Amin (fij)
DR. Fahmi Islam Jiwanto | Makkah, 8 Muharram 1443 H/16 Agustus 2021 M
1 comment
Alhamdulillah setelah membaca link tentang taliban ini saya menjadi tahu lebih detil tebtang taliban sebelumnya saya msh bingung dengan gerakan taliban ini,bagaimana aliran nya dsb…semoga thaliban terus lebih baik atas menegakan kalimah Alloh di muka bumi Afganistan khusus nya…
O iya ustadz ada yg mau saya tanyakan…bagaimana agar pemerintahan taliban bisa kuat seperti turki agar tidak mempan di kudeta?
syukron jazakumullohu khoyron katsiro