Oleh: DR. Fahmi Islam Jiwanto
Nabi Muhammad SAW bukanlah pemimpin biasa. Beliau bukan tipe orang yang hanya memahami hal-hal yang standar. Pemimpin yang unggul adalah pemimpin yang dapat melihat jauh ke depan mendahului pikiran kebanyakan orang. Pemimpin yang kaya informasi, yang sumber informasinya jauh lebih beragam di banding seluruh pesaingnya. Beliau juga bukan tipe pemimpin yang baru bertindak jika ada masalah, baru sadar dengan masalah jika semua sudah terjadi. Beliau juga bukan tipe orang yang hanya berpikir linier yang mudah ditebak oleh musuh-musuhnya. Beliau juga bukan tipe orang yang hanya meniru langkah orang lain.
Di tangan beliau kamus militer jazirah Arab mengalami banyak perubahan. Peta politik berubah. Mindset masyarakat Arab juga semakin maju.
Di setiap peperangan, beliau mempunyai strategi baru. Beliau tidak terkaget-kaget dengan strategis musuh, karena beliau lebih dahulu memahami apa yang direncanakan musuh. Tetapi musuh tidak dapat menebak strategi Nabi SAW di masa depan.
Dalam kondisi lemah pun, beliau yang memimpin “permainan”, beliau yang selalu punya posisi proaktif.
Di mulai dari dakwah sirriyyah kepada keluarga dan sahabat dekat, lalu dakwah terang-terangan di bukit Shafa, beliau membawa dakwah dari satu tahapan ke tahapan berikutnya dengan segera. Dalam kondisi sempit beliau membuka banyak alternatif, mulai dari melobi berbagai kabilah Arab yang datang di musim haji, sampai merekomendasi tempat hijrah pertama di Habasyah, sampai mendapatkan basis dakwah yang ideal di Madinah.
Beliau juga dapat memanfaatkan perbedaan sikap pembesar Quraisy. Beliau tahu di antara pembesar Quraisy masih ada yang dapat diajak kerja sama, walaupun di level minimal, seperti Muth’im di Adiy yang menjamin keamanan beliau untuk masuk kembali ke Makkah, setelah dakwah beliau di Thaif dibalas dengan keji.
Setelah di Madinah, beliau cepat mengkonsolidasi berbagai kekuatan di Madinah. Sehingga Madinah memiliki pondasi konstitusional dan basis sosial yang kokoh. Setelah itu beliau memanfaatkan posisi geografis Madinah dengan baik. Posisi Madinah yang berada di utara Makkah, ada di tengah jalur perdagangan Makkah – Syam, beliau segera memperluas pengaruh di wilayah sekitar Madinah sehingga kafilah dagang Quraisy tidak dapat dengan leluasa memakai jalur tersebut.
Di sisi lain, beliau juga menjadikan Madinah sebagai alternatif pusat perekonomian yang baru. Para pedagang di Syam menemukan pasar baru yang prospektif di Madinah. Koalisi-koalisi yang beliau buat dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah membuat Madinah menjadi wilayah yang sangat kondusif secara ekonomi.
Pada pertempuran fisik pertama dengan Quraisy di Badr, beliau menunjukkan kepiawaiannya dalam membuat startegi cepat, menghadapi perubahan kondisi yang mendesak. Meskipun misi awalnya hanyalah sekedar untuk menghadang kafilah dagang Quraisy, tetapi ternyata beliau harus menghadapi pasukan yang jauh lebih besar dari segi jumlah dan amunisi.
Segera beliau me-“reset” pasukannya. Semuanya diajak bermusyawarah, sehingga semua siap dengan perubahan mendadak ini. Leadership Rasulullah SAW yang baik, disambut dengan patriotisme pasukannya yang mengagumkan. Semuanya siap menghadapi berbagai risiko, siap untuk melanjutkan misi yang telah berubah tantangannya. Beliau terbuka dengan masukan-masukan yang melengkapi konsep beliau dalam menghadapi perang asimetris ini. Tiga ratus melawan seribu. Bahkan jumlah musuh dapat beliau hitung dengan kecerdasan beliau. Dengan menangkap budak Quraisy, lalu ketika diinterogasi budak Quraisy tersebut tidak dapat menghitung jumlah pasukan. Beliau bertanya, “Berapa banyak unta yang disembelih setiap hari untuk dimakan?” Dari angka tersebut didapatkan angka jumlah pasukan.
Setelah seluruh rencana dan persiapan matang, beliau berdoa dengan khusyu’. Di sini antara faktor bumi dan faktor langit bertemu. Terjadilah mukjizat kemenangan di Badr.
Dengan kemenangan di Badr, posisi Madinah di dunia Arab berubah. Madinah dengan pemimpinnya, Muhammad Rasulullah SAW, menjadi kekuatan baru yang disegani. Tapi hal ini tentu saja tidak dibiarkan oleh Quraisy. Dalam satu tahun, Quraisy menyiapkan pasukan yang langsung menyerang di tempat. Dengan harapan memberantas dakwah Nabi SAW sampai ke akar-akarnya.
Sekali lagi, kepemimpinan Nabi SAW menunjukkan keunggulannya. Informasi tentang serangan Quraisy, sampai di waktu yang tepat. Sehingga ada cukup waktu untuk membuat persiapan. Beliau mengumpulkan masyarakat Madinah untuk membicarakan startegi menghadapi serangan yang akan datang. Beliau menggabungkan antara ketegasan dengan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Meskipun secara pribadi beliau lebih cenderung dengan opsi perang kota, tetapi beliau mengakomodir aspirasi anak-anak muda Madinah yang lebih condong ke perang di batas luar kota.
Secara geografis, Madinah memiliki garis pertahanan alami yang tidak dapat dilewati oleh pasukan dengan teknologi di zaman itu. Dari barat dan timur, kota Madinah diapit dengan tanah berbatu yang tajam yang menyulitkan pasukan mana pun ketika itu. Dari selatan, Madinah dipenuhi dengan kebun kurma yang padat. Di sana juga banyak rumah-rumah yang tinggi. Sulit pasukan untuk bergerak di sana. Hanya tersisa wilayah di barat daya Madinah. Tetapi di sana ada dua gunung. Gunung Uhud yang tinggi, sulit untuk dijadikan medan perang terbuka. Dan bukit kecil yang kemudian dinamakan Jabal ar-Rumat. Beliau meletakkan pasukan di antara posisi itu. Gunung Uhud di belakang, sebagai tempat bertahan jika tentara harus mundur. Dan di kiri belakang bukit ar-Rumat, untuk backing dari pasukan panah yang akan dengan leluasa menghujani pasukan musuh dengan panah.
Strategi berjalan mulus. Pasukan musuh kocar-kacir, dipukul mundur dengan mudah. Tetapi terjadi kesalahan fatal dari pasukan panah yang terburu-buru ingin memetik kemenangan. Melihat pasukan musyrikin mundur dan meninggalkan banyak ghanimah, mereka mengira peperangan sudah selesai. Sehingga mereka meninggalkan posisi mereka di bukit yang sebenarnya menjadi rahasia keunggulan startegis mereka. Khalid bin Walid yang ketika itu masih musyrik, dan memimpin pasukan berkuda Quraisy, melihat celah tersebut. Maka beliau bergerak memutari bukit ar-Rumat tersebut, setelah pasukan panah yang semula membuat dia tidak bebas bergerak, sudah meninggalkan tempatnya kecuali dua orang yang masih bertahan dan mudah “diselesaikan.”
Kondisi langsung berbalik. Pasukan muslimin mendapat serangan mendadak dari belakang pasukan berkuda yang bergerak cepat. Kondisi kaum muslimin kalut. Hamzah dan 70 sahabat lainnya terbunuh. Rasulullah SAW terluka. Dalam kondisi sesulit ini, Rasulullah SAW tetap menunjukkan kualitas kepemimpinannya. Beliau bergerak ke gunung Uhud dengan beberapa sahabat dekatnya. Bahkan di saat itu beliau sempat membunuh Ubay bin Khalaf. Satu-satunya orang yang Rasulullah SAW bunuh dengan tangannya sendiri. Sepanjang hidup beliau meskipun banyak berperang, tapi hanya dia yang beliau bunuh dengan tangannya sendiri.
Pada kondisi itu, beliau bisa menyelamatkan pasukan yang tersisa. Pasukan musyrikin Quraisy tidak dapat menyerang lebih jauh lagi. Sehingga mereka memilih mundur. Yang lebih mengejutkan lagi, setelah kekalahan tersebut, Rasulullah tidak membiarkan posisi seperti itu berlangsung lama. Tidak lama, beliau mengajak seluruh pasukan yang ada, dengan luka-luka mereka untuk mengejar pasukan musyrikin di Hamra’ul Asad. Hebatnya lagi pasukan musyrikin lari ketakutan meskipun mereka sempat menang di Uhud.
Meskipun perang Uhud kaum muslimin terkalahkan. Tetapi faktanya kota Madinah tidak dapat ditaklukkan oleh musyrikin Quraisy. Sehingga musuh-musuh Islam berkesimpulan bahwa kaum muslimin hanya dapat dikalahkan dengan bersatunya berbagai kekuatan. Dimulailah pertemuan-pertemuan maraton antara Quraisy, Yahudi Bani Nadhir yang sudah terusir dari Madinah, kaum munafiqin, Yahudi bani Qiraizhah yang masih di Madinah ditambah kabilah-kabilah lain seperti Ghathafan, Bani Asad dan Bani Sulaim.
Lagi-lagi rencana mereka sudah diketahui oleh Rasulullah SAW, di waktu yang cukup untuk melakukan antisipasi. Seperti biasa beliau bermusyarawah dengan para sahabatnya. Didapatkanlah strategi yang belum dikenal oleh orang Arab ketika itu. Salman al-Farisi, dengan wawasannya yang luas sebagai orang sudah mengunjungi berbagai tempat di dunia, mengusulkan strategi yang pernah dipakai oleh orang Persia, yaitu membuat parit yang tidak mungkin dilewati pasukan sebanyak apapun. Karena jumlah pasukan yang akan datang lebih dari 10 ribu, maka strategi di Uhud tidak mungkin diulangi, apalagi strategi di Badr. Harus ada strategi baru.
Angkatan perang kaum muslimin ketika itu hanya sekitar seribu. Terlalu riskan untuk perang terbuka. Posisi di gunung Uhud juga tidak cocok, karena jumlah kaum musyrikin yang besar tidak dapat dibatasi geraknya dengan pasukan panah yang jumlahnya terbatas.
Dipilihlah posisi agak masuk sedikit, sempit untuk perang terbuka tetapi mudah untuk dibuat parit di situ. Di dekat bukit as-Sala’. Pembuatan parit dilakukan dengan cepat. Hingga ketika pasukan koalisi musyrikin tiba, mereka terkejut dengan medan perang yang tidak bisa mereka antisipasi. Kaum muslimin sudah berjaga di belakang parit. Mengantisipasi segala kemungkinan. Dan meskipun sebagian pasukan musyrikin tidak mampu melewati parit, ada satu orang yang bisa meloncati dengan kudanya, bagian yang agak sempit dari parit. Amr bin Wudd, jagoan musyrik yang terkenal, bisa meloncati parit. Awalnya para sahabat gentar. Tetapi Ali bin Abi Thalib maju. Semula diremehkan, karena dianggap terlalu belia untuk menghadapi jagoan sekelas Amr bin Wudd. Tetapi Ali bin Abi Thalib bisa membunuhnya dengan sangat meyakinkan.
Kaum musyrikin tidak bisa menyerang. Tapi kaum muslimin juga terkepung. Yang lebih menyulitkan adalah Yahudi Bani Quraizhah yang tinggal di selatan Madinah berkhianat. Mereka ikut bersekongkol dengan kaum musyrikin. Tetapi mereka tidak berani memulai menyerang. Karena mereka memang tidak punya nyali untuk perang terbuka.
Dalam kondisi sulit begitu, Rasulullah ingin meringankan kesulitan yang dirasakan kaum dengan cara memecah koalisi kaum musyrikin. Rasulullah SAW ingin menawarkan kepada Ghatahafan agar mundur, dengan imbalan mereka mendapatkan kurma Madinah. Ketika dimusyarawarahkan dengan dua pembesar Madinah, Sa’d bin Ubadah dan Sa’d bin Mu’adz, mereka tidak setuju dengan solusi itu. Setelah mereka bertanya apakah itu wahyu atau sekedar kebijakan untuk meringankan kesulitan? Rasulullah SAW menjawab, “Ini sekedar kebijakan yang aku buat untuk kalian.” Mereka mengatakan, “Ketika kami musyrik, mereka tidak bisa makan kurma Madinah kecuali dengan membayar harganya. Lalu ketika kami menjadi muslim, mereka bisa makan kurma Madinah dengan gratis? Kami tidak rela.”
Mereka pun dengan sabar bertahan dalam kondisi mencekam itu. Pada saat seperti itu, datanglah orang bernama Nu’aim bin Mas’ud. Beliau ingin masuk Islam. Beliau adalah orang yang punya hubungan baik dengan kaum musyrikin dan kaum Yahudi yang bersekongkol. Kesempatan ini Rasulullah SAW manfaatkan dengan baik. Beliau perintahkan Nu’aim untuk memecah koalisi musuh.
Nu’aim pun mendatangi bani Quraizhah. Beliau katakan, “Kalian harus mengamankan posisi kalian. Kalian tidak sama dengan Quraisy. Jika mereka kalah, mereka bisa pulang ke negeri mereka. Anak dan istri mereka di sana. Tapi kalian jika kalah, Muhammad akan membunuh kalian dan anak istri kalian. Kalian harus minta jaminan dari Quraisy supaya mereka tidak seenaknya meninggalkan kalian.” Bani Quraizhah pun menerima masukan tersebut.
Lalu Nu’aim mendatangi Quraisy. Beliau berkata kepada Quraisy, “Banu Quraizhah kelihatannya mulai menyesal berkhianat kepada Muhammad. Mereka berjanji kepada Muhammad untuk menebus pengkhianatan mereka dengan menyerahkan tawanan dari kalian kepada dia. Mereka akan meminta jaminan kepada kalian dengan menyerahkan salah seorang dari kalian kepada mereka. Jika mereka meminta jaminan, jangan diberikan.” Kaum Quraisy menerima masukan tersebut.
Maka ketika Banu Quraizhah meminta jaminan dari Quraisy, mereka tidak menerima. Rusaklah saling percaya sesama mereka. Dan pecahlah koalisi yang sudah dibentuk. Ketika itu kaum muslimin yang berhasil memecah persatuan musuh Islam. Bukan sebaliknya.
Setelah terlalu lama melakukan pengepungan, dan rasa kepercayaan sesama mereka pudar, ditambah dengan cuaca yang buruk. Maka Abu Sufyan, pemimpin koalisi, memutuskan untuk kembali ke Makkah. Gagallah rencana penaklukan Madinah.
Akhirnya kaum muslimin masuk ke tahapan baru di mana terbukti koalisi kaum musyrikin dengan berbagai kekuatan lainnya tidak mampu mengalahkan kaum muslimin. Rasulullah SAW pun bersabda, “Sekarang kita yang akan menyerang mereka. Dan mereka tak akan menyerang kita.”
Dengan berbekal posisi yang semakin kuat itu, di tahun berikutnya, Rasulullah SAW dan para sahabatnya merencanakan untuk berumrah ke Makkah. Sesampainya mereka di perbatasan kota Makkah, tepatnya di wilayah Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dan para sahabatnya berhenti. Kaum Quraisy belum menerima kalau Muhammad SAW masuk begitu saja ke kota mereka, walaupun hanya untuk umrah. Dilakukanlah perundingan yang alot. Sampai akhirnya disetujui agar kaum muslimin tahun ini belum bisa umrah, tetapi diperbolehkan tahun depan. Disepakati juga gencatan senjata selama 10 tahun. Disepakati juga kabilah-kabilah Arab yang ingin berkoalisi dengan Quraisy dipersilahkan, dan kabilah-kabilah yang ingin berkoalisi dengan kaum muslimin juga dipersilahkan. Juga disepakati orang Makkah yang yang ingin bergabung ke Madinah, harus dikembalikan ke Makkah. Dan orang Madinah yang ingin bergabung ke Makkah tidak perlu dikembalikan.
Sepintas terlihat kesepakatan ini pahit, merugikan kaum muslimin. Tapi efeknya tidak terduga oleh berbagai pihak. Peluang dakwah pasca perjanjian Hudaibiyah ini langsung terbuka luas. Nabi Muhammad SAW setelah itu dengan leluasa mendakwahi seluruh penguasa di jazirah Arab dan di luar jazirah Arab. Utusan dari berbagai wilayah yang ingin mengenal Islam dan ingin masuk Islam berbondong-bondong.
Di sisi lain, Quraisy Makkah mengalami krisis serius, karena penduduk Makkah yang ingin berhijrah harus dikembalikan ke Makkah, merekatidak mau, dan justru membuat pasukan kecil yang mengganggu kafilah-kafilah dagang Quraisy. Sementara jika ada orang Madinah yang ingin bergabung dengan ke Makkah, mereka itu adalah orang munafiq yang lebih menguntungkan bagi Islam jika mereka keluar dari Madinah.
Di sini kita melihat lagi kecerdasan Nabi SAW yang tidak bisa dibaca oleh kaum musyrikin sampai semua terjadi. Dan mereka tidak dapat mengantisipasinya. Kondisi diperparah ketika kabilah Bakr yang bersekutu dengan Quraisy menyerang kabilah Khuza’ah yang bersekutu dengan kaum muslimin. Dengan kejadian ini, maka perjanjian damai antara kaum muslimin dengan musyrikin Quraisy menjadi batal.
Quraisy tidak siap berperang dengan kaum muslimin. Kaum muslimin semakin kuat sementara Quraisy semakin lemah. Abu Sufyan pun mendatangi Madinah untuk bernegosiasi lagi. Tetapi hanya dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dengan diam. Sekarang ketakutan melanda Quraisy di Makkah.
Hingga datanglah serangan mendadak ke Makkah tahun 8 hijriyah. Rasulullah SAW membawa 10 ribu pasukan kaum muslimin. Tidak dapat dihadapi oleh kaum musyrikin. Kaum muslimin memasuki Makkah tanpa perlawanan berarti. Bahkan Rasulullah SAW memaafkan Quraisy yang sudah menyiksa kaum muslimin puluhan tahun.
Mukjizat strategi Nabi SAW tidak berhenti di situ. Di selatan Makkah masih ada kantong perlawanan. Kaum Hawazin dan kota Thaif. Melawan kaum Hawazin beliau membawa pasukan yang sangat besar untuk ukuran jazirah Arab ketika itu. 12 ribu pasukan. Sehingga sebagian kaum muslimin manjadi ujub. Mereka mengatakan, “Kita tidak mungkin akan dikalahkan karena jumlah kita ini.”
Wilayah Hawazin di selatan Makkah adalah daerah pegunungan terjal. Kaum Hawazin sudah siap menunggu kedatangan pasukan kaum muslimin. Ketika pasukan muslimin memasuki lembah, kaum Hawazin menghujani mereka dengan panah. Pasukan besar itu pun kocar-kacir. Memang jumlah pasukan ini besar. Tapi Rasulullah SAW tahu, kualitas para sahabatnya. Sebagian dari pasukan adalah mereka yang baru masuk Islam di Makkah. Mereka bukan andalan. Dalam kondisi berkecamuk itu, Rasulullah SAW tidak kehilangan akal bagaimana keluar menghadapi kondisi itu. Beliau berteriak, “Saya Nabi tidak bohong. Saya putera Abdil Mutthalib.”
Terlihat seperti nekat. Mungkin orang akan mengatakan itu bunuh diri. Di kondisi genting seperti itu, beliau bukannya bersembunyi tapi justru mengumumkan keberadaannya. Kaum muslimin dari Muhajirin dan Anshar begitu mendengar itu, langsung berdatangan ke arah suara Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan kepada pamannya Abbas yang bersuara keras untuk berteriak, “Mana Ash-habus Samurah? Mana Ash-habus Suratil Baqarah?”
Ash-habus Samurah adalah orang-orang yang sudah berbaiat, berjanji setia di Hudaibiyah untuk siap mati membela Islam. Sedangkan Ash-habus Suratil Baqarah adalah orang-orang yang sudah mempelajari surat al-Baqarah.
Dengan berkumpulnya pasukan inti di sekitar Rasulullah SAW, kondisi akhirnya berbalik. Dimulailah perang sebenarnya. Terlihatlah keunggulan kaum muslimin yang sesungguhnya. Terlihat mana yang bisa diandalkan di kondisi sulit dan mana yang cuma tambahan saja atau terkadang malah beban. Kaum muslimin akhirnya menak telak dengan ghanimah yang sangat banyak.
Kecemerlangan strategi Rasulullah SAW terus berlanjut. Kali ini menghadapi pasukan Romawi. Beliau mendapat informasi bahwa kaum Romawi merencanakan serangan. Rasulullah SAW tidak menunggu mereka masuk wilayah jazirah Arabiyah. Tetapi beliau mendahului dengan mengirim pasukan ke utara jazirah. Beliau mengetahui bahwa ini peperangan sulit. Bahkan sangat sulit. Karena itu beliau memilih komandan beserta cadangannya. Mengantisipasi jika komandan tewas, tidak perlu waktu panjang untuk mencari penggantinya.
Bertemulah pasukan muslimin yang berjumlah tiga ribu personil dengan pasukan Romawi yang berjumlah 200 ribu! Semula mereka terkejut dengan jumlah tersebut. Tapi setelah bermusyawarah mereka bertekad untuk tidak mundur. Terjadilah perang Mu’tah. Komandan pertama Zaid bin Haritsah tewas. Dilanjutkan oleh penggantinya Ja’far bin Abi Thalib. Juga tewas. Digantikan oleh penggantinya Abdullah bin Rahawah. Juga tewas. Semua komandan yang dipilih Rasulullah SAW tewas satu per satu. Dengan cepat pasukan menunjuk Khalid bin Walid. Dimulailah sejarah militer baru. Khalid bin Walid yang selalu menemukan solusi baru. Yang selalu mengejutkan lawan dengan strategi yang tak terduga.
Bagaimana caranya supaya tiga ribu bisa mengalahkan 200 ribu?
Keesokan harinya Khalid bin Walid membagi tentara menjadi dua bagian. Bagian depan yang menghadapi langsung musuh. Dan bagian belakang yang membuat tipu daya. Pertama, beliau memilih wilayah sempit yang membatasi gerak pasukan Romawi. Kedua, beliau perintahkan pasukan belakang untuk membuat suara seolah ada pasukan bantuan datang. Dan mereka menghamburkan debu yang mengesankan datangnya pasukan bantuan. Dalam bagian depan berperang dengan mentalitas yang tinggi sehingga membuat putus asa pasukan Romawi. Sambil sedikit demi sedikit mengurangi jumlah pasukan. Sehingga pasukan selamat sementara pasukan Romawi mengira kaum muslimin terlalu kuat untuk dikalahkan. Sehingga walaupun mereka mundur dari peperangan, Romawi tidak berani mengejar.
Ketika Khalid bin Walid kembali dengan pasukannya, semula kaum muslimin mengecam karena dianggap lari dari peperangan. Tapi Rasulullah SAW memuji langkah Khalid. Beliau mengatakan, “Mereka tidak lari tetapi mereka akan menyerang kembali.”
Setahun berikutnya di tahun ke sembilan hijriyah, Rasulullah SAW menyiapkan perang besar-besaran melawan Romawi. Tidak seperti biasanya kali ini Rasulullah SAW mengumumkan arah pasukan. Biasanya beliau merahasiakan. Ini memang strategi baru lagi. Karena maksdunya bukan cuma perang menghadapi Romawi tapi juga perang urat syaraf. Dan benar terjadi sesampainya pasukan di daerah Tabuk. Romawi tidak berani datang. Kaum muslimin pun mendapatkan kemenangan tanpa berperang.
Di perang Tabuk ini kaum munafiqin terbagi menjadi dua. Ada yang tinggal di Madinah dan membuat berbagai alasan bohong untuk tidak ikut berperang. Dan ada yang ikut rombongan tapi punya rencana membunuh Nabi SAW. Di perjalanan pulang dari Tabuk, di kondisi gelap, ada beberapa orang yang berusaha menggeser unta Nabi SAW agar terperosok ke jurang. Tetapi Rasulullah SAW terlebih dahulu mengetahui rencana itu. Beliau meneriaki mereka sebelum mereka urung melaksanakan rencana mereka. Mereka pun menjauh.
Rasulullah SAW memberitahu nama-nama mereka kepada Hudzaifah bin Yaman. Dan merahasiakan nama-nama itu. Ada beberapa orang. Jika dibandingkan dengan parang Uhud di mana orang munafiq bisa mempengaruhi sepertiga pasukan untuk mundur, para perang Tabuk terlihat jumlah orang munafiqin semakin sedikit. Ini juga bab tersendiri bagaimana Rasulullah menangani kaum munafiqin dan kantong-kantong perlawana di dalam Madinah.
Semoga dapat dibahas di lain kesempatan.
Walhamdu lillahi rabbi’ ‘alamin.