Seorang pejabat militer Irak mengumumkan bahwa 4 tentara Irak tewas pada hari Sabtu (19/11/22) pagi waktu setempat dalam sebuh serangan bersenjata yang menargetkan barak tentara Irak di utara kota Kirkuk, yang berjarak 255 km sebelah utara Baghdad ibukota Irak.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya itu menyatakan bahwa serangan itu terjadi sekitar pukul lima pagi dan menargetkan barak tentara Irak di dekat jalan menuju distrik Qara Ahangir dan Rukhnawah, timur laut kota Kirkuk.
Daerah tersebut berlokasi tidak jauh dari titik penyebaran Peshmerga (Istilah yang digunakan oleh suku Kurdi untuk para pejuang bersenjata Kurdi. Peshmerga sudah ada semenjak kemunculan gerakan kemerdekaan Kurdi pada awal tahun 1920-an).
Di wilayah yang tidak jauh dari titik penyebaran Peshmerga Kurdi ini masih seringkali terjadi konflik antara sisa-sisa pasukan ISIS dan pejuang Partai Pekerja Kurdistan yang wilayahnya terkena serangan pesawat tak berawak beberapa bulan lalu.
Diduga, sel-sel ISIS di Kirkuk bertanggungjawab terhadap serangan itu, meskipun tidak tertutup kemungkinan ada pihak lain yang bertanggungjawab.
Meskipun Irak mengumumkan penghapusan ISIS pada tahun 2017, organisasi tersebut masih melakukan serangan sporadis di seluruh negeri terhadap titik-titik militer milik tentara dan pasukan keamanan.
Disisi lain, pemerintah Turki saat ini sedang melakukan operasi militer darat dan udara melawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang memiliki pangkalan militer tersembunyi dan para pejuang di sana. Selain itu ses-sel ISIS yang masih terdapat di wilayah ini juga sering secara sporadis menyerang tentara dan polisi Irak, terutama di daerah gurun dan pegunungan di utara negara itu.
Kirkuk, yang berada di bawah kendali pemerintah federal sejak 2017, adalah salah satu wilayah yang disengketakan menurut Pasal 140 konstitusi Irak tahun 2005.
Sementara itu, Gubernur Kirkuk, Rakan al-Jubouri, mengecam apa yang disebutnya sebagai “kejahatan keji”, sambil menyatakan solidaritasnya terhadap tentara Irak dalam menghadapi “kelompok teroris”, al-Jubouri menekankan perlunya memperbaiki kesenjangan antar provinsi-provinsi Irak.
Kirkuk, kota terbesar kelima di Irak dalam hal jumlah penduduk, mengalami perubahan demografis dan Arabisasi sistematis selama periode rezim sebelumnya yang terjadi dari tahun 1968 hingga kejatuhannya pada tahun 2003.
Sumber: Skynewsarabia dan Kurdistan 24.