(Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil, Al-Hakam bin Hisyam bin Abdurrahman, dan Abdurrahman bin Al-Hakam bin Hisyam)
Kepemimpinan Umawiyah/Bani Umayyah di Andalusia terbagi menjadi tiga fase:
- Fase pertama: berlangsung 100 tahun (138 – 238 H/755-852 M), dianggap sebagai fase kekuatan dan kejayaan.
- Fase kedua: berlangsung 62 tahun (238 – 300 H/852 – 913 M), dianggap sebagai fase kelemahan.
- Fase ketiga: berlangsung 16 tahun (300 – 316 H/913 – 929 M), fase perpindahan kekuasaan.
Periode Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil
Periode kepemimpinannya berlangsung dari tahun 172 – 180 H/788 – 796 M). Hisyam ditetapkan sebagai putra mahkota oleh ayahnya, Abdurrahman Ad-Dakhil, meskipun usianya lebih kecil dari kakaknya yang bernama Sulaiman. Hisyam lebih kapabel dari Sulaiman.
Saat ayahnya wafat, Hisyam sedang berada di Maridah. Ia segera pulang ke Cordova, dan rakyat serta para pejabat pun membaiatnya pada 172 H/788 M. Sulaiman saat itu berada di Toledo. Ia kemudian menyatakan pemberontakan dan menyiapkan pasukan untuk memerangi Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil.
Terjadilah pertempuran di Jaen. Sulaiman kalah dan melarikan diri ke Toledo, adiknya yang bernama Abdullah turut bergabung bersamanya. Hisyam menyusulnya.
Hal itu dimanfaatkan oleh Sulaiman untuk merebut Cordova saat Hisyam tidak berada di sana. Tapi penduduk Cordova menentangnya. Lalu ia pun berusaha menguasai Maridah yang dekat dengan Cordova. Namun penduduknya pun mengusirnya, hingga ia lari ke Murcia, lalu ke Velencia.
Hisyam mngejarnya hingga Sulaiman dan Abdullah menyerah. Mereka berdua dibiarkan oleh Hisyam pergi ke Afrika Utara.
Penyebaran Bahasa Arab dan Mazhab Maliki
Hisyam adalah seorang alim, mencintai ilmu. Pada masanya ia bersungguh-sungguh menyebarkan Bahasa Arab di Andalusia sehingga menjadi bahasa yang popular dan diajarkan pula di sekolah-sekolah Yahudi dan Nasrani.
Pada masa Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil tersebar pula mazhab Maliki, dimana sebelumnya Andalusia mengikuti mazhab Imam Al-Auza’i.
Wafatnya Hisyam
Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil wafat pada bulan Safar 180 H / April 796 M dalam usia 39 tahun. Ia berkuasa selama 7 tahun 9 bulan. Dimakamkan di istana dan dishalati oleh putranya yang bernama Al-Hakam.
Periode Al-Hakam bin Hisyam
Al-Hakam menggantikan ayahnya menjadi amir. Ia memerintah pada 180 – 206 H/796 – 822 M. Berbeda dengan ayah dan kakeknya, Al-Hakam memerintah dengan keras. Ia menetapkan berbagai macam pajak kepada rakyatnya.
Berbagai pemberontakan ditindaknya dengan keras hingga membakar rumah-rumah pemberontak itu dan mengusirnya ke luar negeri.
Pemberontakan Penduduk Ar-Rabdhu
Pemberontakan terkenal ini terjadi pada 202 H/817 M. Penyebabnya adalah akumulasi kebencian masyarakat kepada Al-Hakam bin Hisyam karena ia biasa meminum khamar, sibuk dengan nyanyian, dan permainan berburu.
Kemarahan masyarakat meledak Ketika Al-Hakam membunuh para tokoh Cordova. Masyarakat menyerang Al-Hakam hingga dibangunlah pagar-pagar dan parit-parit.
Selanjutnya terjadi peristiwa terbunuhnya salah seorang penduduk oleh budak Al-Hakam karena terjadinya perselisihan. Maka masyarakat Ar-Rabdhu menyerbu ke istana dan mengepungnya. Namun mereka dapat dikalahkan oleh Al-Hakam.
Al-Hakam membakar dan merusak rumah-rumah serta membunuh 300 orang tokoh Ar-Rabdhu. Tidak hanya sampai disana ia pun mengusir penduduknya ke luar negeri hingga mereka berpencar. Ada yang menuju Alexandria Mesir, lalu menuju Pulau Kreta dan mendirikan negara kecil pada 212 H/827 M yang berumur 100 tahun sampai akhirnya dikuasai oleh Bizantium.
Menjaga Tradisi Jihad
Al-Hakam menjaga tradisi jihad. Ia mengalami kemenangan juga kekalahan sehingga beberapa bagian Andalusia jatuh ke pihak Nasrani; Barcelona jatuh menjadi kerajaan Kristen dan dikenal dengan nama Kerajaan Aragon.
Taubat di Akhir Hayat
Di akhir hayatnya, 2 tahun sebelum wafat, Al-Hakam bertaubat dan meminta maaf kepada rakyatnya. Ia memilih salah satu putranya yang bernama Abdurrahman sebagai putra mahkota.
Periode Abdurrahman bin Al-Hakam
Abdurrahman bin Al-Hakam bin Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil memerintah sejak 206 – 238 H/822 – 852 M. Masa pemerintahannya disebut sebagai fase terbaik Andalusia.
Ia adalah seorang yang berperilaku baik, tenang, mencintai ilmu dan ulama, serta mencintai rakyat. Ia banyak membaca Al-Qur’an dan menghafal hadits. Ia menyiarkan kitab-kitab ulama terdahulu ke Andalusia dan bertindak tegas menghancurkan tempat-tempat khamar.
Abdurrahman menggerakkan jihad ke wilayah Kristen bagian utara dan berhasil mengalahkannya.
Dialah yang pertama kali menetapkan dirham Andalusia. Abdurrahman dikenal pandai mengelola keuangan negara hingga anggaran belanja negara mencapai 1 juta dinar per tahun.
Abbas bin Firnas
Pada masa pemerintahan Abdurrahman bin Al-Hakam, ilmu pengetahuan cukup berkembang. Diantara para ulama yang muncul pada saat itu adalah Abbas bin Firnas, Abul Qasim. Ia adalah penduduk Cordova, bekas budak Umawiyah, tinggal di Barabar (Tacrina); seorang filosof, penyair, ilmu falak, dan penemu pembuatan kaca dan jam. Di rumahnya dibuat lukisan langit, bintang, awan, petir, dan halilintar. Ia pernah terbang dengan menggunakan kerangka bambu, sepasang sayap dari sutra, kayu, dan bulu asli, dan sempat terbang sekitar 10 menit, lalu terjatuh hingga punggungnya sakit.
Melawan Bangsa Viking
Bangsa Viking Norman (Denmark, Finlandia, Swedia) melancarkan peperangan untuk menguasai wilayah dan merebut harta dan menghancurkan rumah-rumah penduduknya.
Pada 230 H/844 M mereka datang ke Sevilla dengan menggunakan 54 perahu. Sevilla hancur, lalu mereka menuju ke Syudzunah, Almeria, Murcia, dll.
Abdurrahman melawan mereka. Dalam 100 hari 35 perahu mereka berhasil ditenggelamkan. Kaum muslimin memenangkan pertempuran.
Membangun Benteng
Pasca kemenangan melawan bangsa Viking Norman, Abdurrahman bin Al-Hakam tidak segera Kembali, ia mengevaluasi hancurnya Sevilla.
Sevilla terletak di Al-Wadi Kabir (Guadalquifir) yang tersambung ke laut Atlantik, sehingga dengan mudah kapal-kapal Viking dapat memasukinya. Maka dibangunlah pagar besar di Sevilla, sehingga dikenal sebagai benteng terkuat di Andalusia.
Dibangun pula armada laut di laut Atlantik dan laut tengah untuk melindungi seluruh tepian pantai Andalusia, hingga perbatasan terjauhnya di utara kerajaan Leon. Kapulauan Balyar dapat ditaklukkan.
Kekalahan Viking menyebabkan datangnya utusan dari Denmark untuk berdamai dengan membawa aneka hadiah. Selanjutnya datang pula hadiah dari Konstantinopel.