Diketahui berdiri sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah sampai sekarang tidak akan berbuat akan tetapi sudah berbuat untuk bangsa dan negara.
“Muhammadiyah memiliki pengalaman yang kenyang dalam fluktuasi kehidupan kebangsaan, yang krisis sekalipun,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada (28/10) di Jakarta.
Berbekal pengalaman tersebut, Haedar berharap pimpinan, kader, dan warga Muhammadiyah tidak gagap dalam merespon atau menghadapi fluktuasi dan kompleksitas kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Di hadapan peserta Rakernas Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW) PP Muhammadiyah itu, Haedar tegas berpesan supaya pimpinan, kader, dan warga Muhammadiyah untuk menjaga hal itu sebagai tradisi besar Muhammadiyah.
Sementara, dalam usaha penguatan umat dan bangsa, menurut Haedar dibutuhkan perencanaan dan langkah strategis jangka panjang.
Mengambil contoh penguatan ekonomi umat dan bangsa, kemiskinan secara kualitatif memiliki efek samping pada rendahnya kesehatan, kesehatan, daya tawar sosial, serta politik. Maka dibutuhkan perencanaan dan langkah strategis jangka panjang dalam urusan ekonomi ini.
“Diperlukan langkah-langkah besar yang strategis, sistematik, dan berjangka panjang dan tidak bisa instan,” tuturnya.
Perintah-perintah filantropi dalam Agama Islam, menurutnya tidak sekadar menjalankan kewajiban, melainkan juga ukuran potensi umat Islam dalam menyalurkan zakat, infak, sedekah, dan wakafnya.
Perintah filantropi tersebut hematnya memiliki potensi besar dalam menggerakan ekonomi umat Islam, dan bangsa Indonesia. Perintah tersebut harus dibingkai dalam pemahaman yang lebih luas, bukan hanya untuk menggugurkan konsekuensi keimanan muslim.
MUHAMMADIYAH.OR.ID