Amirul mu’minin An-Nashir Li Dinillah Abu Mutharif, Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Al-Marwani. Dilahirkan di Cordova, dan tumbuh dalam keaadaan yatim karena ayahnya, Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ausath, dibunuh oleh pamannya.
Ibu dari Abdurrahman An-Nashir adalah seorang hamba sahaya bernama Maria/Martha/Maznah.
Kakek keenamnya adalah Abdurrahman bin Muawiyah, yang lebih dikenal sebagai Abdurrahman Ad-Dakhil.
Diasuh oleh Kakeknya
Kakeknya, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ausath, mendidiknya dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi, sejak kecil Abdurrahman sudah menampakkan keunggulannya. Pada usia 10 tahun sudah rajin mempelajari Al-Qur’an dan sunnah, Ilmu Nahwu, syair, sejarah, dan seni pertempuran serta keprajuritan.
Menjabat Sebagai Pemimpin Cordova
Kakeknya itu menyerahkan khatim/stemple kekuasaannya kepada Abdurrahman An-Nashir yang menjadi isyarat kuat bahwa dialah yang mewarisi kepemimpinan. Abdurrahman menjabat kepemimpinan saat berusia 21 tahun; wilayahnya saat itu hanya mencakup 1/10 wilayah Andalusia, yakni Cordova dan beberapa desa kecil.
Abdurrahman An-Nashir melakukan perubahan ‘kabinet’, ia memilih orang-orang yang betul-betul memiliki kapasitas, kapabilitas, dan skill. Ia memuliakan para ulama dan tunduk pada arahan-arahan mereka.
Misi Penumpasan Pemberontak
Pada bulan Rabi’ul Awwal 300 H / 913 M, satu bulan setelah menduduki kursi kekuasaan, Abdurrahman An-Nashir mengirim misi militer di bawah pimpinan Abbas bin Abdul Aziz, menyerang benteng Rabah dan mengalahkan pemimpin Berber Al-Fath bin Musa bin Dzinnun dan pendukungnya yang bernama Orthblash.
Pada bulan Jumadil Ula ia berhasil merebut Etija/Ecija dari para pengikut Ibnu Hafshun. Pagar-pagar kota dihancurkan, begitu pun jembatan sungai Chanel, sehingga para pemberontak menjadi terisolir.
Memimpin Misi Militer
Abdurrahman bin Nashir keluar memimpin misi militer melawan Umar bin Hafshun atau Samuel bin Hafshun. Misi dilakukan selama 3 bulan (Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal) di tahun 300 H / 913 M, dan berhasil merebut Kota Jaen; ini adalah kota paling kuat di Andalusia. Juga berhasil merebut 70 benteng tempat persembunyian para pemberontak.
Samuel bin Hafshun masih bisa bertahan karena mendapatkan bantuan dari wilayah utara (negara-negara Kristen). Ia pun mendapat bantuan dari Sevilla yang saat itu dipimpin Bani Hajjaj.
Menyerang Sevilla
Abdurrahman bin Nashir menyerang Sevilla pada 301 H / 914 M, dan berhasil menggabungkan kekuatan Cordova dan Sevilla, lalu menyerang kembali Samuel bin Hafshun. Dikuasailah pegunungan Ronda, Syadzunah, dan Carmona.
Memutus Balabantuan
Lalu Abdurrahman bin Nashir masuk ke selat Gibraltar sehingga mampu memutus distribusi bantuan untuk Samuel bin Hafshun dari Daulah Ubaidiyah/Fathimiyah. Juga berhasil memutus bantuan-bantuan dari negara-negara Kristen di utara. Ia juga menemukan kapal laut-kapal laut milik Samuel bin Hafshun yang membawa bantuan dari wilayah Maghrib.
Samuel mengajukan damai dan menyerahkan 162 benteng pertahanannya. Maka 1/6 wilayah Andalusia kini berada di bawah kekuasaan Abdurrahman An-Nashir: Cordova, Sevilla, Jaen, Etija, dan sejumlah benteng.
Strategi Pembiaran
Sampai tahun 302 H / 915 M, Andalusia terbagi menjadi 6 wilayah. Selain wilayah Selatan yang dikuasai Abdurrahman An-Nashir, 5 wilayah lainnya dikuasai oleh pemberontak.
Abdurrahman An-nashir membiarkan wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak, ia mengarahkan serangan ke wilayah kerajaan Kristen Leon, dan berhasil memperoleh kemenangan.
Setelah sempat terjadi serangan balasan sehingga pasukan Islam kalah, tapi setelah bertempur Kembali pasukan Kristen dapat dikalahkan. Strategi ini menimbulkan simpati. Pada tahun 306 H / 919 M Samuel bin Hafshun mati, sebagian anak-anaknya berpihak kepada Abdurrahman. Akhirnya pada tahun 316 H / 929 M, wilayah yang dikuasai Samuek bin Hafshun dapat dikuasai.
Satu Panji di Andalusia
Tahun 308 H / 921 M, saat Abdurrahman berusia 30 tahun, pasukan Islam bergerak menuju wilayah Kristen. Toledo menyatakan tunduk; lalu bergerak ke utara sehingga terjadi pertempuran Mobesy, melawan kerajaan Leon dan Navarre. Berlangsung 3 bulan, dan Abdurrahman berhasil meraih kemenangan dan merebut Kota Salim.
4 tahun selanjutnya di tahun 312 H / 924 M, Abdurrahman An-Nashir memimpin penyerangan ke kerajaan Navarre. Barbalonah/Pamplona ibukota negara berhasil dikuasai, disusul wilayah-wilayah lainnya.
Tahun 316 H / 928 M, wilayah timur berhasil dikuasai, lalu wilayah barat daya, Abdurrahman Al-Jilliqy berhasil dikalahkan.
Dalam 16 tahun, Abdurrahman An-Nashir berhasil menyatukan Kembali Andalusia dalam satu panji. Saat itu usianya 38 tahun.
Kekhilafahan Bani Umayyah Baru
Pada masa itu Bani Abbasiyah di Baghdad melemah, khalifah Al-Muqtadir tewas dibunuh Mu’nis Al-Muzhaffar. Penggantinya, khalifah Al-Qadir, dikuasai kaum Turki. Sementara itu, orang-orang Ubaidiyyah memproklamirkan kekhalifahan dan menyebut pemimpinnya sebagai Amirul Mu’minin.
Abdurrahman An-Nashir akhirnya memproklamirkan kekhalifahan mulai 316 H / 928 M, dan terus berlangsung hingga 400 H / 1010 M (84 tahun).
Ekspansi
Tahun 319 H / 931 M, kekhalifahan baru ini bergerak ke selat Gibraltar, memerangi negeri-negeri Fathimiyyun/Ubaidiyyah, berhasil merebut Ceuta dan Tangier. Abdurrahman An-Nashir juga mengirim senjata kepada kalangan ahlus sunnah disana, dan belum mengirim bantuan tentara karena saat itu masih berkonsentrasi melawan kekuatan Kristen.
Pengkhianatan Muhammad bin Hisyam At-Tujiby
Muhammad bin Hisyam adalah pemimpin wilayah Zaragoza, ia bersekutu dengan kerajaan Leon melawan Abdurrahman bin Nashir.
Abdurrahman menyerang Zaragoza dan Muhammad bin Hisyam menyerah, menyesal, dan meminta maaf. Abdurrahman memaafkannya dan membiarkannya tetap memimpin Zaragoza.
Tahun 326 H / 938 M, dikirimlah misi militer dari Zaragoza ke wilayah musuh dipimpin Najdah bin Husain As-Shiqily dibersamai Muhammad bin Hisyam dan berhasil mengalahkan kekuatan Kristen.
Tahun 327 H / 939 M, pasukan Islam mencapai puncak kekuatannya yang terdiri dari 100.000 prajurit. Mereka bergerak menuju kerajaan Leon, namun ditimpa kekalahan. 50.000 pasukan menjadi korban. Abdurrahman mundur dengan kerugian dan kekalahan yang hebat.
Abdurrahman Kembali menyerang dan bertempur sepanjang tahun 329 – 335 H / 941 – 947 M, akhirnya kerajaan Leon menyerah, bersedia membayar jizyah. Kerajaan Navarre pun membayar jizyah dari tahun 335 – 350 H/947-961 M.
Pembangunan
Abdurrahman An-Nashir membentuk struktur administrasi pemerintahan yang besar, terdiri dari kementrian dan badan-badan yang diisi oleh banyak pegawai dan staf. Dibangun pula institusi kepolisian pada 317 H / 929 M, dan institusi peradilan pada 325 H / 937 M.
Pada masanya dibangun pula Kota Madinatu Zahra dengan seni arsitekturnya yang tinggi, bahan-bahannya berasal dari Konstantinopel, Baghdad, Tunisia, dan Eropa. Kota ini terdiri dari 3 cluster: perumahan para penjaga, juru tulis, pekerja; para pejabat negara; dan istana khalifah.
Abdurrahman melakukan perluasan wilayah Cordova yang jumlah penduduknya mencapai ½ juta orang (kota kedua dengan jumlahpenduduk terbanyak setelah Baghdad yang saat itu berpenduduk 2 juta orang)
Perekonomian
Andalusia berada dalam puncak kemakmuran. Uang negara mencapai 6 juta dinar, dibagi oleh Abdurrahman untuk tiga pos: militer, pembangunan, dan dana cadangan untuk masa sulit.
Pertanian yang berkembang saat itu: tebu, zaitun, kapas. Peternakan ulat sutra. Abdurrahman membangunan saluran-saluran air dan pengaturan waktu tanam. Dilakukan pula eksplorasi emas, perak, dan besi.
Saat itu berkembang kerajinan kulit, pembuatan perahu, dan alat-alat pertanian, serta industri farmasi. Tersedia pasar-pasar tematis yang menjual barang-barang tertentu.
Keilmuan
Perpustakaan Cordova diperluas, memuat 400.000 buku, dan saat itu belum ada percetakan. Buku-buku ditulis oleh nassakh (para juru tulis) yang mendapat upah.
Ulama terkenal pada masa itu diantaranya: Hasan bin Abdullah (fuqaha, ahli hadits, bahasa, sastra, dan faraidh), Muhammad bin Abdullah Al-Laitsy: Hakim di Cordova, penghafal hadits, ahli Bahasa, dan ahli syair.
Kekuatan Politik
Kerajaan-kerajaan Kristen tunduk membayar jizyah; sementara wilayah-wilayah lain: Jerman, Italia, Perancis, Inggris, bahkan Eropa Timur menyatakan tunduk dan berdamai. Pada masa itu, Abdurrahman An-Nashir menjadi raja terbesar di wilayah Eropa.
Tahun 1963 M, Spanyol pernah memperingati hari wafat Abdurrahman An-Nashir, karena dialah penguasa Spanyol terbesar yang pernah ada.
Abdurrahman bin Nashir Wafat
Abdurrahaman wafat pada bulan Ramadhan 350 H/961 M, dalam usia 72 tahun. Setelah wafatnya, orang-orang menemukan catatan jumlah hari yang diisinya dengan perjuangan, dan catatan hari yang disebutnya sebagai masa tenang. Ternyata masa tenang dalam hidupnya tanpa aktivitas perjuangan adalah 14 hari.
Selanjutnya:
Pendiri Perpustakaan Umawiyah di Andalusia: Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir