Pasca wafatnya Abdurrahman An-Nashir, kekhalifahan Andalusia dijabat oleh putranya yang bernama Al-Hakam Al-Mustanshir bin Abdurrahman An-Nashir, yang saat itu berusia 47 tahun. Memerintah Andalusia pada 350 H-366 H/961-976 M.
Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir adalah seorang alim, faqih (menguasai fiqih berbagai mazhab), menguasai ilmu nasab, dan sejarah.
Goncangan Kerajaan-kerajaan Kristen
Pasca wafatnya Abdurrahman An-Nashir kerajaan-kerajaan Kristen menganggap Anadalusia akan Kembali kacau; pemberontakan-pemberotakan akan kembali timbul. Sancho, Raja Leon, membatalkan perjanjian yang telah dibuatnya dengan Abdurrahman An-Nashir yang telah membantunya meraih kembali kekuasaannya dari Ordoneo.
Ordoneo menemui Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir menawarkan persekutuan. Mengetahui hal itu, Sancho segera mengutus pejabat dan pendetanya menemui Al-Hakam dan menyatakan tunduk patuh terhadap Andalusia. Namun, saat Ordoneo meninggal dunia, Sancho kembali mengingkari perjanjiannya. Bahkan ia bersekutu dengan Fernand Gonzalez yang baru saja mengumumkan kemerdekaan dari Kerajaan Leon, juga bersekutu dengan Raja Navarre dan Cont Barcelona, Garcia Sanchez, melawan Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir.
Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir lalu memimpin serangan melawan kerajaan-kerajaan Kristen ini pada 352 H/963 M. Wilayah Castille tunduk; serangan tantara Islam berlanjut ke bagian Barat kerajaan Navarre. Peperangan ini berlangsung hingga 356 H/967 M.
Di kerajaan Leon muncul pemberontakan-pemberontakan, yang terkuat adalah yang dilakukan Count Gondasalivu Sanchez. Sancho berusaha menumpas pemberontakan ini. Namun ia diperdaya dengan tipuan yang dilakukan Sanchez; ia mengirim utusan yang menyatakan bahwa Sanchez menyerah, namun kemudian utusan itu meracuninya.
Serangan Bangsa Viking
Tahun 355 H/966 M, gerombolan Viking dengan 28 perahunya kembali menyerang tepian pantai barat Andalusia. Kaum muslimin melakukan perlawanan, dan Khalifah memerintahkan agar armada lautnya segera bergerak menyerang. Gerombolan Viking berhasil dimusnahkan dan perahu-perahunya pun berhasil dihancurkan.
Goncangan di Afrika Utara
Di masa Khalifah Abdurrahman Nashir, Afrika Utara belum dikuasai secara sempurna. Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir menyadari para penguasa di Afrika Utara saat itu hanya memikirkan bagaimana agar kekuasaannya langgeng, dan mereka dikuasai fanatisme kesukuan. Mereka tidak akan tunduk kepadanya kecuali karena takut atau berlindung dari serangan Ubaidiyah/Fathimiyah. Khalifah lalu bersekutu dengan mereka.
Pada tahun 306 H, para sekutu khalifah di Afrika Utara berhasil mengalahkan Zeri bin Manad As-Shanhaji yang merupakan wakil dari Al-Mu’idz li dinillah Al-Ubaidi. Zeri dan para pejabatnya terbunuh. Kepalanya dipenggal, dan dikirim ke Cordova.
Kalangan Ubaidiyah bertekad membalas dendam dan merebut Kembali dominasi mereka di wilayah tersebut. Tahun 361 H, kalangan Ubaidiyah dipimpin Yusuf bin Zeri bin Manad As-Shanhaji melakukan penyerangan kepada para sekutu Khalifah Al-Mustanshir. Ia memperoleh kemenangan. Muhammad bin Al-Khair dari Suku Zanatah memilih bunuh diri daripada menjadi tawanan.
Sementara Hasan bin Qanun Al-Hasani, pemimpin Al-Adarisah memilih menyerahkan diri dan membelot dari Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir, lalu tunduk pada kalangan Ubaidiyah. Tidak lagi mendoakan khalifah di mimbar-mimbar masjid.
Khalifah Al-Hakam mengirimkan pasukan ke Ceuta dan menjadikannya sebagai pusat komando. Terjadilah pertempuran antara pasukan Andalusia dengan pasukan Ubaidiyah di bawah pimpinan Hasan bin Qanun Al-Hasani. Pasukan Ubaidiyah berhasil dikalahkan, lalu mereka melarikan diri dari Tangier.
Beberapa bulan kemudian, Hasan bin Qanun menyiapkan kembali kekuatan. Pada Rabi’ul Awwal 362 H/972 M terjadi Kembali peperangan. Pasukan Hasan bin Qanun berhasil memenangkan peperangan. Komandan pasukan Andalusia, Muhammad bin Qasim, terbunuh. Sisa-sa pasukan Kembali ke Ceuta.
Hasan bin Qanun menyadari Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir tidak akan diam, maka ia segera mengajukan perdamaian kepada khalifah, namun ditolak.
Meskipun begitu Khalifah menyatakan akan memberikan jaminan keamanan kepada orang-orang yang saat itu berada di bawah kekuasaan Ubaidiyah jika mau tunduk kepada khalifah. Bergabunglah 70 orang kepada khalifah.
Ramadhan 362 H/973 M, khalifah mengirim panglimanya, Ghalib bin Abdurrahman menuju medan perang. Hasan bin Qanun melarikan diri dari Basrah Maroko ke benteng Hajrun Nashr di dekat Ceuta. Terjadilah pertempuran di sana, suku Berber dibujuk oleh Ghalib agar mereka tidak melindunginya.
Tinggalah Hasan bin Qanun dan keluarganya yang kemudian menyerah memohon jaminan keamanan. Selanjutnya Ghalib bin Abdurrahman membersihkan wilayah Maghrib dari para pembangkang. Khalifah pun membujuk dan menundukkan kabilah Berber dengan sejumlah harta.
Tahun 364 H/974 M, Ghalib bin Abdurrahman kembali ke Andalusia. Ikut bersamanya Bani Idris Al-Hasaniyyun. Di Andalusia mereka disediakan perumahan. Mereka tinggal di sana 2 tahun, lalu pindah ke Mesir, dan disambut oleh Al-Aziz billah Al-Ubaidi yang berjanji akan membantu mengembalikan kekuasaan mereka di Maroko.
Perhatian Khalifah pada Ilmu Pengetahuan
Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir mendirikan perpustakaan Umawiyah yang merupakan perpustakaan terbesar menyaingi perpustakaan Cordova dan Baghdad. Khalifah mengeluarkan dana ribuan dinar untuk mendatangkan buku-buku dari berbagai penjuru bumi termasuk wilayah-wilayah non muslim: buku-buku ilmu falak, kedokteran, dan Teknik; lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Contoh buku yang didatangkan ke Andalusia adalah buku sastra berjudul Al-Aghany karya Al-Ashfahani. Didatangkan dari Isfahan (Iran) ke Andalusia (Spanyol). Khalifah juga membeli buku-buku meskipun dengan harga yang sangat mahal.
Penulisan ulang buku-buku sangat marak saat itu. Ibnu Khaldun menceritakan bahwa Khalifah mengumpulkan tenaga-tenaga unggulan dalam profesi naskh (penulis/pencatat) dan orang yang mahir dalam dhabt (editing), juga para ahli penjilidan buku.
Perhatian Khalifah pada Pendidikan Warga
Khalifah mengangkat guru untuk kalangan anak-anak fakir miskin dan dhuafa. Mereka digaji dari Baitul Mal. Pembelajaran dilakukan di Masjid Jami Cordova juga di seluruh penjuru kota. Didirikan pula Universitas Cordova yang mengajarkan berbagai macam ilmu: hadits, sejarah, Bahasa, syair, nahwu, dan lain-lain. Mahasiswa universitas berjumlah ribuan.
Khalifah Wafat
Khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir wafat pada 366 H/976 M, setelah menunjuk anaknya, Hisyam, yang saat itu masih anak-anak berusia 11 tahun.
Selanjutnya:
Eksistensi Daulah Amiriyah di Andalusia Pada Masa Pemerintahan Khalifah Hisyam Al-Muayyad