Nama-nama & Kedudukan Al-Qur’an
Allah Ta’ala menyebut Al-Qur’an dengan berbagai nama dan sifat, diantaranya adalah:
Pertama, al-kitab (kitab/buku).
Nama dan sifat ini tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah, 2: 2)
Al-Qur’an disebut “Al Kitab.” sebagai isyarat bahwa Al-Quran harus ditulis, karena itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat menulis ayat-ayat Al-Quran.[1]
Kedua, al-huda (petunjuk).
Nama atau sifat ini diantaranya tercantum dalam ayat kedua dari surat Al-Baqarah di atas, juga tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus, 10: 57)
Al-Qur’an disebut al-huda atau hudan (petunjuk), karena ia mengarahkan manusia kepada jalan yang lurus yang menyelamatkan mereka dari keyakinan yang sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaan mereka agar berkeyakinan yang benar dengan memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal dengan jalan mengutamakan kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas serta menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus dijauhkan.[2]
Ketiga, al-furqan (pembeda).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan, 25: 1)
Al-Qur’an disebut dengan “Al-Furqan” karena Al-Quran itu adalah pembeda yang hak dan yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Kitab-kitab yang sebelumnya diturunkan hanya untuk suatu umat di masa itu tetapi Al-Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seterusnya sampai hari kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat.
Keempat, ar-rahmah (rahmat).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam surat Yunus ayat 57 di atas, juga tercantum falam firman Allah Ta’ala,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra, 17: 82)
Al-Qur’an disebut “Ar-Rahmah” karena Al-Qur’an merupakan karunia bagi orang-orang yang meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuknya. Mereka akan merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al-Qur’an, hidup tolong-menolong, sayang menyayangi, bekerja sama dalam menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman, serta saling bantu-membantu untuk memperoleh kesejahteraan.
Kelima, an-nur (cahaya).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” (QS. An-Nisa, 4: 174)
Al-Qur’an disebut “An-Nur” karena Al-Qur’an merupakan cahaya yang terang benderang yang memberi petunjuk kepada manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik – penyembahan kepada berhala, binatang dan matahari bahkan penyembahan arwah-arwah- kepada cahaya iman. Mengeluarkan mereka dari berbagai macam paham yang sesat dan menyesatkan; memberikan pedoman sehingga manusia dapat berpikir kembali dan menyadari bahwa jalan yang mereka tempuh selama ini adalah jalan salah yang membawa kepada kerusakan dan keruntuhan.
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu” (QS. Al-Hadid, 57: 9)
Keenam, ar-ruh (Roh).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. As-Syura, 42: 52)
Al-Qur’an disebut “Ar-Ruh”-menurut Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, dalam Zubdatut Tafsir– karena Al-Qur’an memberi petunjuk kepada manusia; didalamnya terdapat kehidupan dari kematian kekafiran. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan, kata ‘ruhan’ dia adalah Al-Qur’an yang dengannya hiduplah kalbu-kalbu (manusia).[3]
Ketujuh, asy-syifa (obat).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala surat Yunus ayat 57 dan surat Al-Isra ayat 82 yang telah disebutkan di atas.
Al-Qur’an disebut “Asy-Syifa” karena di dalam Al-Qur’an terdapat obat bagi segala penyakit keraguan, kemusyrikan, kemunafikan, syahwat, dan syubhat.[4] Termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketentraman manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, memperturutkan hawa nafsu, menyembunyikan rasa hasad dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut, mencintai kebatilan dan kejahatan, serta membenci kebenaran dan keadilan.[5]
Kedelapan, al-haq (kebenaran).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu’”. (QS. Yunus, 10: 108)
Al-Qur’an disebut “Al-Haq” karena Al-Qur’an mengandung kebenaran yang tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya. Al-Qur’an mengungkapkan bukti-bukti keesaan Allah dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menguraikan tentang rasul-rasul zaman dahulu dan dakwah mereka; di dalamnya terkandung pedoman-pedoman hidup bagi manusia untuk memperoleh kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan akhirat.[6]
Kesembilan, al-bayan (penjelasan).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
الر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ وَقُرْآنٍ مُبِينٍ
“Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat- ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur’an yang memberi penjelasan.” (QS. Al-Hijr, 15: 1)
Al-Qur’an disebut “Al-Bayan” karena Al-Quran memberikan penjelasan tentang petunjuk untuk keluar dari kesesatan, serta menerangkan berbagai hikmah dan hukum; tentang ketauhidan, kisah-kisah, budi pekerti yang baik, ilmu pengetahuan, janji Allah dan ancaman-Nya, hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.[7]
Kesepuluh, al-mauidzah (pelajaran).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam surat Yunus ayat 57 yang telah disebutkan di atas, juga disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلاَ مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. An-Nur, 24: 34)
Al-Qur’an disebut “Al-Mauidzah” karena Al-Qur’an mengandung pelajaran-pelajaran yang indah yang dapat memperbaiki akhlak dan amal perbuatan manusia. Didalamnya disebutkan tentang balasan-balasan (amal) yang disampaikan dengan targhib (mendorong atau memotivasi untuk mencintai kebaikan) dan tarhib (menimbulkan perasaan takut).[8]
Kesebelas, ad-dzikr (pemberi peringatan).
Nama dan sifat ini diantaranya tercantum dalam firman Allah Ta’ala,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr: 9).
Al-Qur’an disebut “Adz-Dzikr” karena Al-Qur’an merupakan peringatan tentang berbagai permasalahan, juga merupakan dalil-dalil yang jelas yang di dalamnya terdapat pelajaran bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran.[9]
*****
Dari sebagian nama-nama Al-Qur’an tersebut tergambarlah kepada kita makanatul qur’an (kedudukan Al-Qur’an) sebagai pedoman hidup manusia yang begitu lengkap.
Pertama, Al-Qur’an adalah kitabun naba-i wal akhbar (kitab berisi berita dan kabar).
Di dalam al-Qur’an terdapat berita-berita tentang kejadian masa lalu maupun kejadian yang akan datang. Al-Qur’an memberitakan kisah para nabi dan rasul terdahulu: Adam, Nuh, Ibrahim, Ya’kub, Yusuf, Musa, Isa, dll.—agar menjadi pelajaran bagi umat manusia. Allah Ta’ala berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud, 11: 120)
Al-Qur’an memberitakan kejadian-kejadian yang akan datang. Sebagai contoh, pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam turun ayat tentang kemenangan bangsa Romawi setelah sebelumnya mengalami kekalahan,
الم غُلِبَتِ الرُّومُ فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الأمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). (QS. Ar-Rum, 1-4)
Berita Al-Qur’an ini kemudian terbukti kebenarannya. Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar-Rum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Romawi dan Persia terjadi di Nineveh. Pasukan Romawi secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Romawi yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Romawi.[10]
Al-Qur’an juga mengabarkan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi seperti kejadian hari kiamat, kebangkitan manusia, dan penghisabannya di akhirat kelak. Misalnya disebutkan dalam surat berikut ini,
إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا (١) وَأَخْرَجَتِ الأرْضُ أَثْقَالَهَا (٢) وَقَالَ الإنْسَانُ مَا لَهَا (٣) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (٤) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (٥)يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (٦) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (٧) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (٨)
(1) Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, (2) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, (3) dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?” (4) Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, (5) karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) padanya. (6) Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) perbuatannya, (7) Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (8) Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al-Zalzalah, 99: 1-8)
Kedua, Al-Qur’an adalah kitabul hukmi wa-syari’ah (kitab hukum dan syari’ah).
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala telah menetapkan berbagai macam hukum dan syariat yang mengatur kehidupan manusia sebagai individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dia memerintahkan kepada mereka agar berhukum kepadanya secara konsekwen,
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah, 5: 49)
Ketiga, Al-Qur’an adalah kitabul jihad (kitab jihad).
Al-Qur’an berbicara tentang jihad di banyak ayat. Dalam arti khusus, yakni qital. Dalam arti umum, yakni segala bentuk upaya dalam rangka meninggikan kalimat Allah Ta’ala.
Dia berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut, 29: 69)
Menurut Abu Sulaiman Ad-Darami “jihad” dalam ayat ini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, memberantas kezaliman. Dan yang terutama ialah menganjurkan berbuat yang makruf dan melarang dari perbuatan yang mungkar, memerangi hawa nafsu dalam rangka mentaati Allah Ta’ala.
Keempat, Al-Qur’an adalah kitabut tarbiyah (kitab pendidikan).
Sebagaimana telah kita ketahui, Al-Qur’an adalah kitab yang mengandung al-mau’izhah (pelajaran),
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلاَ مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. An-Nur, 24: 34)
Dengan bimbingan ayat-ayatnya, manusia menjadi memiliki ma’rifah tentang iman dan amal shaleh,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. As-Syura, 42: 52)
Al-Qur’an memuat kisah-kisah penuh hikmah yang mengandung banyak pelajaran. Selain kisah para nabi dan rasul, Al-Qur’an pun memuat kisah-kisah orang-orang shaleh seperti Luqman, ashabul kahfi, Thalut, Dzulkarnain, Maryam, Asiah, dan lain-lain. Dari kisah-kisah tersebut dan juga ayat-ayatnya secara umum, kita dapat menyimpulkan manhaj qur’ani dalam tarbiyah.
Kelima, Al-Qur’an adalah minhajul hayah (pedoman hidup).
Pembahasan tentang hal ini silakan dirujuk ke madah Minhajul Hayah. Ringkasnya, Al-Qur’an telah memuat seluruh pedoman yang dibutuhkan manusia berupa aqidah, ibadah, hukum, mu’amalah, akhlaq, politik, ekonomi dan permasalahan-permasalahan kehidupan lainnya, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala,
مَّافَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَىْءٍ
“Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab”. (QS. Al-An’am, 6: 38)
Dan firman Allah Ta’ala :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl, 16: 89)
Al-Qurthubi berkata dalam menafsirkan firman Allah di atas: “Yakni di dalam Al-Lauh Al-Mahfud. Karena sesungguhnya Allah sudah menetapkan apa yang akan terjadi, atau yang dimaksud yakni di dalam al-Qur’an yaitu Kami tidak meninggalkan sesuatupun dari perkara-perkara agama kecuali Kami menunjukkannya di dalam Al-Qur’an, baik penjelasan yang sudah gamblang atau global yang penjelasannya bisa didapatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau dengan ijma’ ataupun qias berdasarkan nash Al-Qur’an”. (Juz 6 hal. 420).
Kemudian Al-Quthubi juga berkata: “Maka benarlah berita Allah, bahwa Dia tidak meninggalkan perkara sedikitpun dalam Al-Qur’an baik secara rinci ataupun berupa kaidah.
Ath-Thabari berkata dalam menafsirkan ayat (وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ) “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu”. (An-Nahl: 89): “Al-Qur’an ini telah turun kepadamu wahai Muhammad sebagai penjelasan apa yang dibutuhkan manusia, seperti mengetahui halal dan haram dan pahala dan siksa. Dan sebagai petunjuk dari kesesatan dan rahmat bagi yang membenarkannya dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya, berupa hukum Allah, perintahNya dan laranganNya, menghalalkan yang halal mengharamkan yang haram. …Dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri …… beliau berkata : “dan sebagai gambar gembira bagi siapa saja yang ta’at kepada Allah dan tunduk kepadaNya dengan bertauhid dan patuh dengan keta’atan, maka Allah akan berikan kabar gembira kepadanya berupa besarnya pahala di akhirat dan keutamaan yang besar. (Juz 14 hal. 161).[11]
Demikianlah keagungan Al-Qur’an, tergambar dari nama-nama dan kedudukannya yang mulia.
Wallahu A’lam.
Catatan Kaki:
[1] Lihat: Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid I, Hal. 36
[2] Lihat: Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid IV, Hal.330.
[3] Lihat: Zubdatut Tafsir dan Tafsir Jalalain hal. 489.
[4] Lihat: Tafsir Muyassar, Aidh Al-Qarni, Jilid II, Qisthi Press, hal. 198.
[5] Lihat: Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid IV, Hal. 330.
[6] Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, Pustaka Imam Syafi’i, hal. 320 dan Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid 4 , hal. 374.
[7] Lihat: Tafsir Al-Maraghi, Juz 14, hal. 4, Daru Ihyau Turats Al-Arabi, Beirut dan Al-Qur’anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid V, hal. 198.
[8] Lihat: Tafsir Al-Maraghi, Juz 11, hal. 122, Daru Ihyau Turats Al-Arabi, Beirut dan Zubdatut Tafsir, hal. 215, Darun Nafais, Yordania.
[9] Lihat: Tafsir As-Sa’di di http://quran.ksu.edu.sa/
[10] Dikutip oleh Jati Purpatriasno dari Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.
[11] Dikutip dari www.al-manhaj.or.id, Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.
2 comments
Subhanallah
Smg Allah mberi kita kekuatan & keikhlasan untuk senantiasa membaca, memahami & mengamalkan isi al qur’an dlm kehidupan kita, aamiin