Pemilu Presiden Iran hari ini 18 Juni 2021 tetap berlangsung ditengah protes dan boikot sejumlah kalangan. Dilansir dari Al-Jazeera, seluruh warga Iran memberikan suara untuk memilih Presiden baru dengan memilih salah satu dari 4 calon Presiden. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memberikan suaranya pada pagi di hari yang sama waktu setempat serta mendorong seluruh warga Iran untuk memberikan hak suaranya. Ada ketidakpuasan yang meluas di kalangan warga Iran atas kesulitan ekonomi yang mereka hadapi sejak Amerika Serikat membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran sekitar 3 tahun yang lalu serta memberlakukan kembali sanksi yang melumpuhkan.
Ebrahim Raisi, Ketua Kehakiman Iran saat ini diprediksi akan meraih kemenangan dalam pemilihan presiden Iran yang dijadwalkan pada 18 Juni, dan menjadi presiden kedelapan Republik Islam Iran menggantikan Hassan Rouhani. Politisi ultrakonservatif yang terkenal karena keterlibatannya sebagai jaksa dalam eksekusi ribuan tahanan politik pada akhir 1980-an, bukanlah figur baru bagi rakyat Iran. Raisi menjabat sebagai Ketua kehakiman Iran sejak tahun 2019.
Kekuasaan tertinggi di Iran ada di tangan Ayatollah Ali Khamenei, tetapi presiden memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai isu mulai dari kebijakan industri hingga urusan luar negeri. Khamenei memperingatkan untuk mewaspadai adanya konspirasi asing yang ingin mengganggu jalannya pemilihan presiden di Iran. Ia pun menyerukan agar rakyat di negaranya untuk rama-ramai memberikan suara mereka. Dengan langkah ini, menurutnya dapat mengindari tekanan asing kepada Iran. Pemilu digelar pada saat yang sangat kritis bagi Iran, yakni di saat ekonomi negara itu berjuang untuk mengatasi sanksi keras AS yang dijatuhkan oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, setelah Washington meninggalkan kesepakatan nuklir internasional yang dicapai Iran dan kekuatan dunia pada tahun 2015 lalu.
Raisi termasuk dalam kubu ultrakonservatif yang paling tidak mempercayai Amerika Serikat, dan dengan keras mengkritik Rouhani sejak kesepakatan nuklir mulai ambruk. Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Jawad Zarif, saat ini memimpin delegasi Iran pada pembicaraan internasional di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Tapi sejauh ini, Iran hanya melakukan negosiasi tidak langsung dengan diplomat AS, melalui perwakilan Uni Eropa.
Al-Jazeera-DW.