Pada suatu hari di awal abad ke-20, Basyir, salah seorang santri Hadhratus Syaikh Hasyim Asy’ari, datang ke Tebuireng. Basyir yang tinggal di kampung Kauman Yogyakarta itu hendak mengadu kepada Syaikh Hasyim tentang seorang tetangganya yang baru pulang dari mukim di Makkah, yang kemudian berbuat “aneh” sehingga memancing kontroversi di masyarakat kampungnya.
“Siapa namanya?” tanya Hadhratus Syaikh.
“Ahmad Dahlan”
“Bagaimana ciri-cirinya?”
Basyir lalu menjelaskannya.
“Oh! Itu Kang Dahlan!” Hadhratus Syaikh berseru gembira. Ternyata beliau sudah mengenalnya. KH. Ahmad Dahlan adalah teman semajlis beliau dalam pengajian-pengajian Syaikh Khatib al-Minangkabawi ketika di Makkah.
“Tidak apa-apa”, kata Hadhratus Syaikh, “Yang dia lakukan itu ndalan (ada dasarnya). Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya. Malah sebaiknya kamu bantu dia”.
Basyir patuh. Maka ketika Kyai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kyai Basyir menjadi salah seorang tangan kanan utamanya.
*****
Fragmen di atas mengandung kisah yang patut kita teladani. Hadhratus Syaikh Hasyim Asy’ari telah mengajarkan makna cinta dan persaudaraan di antara sesama muslim. Membaca kisah ini, kita akan segera teringat kepada hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
“Orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain bagaikan bangunan yang sebagiannya menyangga sebagian yang lain.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara, tak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina…..” (HR. Muslim No. 4650)
Syaikh Hasyim pun telah memberikan contoh sikap tasamuh (toleran) terhadap sesama muslim. Beliau memahami betul ‘fiqhul ikhtilaf” sehingga dapat menghargai pendapat orang yang berbeda dengannya, asalkan memiliki dalil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Akhlak seperti ini hendaknya dapat diteladani oleh umat di masa kini yang seringkali bertindak kurang dewasa dalam menghadapi perbedaan pendapat. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menautkan hati kaum muslimin, agar mereka menjadi umat yang kuat dan kokoh. Amin…
(Kisah diambil dari tulisan berjudul: Mbah Hasyim Asy’ari dan Mbah Ahmad Dahlan, Oleh: KH. Yahya Cholil Staquf)