Dalam dua pernyataan berbeda, Mesir dan Liga Arab mengutuk keras pelanggaran HAM yang dilakukan oleh ‘milisi’ Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti) di negara bagian Gezira.
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, pada hari Kamis (31/10/24) mengutuk keras pelanggaran HAM berat yang terjadi di Negara Gezira, Sudan, dalam beberapa hari terakhir. Menurut laporan PBB, pelanggaran HAM tersebut meliputi pembunuhan massal, pemerkosaan, pembunuhan perempuan dan anak-anak, penjarahan pasar dan rumah, serta pembakaran lahan pertanian yang terjadi di seluruh wilayah.”
Juru bicara resmi Liga Arab, Jamal Rushdi, dalam sebuah pernyataannya menganggap bahwa “terus berlanjutnya kejahatan keji ini, yang beberapa di antaranya masuk dalam kategori pembersihan etnis, baik di Darfur dan di berbagai wilayah Sudan lainnya, meskipun telah ada kecaman berulang dari dunia internasional merupakan bukti pentingnya koordinasi dan kerja sama internasional dan regional untuk menghentikan perang dan meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan.
Sebelumnya, Kairo mengatakan dalam sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negerinya pada Rabu malam, bahwa pihaknya sangat prihatin atas serangan mematikan yang dilakukan oleh milisi RSF di timur Negara Bagian Gezira, Sudan. Di Wilayah tersebut, RSF menargetkan warga sipil yang tidak bersalah dan tidak berdaya termasuk anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia.
Dalam pernyataannya pada Rabu malam, Mesir mengutuk serangan terang-terangan terhadap Negara Bagian Gezira, yang mengakibatkan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka dan merupakan pelanggaran mencolok terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dalam hukum internasional. Mesir menegaskan kembali “perlunya menjaga institusi nasional Sudan karena mereka adalah pilar negara dan satu-satunya cara untuk menjaga persatuan dan integritas Sudan.”
Mesir menampung ribuan warga Sudan yang melarikan diri dari perang. Statistik resmi menunjukkan bahwa Kairo menerima lebih dari satu juta pengungsi Sudan, belum termasuk ribuan warga Sudan yang telah tinggal di Mesir selama bertahun-tahun sebagaimana disampaikan oleh duta besar Mesir untuk Sudan, Hani Salah.
Dalam pernyataannya, Kairo menegaskan kembali seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata dan menerapkan prinsip-prinsip “Deklarasi Jeddah.” Kerajaan Arab Saudi menjadi tuan rumah “Negosiasi Jeddah” pada bulan Mei 2023, dan Mesir menjadi tuan rumah beberapa pertemuan mengenai krisis Sudan, yang terbaru adalah konferensi “Kekuatan Politik dan Sipil Sudan” pada bulan Juli lalu.
Sejak April 2023, Sudan telah mengalami perang internal antara militer resmi Sudan, yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan milisi RSF yang telah merenggut nyawa ribuan warga sipil dan memaksa sekitar 13 juta warga Sudan mengungsi ke dalam dan luar negeri, sebagaimana perkiraan PBB.
Sumber: Asharq Al-Awsat