Situs berita israel, Ynet memunculkan dokumen “Rencana para Jenderal” berisi inisiatif dari Giora Eiland, Mayjen (purnawirawan) IDF dengan dukungan puluhan mantan jenderal IDF lainnya terkait Jalur Gaza kedepan. Kamis (5/9).
Eiland dalam dokumennya mengiginkan, wilayah utara dari poros Nitzarim (Gaza tengah) atau Kota Gaza dan perkampungan sekitarnya, dijadikan sebagai zona militer tertutup.
Dengan kata lain, seluruh penduduk Gaza yang menempati lokasi tersebut, yang jumlahnya menurut militer israel sebanyak 300.000 orang penduduk, akan direlokasi secepatnya melalui jalur aman yang dijamin oleh militer israel.
Namun bagi warga Gaza, mereka tidak mempercayai adanya tempat aman. Seperti sebelumnya, relokasi paksa yang dilakukan israel ke sebuah lokasi yang dijamin aman, faktanya mereka dibombardir israel di lokasi tersebut.
Lebih jauh, dokumen tersebut menyebutkan langkah selanjutnya paska relokasi dilakukan. Sepekan setelah relokasi, maka wilayah utara Gaza yang steril dari sipil akan diblokade total secara militer. Praktis hanya tersisa kelompok bersenjata (para pejuang Palestina) saja yang berada di wilayah kota Gaza tersebut, sehingga mereka hanya diberikan dua pilihan, menyerah atau mati dibunuh.
Para pendukung dokumen tersebut mengklaim, rencana mereka tidak menyalahi UU internasional. Alasannya, UU mengizinkan sebuah wilayah perang dikosongkan lebih dahulu dari sipil, baru kemudian dilakukan blokade secara militer.
Situs berita berbahasa Ibrani ini kemudian menginformasikan, rencana tersebut telah dipresentasikan oleh Forum Komandan dan Pejabat Cadangan (yang terdiri dari para purnawirawan jenderal) dihadapan para anggota Dewan Terbatas Kementerian untuk Urusan Politik dan Keamanan (Kabinet) dan menteri senior pemerintah dalam beberapa hari terakhir. Harapannya, Dewan segera menyetujui rencana dari para purnawiran jenderal IDF ini, untuk kemudian direalisasikan oleh pejabat militer secepatnya.
Eiland pencetus ide ini menyampaikan, kemungkinan rencana serupa juga bisa diterapkan di penyeberangan Rafah, yang berada di selatan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir. Atau diterapkan wilayah lainnya di seluruh Jalur Gaza.
Sejauh ini pembicaraan kesepakatan gencatan senjata masih menemui jalan buntu, dikarenakan Benjamin Netanyahu bersikeras untuk mempertahankan militernya dari poros Philadelphia dan Nitzarim. Adapun Hamas sebaliknya, tidak menyetujui gencatan senjata, sebelum israel menarik total pasukannya dari Jalur Gaza termasuk dari kedua poros tersebut.
Sumber: Samanews