Ibadah puasa yang dikehendaki Islam adalah puasa lahir dan batin. ‘Puasa lahir’ dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, dan jima’ di siang hari. Sedangkan ‘puasa batin’ dilakukan dengan menahan diri dari hal-hal yang merusak pahala puasa.
Jika yang dilakukan hanya berpuasa lahir, maka kita khawatir akan menjadi orang yang merugi. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
“Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja.” (HR. Ahmad No. 9685, Ibnu Majah No. 1690, Ad Darimi No. 2720)
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَ العَمَلَ بِهِ وَ الجَهْلِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَن يَدَعَ طَعامَه وشرابَه
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, mengamalkannya dan bersikap bodoh, maka Allah tidak butuh terhadap sikapnya meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)” (HR. Bukhari dan Abu Daud; lafazh hadits ini milik Abu Daud)
Maka, di bulan Ramadhan ini kita juga harus ‘berpuasa batin’, yakni menggembleng diri untuk memerangi dan menundukkan jiwa agar taat kepada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ
“Mujahid adalah orang yang melawan dirinya dalam rangka menta’ati Allah…“ (HR Ahmad)
Juga menggembleng qalbunya,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Dan ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut seluruhnya, dan apabila ia rusak maka rusaklah tubuh tersebut seluruhnya. Ketahuilah, ia adalah qalbu” (HR. Bukhari)