Oleh: Farid Nu’man Hasan
Telah banyak penjelasan dari para ulama, di antaranya tercatat dalam Al Qamus Al Fiqhiy sebagai berikut:
Imam Al Jurjani rahimahullah mengatakan:
من رأى النبي صلى الله عليه وسلم، وطالت صحبه، وإن لم يرو عنه
Siapa saja yang melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bersahabat dalam waktu yang lama, walau pun mereka tidak meriwayatkan hadits darinya.
Pendapat ahli hadits, mayoritas ahli fiqih baik salaf dan khalaf, dan yang shahih dari Madzhab Syafi’iyah, Hanabilah, dan Ibadhiyah, sahabat nabi adalah:
هو كل مسلم رأى النبي صلى الله عليه وسلم، سواء جالسه، أم لا.
Dia adalah setiap muslim yang melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sama saja apakah dia pernah duduk bersamanya atau tidak.
Imam Sa’id bin Al Musayyib Radhiallahu ‘Anhu (menantu Abu Hurairah), menjelaskan:
من أقام مع النبي صلى الله عليه وسلم سنة، فصاعدا، أو غزا معه غزوة.
Siapa saja yang menetap bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selama setahun atau lebih atau berperang bersamanya dalam sebuah peperangan.
Menurut madzhab Malikiyah:
من اجتمع بالنبي صلى الله عليه وسلم في حياته، مؤمنا به، ومات على ذلك.
Siapa saja yang berkumpul bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hidupnya, dia mengimaninya, dan mati dalam keadaan demikian.
Sebagian ahli ushul mengatakan:
من لقي النبي صلى الله عليه وسلم مسلما، ومات على الاسلام، أو قبل النبوة ومات قبلها على الحنفية، كزيد بن عمرو بن نفيل، أو ارتد وعاد في حياته.
Siapa saja yang berjumpa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai seorang muslim, dan dia mati dalam Islam, atau dia hidup sebelum masa kenabian dan mati sebelum masa kenabian dalam keadaan agama yang hanif, seperti Zaid bin Amru bin Nufail, atau orang yang murtad dan kembali kepada Islam pada masa hidupnya (Nabi). (Lihat Syaikh Sa’diy Abu Jaib, Al Qamus Al Fiqhiy, Hal. 208. Cet. 2, 1988M. Darul Fikr)
Syaikh ‘Athiyah Muhamamd Salim menjelaskan:
من رآه ولو لحظة وهو مؤمن به ومات على الإسلام
Siapa saja yang melihatnya walau sesaat dan dia mengimaninya dan dia mati dalam keadaan Islam. (Syarh Bulughul Maram, 7/178)
Sedangkan mayoritas ulama terdahulu dan belakangan mengatakan:
هو أن الصحابي من لقى النبي صلى الله عليه وسلم مؤمنا به ومات على الاسلام
Sahabat nabi adalah siapa saja yang berjumpa dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengimaninya dan dia mati dalam keadaan Islam. (Imam Al ‘Ijliy, Ma’rifah Ats Tsiqat, hal. 95. Cet. 1, 1985M-1405H. Maktabah Ad Dar)
Dan inilah definisi yang anggap kuat oleh Al Hafizh Ibnu Hajar. (Al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, 1/7)
Bagaimanakah yang termasuk perjumpaan dengan nabi?
فَيَدْخُل فِيمَنْ لَقِيَهُ : مَنْ طَالَتْ مُجَالَسَتُهُ لَهُ ، وَمَنْ قَصُرَتْ ، وَمَنْ رَوَى عَنْهُ ، وَمَنْ لَمْ يَرْوِ عَنْهُ ، وَمَنْ غَزَا مَعَهُ ، وَمَنْ لَمْ يَغْزُ مَعَهُ ، وَمَنْ رَآهُ رُؤْيَةً وَلَوْ مِنْ بَعِيدٍ ، وَمَنْ لَمْ يَرَهُ لِعَارِضٍ ، كَالْعَمَى .
Maka yang termasuk orang yang berjumpa dengannya adalah: siapa saja yang lama bermajelis dengannya, siapa saja yang sebentar bersamanya, yang meriwayatkan hadits darinya, yang tidak meriwayatkan hadits darinya, siapa saja yang berperang dengannya, siapa saja yang tidak berperang dengannya, siapa saja yang meilhatnya walau dari jauh, dan siapa saja yang belum melihatnya karena penghalang seperti kebutaan. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 34/81)
Jadi, jika kita rangkum semua makna ini maka sahabat nabi adalah seorang muslim yang hidup pada masa nabi, baik melihatnya atau tidak, lama atau sebentar, berinteraksi langsung atau tidak, dan dia mati dalam keadaan Islam, termasuk siapa saja yang sempat murtad lalu dia kembali kepada Islam.
Demikian tentang makna sahabat nabi. Wallahu A’lam